Rabu, 15 Februari 2023
“Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (Pengkhotbah 11:4)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 11:1-7 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 10-11
Pengkhotbah 10
Akibat-akibat kebodohan
1 Lalat yang mati menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan.
2 Hati orang berhikmat menuju ke kanan, tetapi hati orang bodoh ke kiri.
3 Juga kalau ia berjalan di lorong orang bodoh itu tumpul pikirannya, dan ia berkata kepada setiap orang: “Orang itu bodoh!”
4 Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.
5 Ada suatu kejahatan yang kulihat di bawah matahari sebagai kekhilafan yang berasal dari seorang penguasa:
6 pada banyak tempat yang tinggi, didudukkan orang bodoh, sedangkan tempat yang rendah diduduki orang kaya.
7 Aku melihat budak-budak menunggang kuda dan pembesar-pembesar berjalan kaki seperti budak-budak.
8 Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular.
9 Barangsiapa memecahkan batu akan dilukainya; barangsiapa membelah kayu akan dibahayakannya.
10 Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.
11 Jika ular memagut sebelum mantera diucapkan, maka tukang mantera tidak akan berhasil.
12 Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri.
13 Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan.
14 Orang yang bodoh banyak bicaranya, meskipun orang tidak tahu apa yang akan terjadi, dan siapakah yang akan mengatakan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?
15 Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota.
16 Wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak, dan pemimpin-pemimpinmu pagi-pagi sudah makan!
17 Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam kemabukan!
18 Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah.
19 Untuk tertawa orang menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup dan uang memungkinkan semuanya itu.
20 Dalam pikiranpun janganlah engkau mengutuki raja, dan dalam kamar tidur janganlah engkau mengutuki orang kaya, karena burung di udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu, dan segala yang bersayap dapat menyampaikan apa yang kauucapkan.
Pengkhotbah 11 : 1-7
Pedoman-pedoman hikmat
1 Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu.
2 Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi.
3 Bila awan-awan sarat mengandung hujan, maka hujan itu dicurahkannya ke atas bumi; dan bila pohon tumbang ke selatan atau ke utara, di tempat pohon itu jatuh, di situ ia tinggal terletak.
4 Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.
5 Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu.
6 Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.
7 Terang itu menyenangkan dan melihat matahari itu baik bagi mata;
Sebuah pepatah berkata, “Gagal merencanakan sesuatu dengan baik, sama halnya merencanakan kegagalan.” Pepatah ini ada benarnya. Jika kita tidak mempersiapkan rencana dengan baik, tentu rencana itu akan menjadi tidak maksimal atau merugikan. Namun apakah ini berarti kita harus menjadi seorang “perfectionist” yang mengatur segalanya secara detail sampai yang terkecil, kemudian barulah kita berani melangkah?
Kehidupan dalam dunia ini memang perlu direncakan dengan baik. Namun bukan berarti hal ini harus membuat kita menjadi khawatir dan terbebani dengan semua perencanaan yang belum tentu terjadi seperti yang kita harapkan ataupun takutkan. Kisah hidup menunjukkan bahwa perencanaan yang matang akan memberikan kepastian yang lebih baik daripada perencanaan yang semberono. Namun tidak sedikit perencanaan yang baik dapat membuahkan kegagalan. Lalu bagaimanakah kita dapat menyikapinya?
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan bahwa kita tidak berkuasa atas hari esok. Perencanaan yang matang adalah baik, tetapi ingatlah, apapun hasilnya, kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Ketidakpastian akan masa depan jangan membuat kita berhenti berkarya dan melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Apa yang dapat kita kerjakan hari ini, kerjakanlah dengan baik. Apa yang akan kita kerjakan di depan, kita berserah kepada Tuhan, sebab Pengkhotbah berkata bahwa kita “tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu” (ay. 5). Sebaliknya, jika orang yang khawatir akan masa depan, Pekhotbah berkata: “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai” (ay. 4). Jadi apa yang harus kita perbuat? Rencanakan segala sesuatu dengan baik, tanpa khawatir akan hasilnya; lakukan dan kerjakan apa yang dapat kita perbuat hari ini dengan sukacita. Tentang masa depan, kita serahkan kepada Tuhan yang menentukan hasilnya.
STUDI PRIBADI: Mengapa kita sering khawatir akan masa depan, kira-kira apa dampak-nya? Apa yang Pengkhotbah ajarkan untuk menyikapi ketidakpastian masa depan?
Pokok Doa: Berdoa bagi jemaat yang sedang bergumul menghadapi masa depannya. Doakan agar mereka tidak khawatir dalam segala hal, melainkan berserah kepada Tuhan dan tetap mengerjakan yang terbaik.