Senin, 13 Februari 2023
“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” (Pengkhotbah 9:10)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 9:1-12 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 8-9
Pengkhotbah 8
1 Siapakah seperti orang berhikmat? Dan siapakah yang mengetahui keterangan setiap perkara? Hikmat manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya.
Kepatuhan kepada raja
2 Patuhilah perintah raja demi sumpahmu kepada Allah.
3 Janganlah tergesa-gesa pergi dari hadapannya, janganlah bertahan dalam perkara yang jahat, karena ia berbuat apa yang dikehendakinya.
4 Karena titah raja berkuasa; siapakah yang akan mengatakan kepadanya: “Apakah yang baginda buat?”
5 Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan,
6 karena untuk segala sesuatu ada waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya.
7 Sesungguhnya, ia tak mengetahui apa yang akan terjadi, karena siapakah yang akan mengatakan kepadanya bagaimana itu akan terjadi?
8 Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian. Tak ada istirahat dalam peperangan, dan kefasikan tidak melepaskan orang yang melakukannya.
Pekerjaan Allah tidak dapat diselami manusia
9 Semua ini telah kulihat dan aku memberi perhatian kepada segala perbuatan yang dilakukan di bawah matahari, ketika orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.
10 Aku melihat juga orang-orang fasik yang akan dikuburkan boleh masuk, sedangkan orang yang berlaku benar harus pergi dari tempat yang kudus dan dilupakan dalam kota. Inipun sia-sia.
11 Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.
12 Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.
13 Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah.
14 Ada suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang layak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar. Aku berkata: “Inipun sia-sia!”
15 Oleh sebab itu aku memuji kesukaan, karena tak ada kebahagiaan lain bagi manusia di bawah matahari, kecuali makan dan minum dan bersukaria. Itu yang menyertainya di dalam jerih payahnya seumur hidupnya yang diberikan Allah kepadanya di bawah matahari.
16 Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia tanpa mengantuk siang malam,
17 maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya.
Pengkhotbah 9 : 1-12
Nasib semua orang sama
1 Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya.
2 Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
3 Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
4 Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
5 Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
6 Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
11 Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
12 Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.
Hikmat lebih baik dari pada kuasa
13 Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku;
14 ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;
15 di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.
16 Kataku: “Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang.”
17 Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.
18 Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.
Di balik kesimpulan bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Di tengah kehidupan yang seperti siklus mengulang-ulang ini, Pengkhotbah membuat pembacanya memperhatikan kehidupan pernikahan dan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh.
Pernikahan merupakan karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat “menutup mata” bahwa ada orang yang membuat pasangannya “hidup dalam neraka”. Justru karena ada fakta pernikahan yang seperti neraka, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi mungkin terjadi. Belajar mengasihi pasangan, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan, adalah prasyarat pernikahan yang sukses. Perjuangan keras, dengan pertolongan Tuhan, dapat mengaktifkan cinta, perhatian dan kesetiaan; itulah faktor-faktor penting keberhasilan pernikahan. Karunia Tuhan lain adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, maka pekerjaan ialah faktor yang memberi hidup yang penuh arti dan harapan. Bekerja adalah bagian dari hidup, maka persoalan tentang pekerjaan/tugas, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun akan sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang bekerja sampai sekarang. Inilah dorongan yang utama, yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat dan berkualitas. Tidakkah kita semakin bergairah, bila tahu bahwa perbuatan tangan, kaki, pikiran kita adalah bagian dari hidup mengutamakan Tuhan selama kita di dunia. Pengkhotbah mengingatkan: ketika kita mengharapkan hasil dari apa yang kita kerjakan, maka akan membuat kita menjadi kecewa.
Oleh sebab itu, kerjakan pernikahan dan usaha kita dengan maksimal seperti untuk Tuhan, bukan manusia. Prinsip ini membawa kita untuk hidup dengan rendah hati dan selalu bergantung kepada Allah, Sumber Berkat.
STUDI PRIBADI: Apa Anda merasa hidup ini tidak adil dan nasin semua orang bergantung pada status sosial dan ekonomi?
Berdoalah: Bapa, kami memohon agar kami mengerti rancangan-Mu yang lebih daripada apa yang kami bisa lihat secara kasat mata. Gairahkan kami dengan rencana dan tujuan-Mu atas hidup kami. Amin.