Kamis, 16 Februari 2023
“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu …” (Pengkhotbah 12:1)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 12:1-8 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 12
Pengkhotbah 12 : 1-8
1 Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”,
2 sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan,
3 pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur,
4 dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk,
5 juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi–karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan,
6 sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur,
7 dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
8 Kesia-siaan atas kesia-siaan, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah sia-sia.
Pengkhotbah 12
1 Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”,
2 sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan,
3 pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur,
4 dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk,
5 juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi–karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan,
6 sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur,
7 dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
8 Kesia-siaan atas kesia-siaan, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah sia-sia.
Akhir kata
9 Selain Pengkhotbah berhikmat, ia mengajarkan juga kepada umat itu pengetahuan. Ia menimbang, menguji dan menyusun banyak amsal.
10 Pengkhotbah berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran secara jujur.
11 Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.
13 Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.
Menjadi tua itu pasti! Itulah siklus kehidupan dunia ini. Ironisnya, banyak orang tidak memperhatikan dan menjadi bijiksana. Mereka lupa, fisik mereka semakin lama akan semakin merosot, yang pada akhirnya mereka harus menghadapi kematian seperti kata Pengkhotbah: “debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” (ay. 7).
Dalam waktu yang sementara dan fisik yang rentan terhadap sakit-penyakit, penderitaan dan kematian, Pengkhotbah mendorong kita untuk memiliki relasi dengan Tuhan secara serius, bukan hanya pada saat kita lemah dan tak berdaya, melainkan pada saat kita masih kuat dan di usia muda. Pengkhotbah berkata agar: “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’” (ay. 1).
Di dunia modern seperti hari ini, masih banyak anak muda Kristen yang kurang serius dalam relasi mereka dengan Tuhan. Mereka pergi ke gereja setiap Minggu, namun hubungan dengan Tuhan itu dipandang sebagai sesuatu yang kurang penting dalam kehidupannya. Mungkin saja mereka berpikir bahwa masa muda adalah masa yang indah untuk dinikmati dan bebas dari segala aturan rohani. Bahkan ada orang muda yang berseloroh: “Muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga!”
Ketika Pengkhotbah mengatakan: “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu,” hal itu memberitahukan kepada kita: (1) Takut akan Tuhan harus dimulai sejak dini, sejak kita kuat, sejak kita masih memiliki kesempatan. “Masa muda” adalah gambaran tentang kesempatan dan waktu yang baik bagi kita mengenal Tuhan dan perintah-Nya, sebab seseorang tidak tahu kapan ia akan mengakhiri hidupnya. (2) Masa muda mengingatkan jangan menunda waktu atau kesempatan untuk mengenal Tuhan, sebab kematian dapat datang kapan saja dan setelahnya kita harus mempertanggungjawabkan diri kepada Tuhan. Jadi, hidup itu kesempatan. Takutlah akan Tuhan sejak dini dan jangan tunda untuk mengenal-Nya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana Pengkhotbah menggambarkan kondisi hidup manusia dalam dunia ini? Apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan yang sementara dan rentan ini?
Pokok Doa: Berdoalah bagi jemaat, khususnya generasi muda, agar mereka hidup takut akan Tuhan dan memandang kehidupan rohani sebagai hal yang perlu diperhatikan. Juga tidak menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan.