Senin, 13 Februari 2023
“Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota.” (Pengkhotbah 7:19)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 7:1-22 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 7
Pengkhotbah 7 : 1-22
Hikmat yang benar
1 Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.
2 Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.
3 Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega.
4 Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria.
5 Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh.
6 Karena seperti bunyi duri terbakar di bawah kuali, demikian tertawa orang bodoh. Inipun sia-sia.
7 Sungguh, pemerasan membodohkan orang berhikmat, dan uang suap merusakkan hati.
8 Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati.
9 Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.
10 Janganlah mengatakan: “Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.
11 Hikmat adalah sama baiknya dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan bagi orang-orang yang melihat matahari.
12 Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.
13 Perhatikanlah pekerjaan Allah! Siapakah dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan-Nya?
14 Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.
15 Dalam hidupku yang sia-sia aku telah melihat segala hal ini: ada orang saleh yang binasa dalam kesalehannya, ada orang fasik yang hidup lama dalam kejahatannya.
16 Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri?
17 Janganlah terlalu fasik, janganlah bodoh! Mengapa engkau mau mati sebelum waktumu?
18 Adalah baik kalau engkau memegang yang satu, dan juga tidak melepaskan yang lain, karena orang yang takut akan Allah luput dari kedua-duanya.
19 Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota.
20 Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!
21 Juga janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang, supaya engkau tidak mendengar pelayanmu mengutuki engkau.
22 Karena hatimu tahu bahwa engkau juga telah kerapkali mengutuki orang-orang lain.
Pengejaran hikmat yang mengecewakan
23 Kesemuanya ini telah kuuji untuk mencapai hikmat. Kataku: “Aku hendak memperoleh hikmat,” tetapi hikmat itu jauh dari padaku.
24 Apa yang ada, itu jauh dan dalam, sangat dalam, siapa yang dapat menemukannya?
25 Aku tujukan perhatianku untuk memahami, menyelidiki, dan mencari hikmat dan kesimpulan, serta untuk mengetahui bahwa kefasikan itu kebodohan dan kebebalan itu kegilaan.
26 Dan aku menemukan sesuatu yang lebih pahit dari pada maut: perempuan yang adalah jala, yang hatinya adalah jerat dan tangannya adalah belenggu. Orang yang dikenan Allah terhindar dari padanya, tetapi orang yang berdosa ditangkapnya.
27 Lihatlah, ini yang kudapati, kata Pengkhotbah: Sementara menyatukan yang satu dengan yang lain untuk mendapat kesimpulan,
28 yang masih kucari tetapi tidak kudapati, kudapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang perempuan di antara mereka.
29 Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.
Hikmat yang benar memimpin kita dalam banyak keuntungan hidup. Bukan keuntungan yang berorientasi semata-mata pada materi, melainkan memperlengkapi kita untuk tahu hidup dalam jalan-jalan TUHAN di tengah dunia yang kacau dan rusak ini. Dalam bagian ini, kita dapati ada ajaran-ajaran hikmat sebagai penangkal melawan penyakit-penyakit pikiran yang cenderung kita derita, oleh karena kesia-siaan dan usaha menjaring angin yang terdapat dalam perkara-perkara dunia ini.
Beberapa hal yang kita pelajari, Pertama, hikmat mengajarkan kepada kita untuk tidak berharap bahwa orang-orang yang berurusan dengan kita bebas kesalahan dan harus sempurna. Melalui hikmat, kita diajarkan untuk berpikir bahwa selama kita hidup di dunia, kita berhubungan dan bergaul dengan orang-orang berdosa, bahkan orang-orang yang terbaik sekali pun, sehingga di bumi ini tidak ada orang yang saleh meskipun banyak berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa. Kedua, hikmat mengajar kita untuk tidak terlalu cepat menilai dan terlalu cepat menanggapi atau marah terhadap tindakan penghinaan. Jangan membuat hati kesal dengan caci maki orang atau kecurigaan-kecurigaan mereka terhadap kita. Oleh sebab itu, pastikan bahwa kita menaruh pandangan kita kepada Allah dan terus hidup benar di hadapan Allah dan hati nurani kita sendiri. Juga, jangan berfokus pada apa yang dikatakan orang lain tentang kita. Ketiga, hikmat mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan kita. Perhatikanlah cara hidup kita, sudahkah kita berbuat hal yang sama buruknya, kepada orang lain. Dan jika, setelah direnungkan, kita mendapati bahwa kita sudah berbuat hal yang serupa, maka kita harus mengambil kesempatan itu untuk bertobat dan memohon pengampunan Allah. Kita harus menunjukkan segala kelembutan terhadap semua orang, sebab dahulu kita sendiri juga hidup dalam kedegilan hati.
Marilah dalam kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan Allah, kita diperkenan untuk terus belajar hidup dalam kebijaksanaan dan takut akan Tuhan, sehingga kita boleh menjadi perpanjangan tangan Tuhan kepada semua orang yang di sekitar kita.
STUDI PRIBADI: Hikmat apa yang paling Anda butuhkan di fase hidup saat ini? Hikmat apa yang sudah mengubah Anda dalam melihat kesalahan-kesahalan diri dan orang lain?
Berdoalah: Bapa, terima kasih untuk hikmat-Mu yang memimpin kami dalam setiap musim hidup kami. Kami rindu hikmat-Mu memimpin mata hati kami untuk menerima dan mengampuni kesalahan orang lain dan diri kami sendiri.