Jumat, 10 Februari 2023
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 3:1-15 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 2-3
Pengkhotbah 3 : 1-15
Untuk segala sesuatu ada waktunya
1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.
13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.
14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.
Pengkhotbah 2
Hikmat dan kebodohan adalah hal yang sia-sia
1 Aku berkata dalam hati: “Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun sia-sia.”
2 Tentang tertawa aku berkata: “Itu bodoh!”, dan mengenai kegirangan: “Apa gunanya?”
3 Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan tubuhku dengan anggur, –sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat–,dan dengan memperoleh kebebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk dilakukan di bawah langit selama hidup mereka yang pendek itu.
4 Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur;
5 aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan;
6 aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda.
7 Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku.
8 Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik.
9 Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku.
10 Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.
11 Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.
12 Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan, sebab apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang telah dilakukan orang.
13 Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan, seperti terang melebihi kegelapan.
14 Mata orang berhikmat ada di kepalanya, sedangkan orang yang bodoh berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa mereka semua.
15 Maka aku berkata dalam hati: “Nasib yang menimpa orang bodoh juga akan menimpa aku. Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat?” Lalu aku berkata dalam hati, bahwa inipun sia-sia.
16 Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!
17 Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
18 Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.
19 Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Inipun sia-sia.
20 Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
21 Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Inipun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
22 Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?
23 Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia.
24 Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah.
25 Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?
26 Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Pengkhotbah 3
Untuk segala sesuatu ada waktunya
1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.
13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.
14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.
Ketidakadilan dalam hidup
16 Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan.
17 Berkatalah aku dalam hati: “Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya.”
18 Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: “Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang.”
19 Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.
20 Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.
21 Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi.
22 Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?
Ada pepatah berkata: hidup manusia bagaikan roda yang tidak pernah berhenti berputar; terkadang di atas, di samping atau di bawah. Di sepanjang perjalanan, terkadang ia berhadapan dengan tanjakan, turunan, tikungan, bahkan terperosok, terkilir, bertabrakan dan lainnya. Di tengah perputaran yang demikian, tidak jarang kita menjadi lemah, kecewa, putus asa. Bagaimana manusia seharusnya bersikap dan menjalani jalan kehidupan yang naik-turun dan penuh lika-liku?
Pengkhotbah mengingatkan bahwa di tengah perputaran hidup yang demikian, hal pertama yang perlu disadari adalah “untuk segala sesuatu memang ada masanya” (ay. 1-8). Semua hal di bawah matahari memang sudah ada yang mengatur, sudah ditetapkan dan alamiah. Jadi kita tidak perlu merasa heran dan bingung terhadap semua perubahan dalam hidup kita. Hal kedua yang perlu kita sadari adalah dalam setiap waktu atau musim kehidupan yang Allah tetapkan pasti ada tujuannya masing-masing. Segala musim kehidupan sebenarnya tersimpan kerinduan, maksud dan rencana Allah di dalamnya. Bagi kita manusia, ini adalah sebuah misteri, karena kita tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir (ay. 11). Yang menarik adalah di tengah segala kefanaan dan ketidakpastian hidup ini, Allah ternyata memberi kekekalan dalam hati kita; Kekekalan itu mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya bicara tentang saat ini, melainkan juga nanti.
Oleh sebab itu, Pengkhotbah mengusulkan sikap terbaik menjalani hidup penuh misteri ini: 1) Hidup dalam iman dan keberserahan diri secara penuh kepada Allah, sebab Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (ay. 11); 2) Hiduplah dengan bersukacita dan nikmatilah segala kesenangan hidup yang Allah berikan bagi kita, karena ini juga merupakan pemberian Allah (ay. 12-13); 3) Hiduplah dengan takut akan Allah. Sebab di tengah kefanaan dan ketidakpastian hidup ini, ada kekekalan menanti kita (ay. 11), dan tujuan utama ditetapkannya segala musim kehidupan oleh Allah adalah supaya kita manusia belajar hidup takut akan Dia (ay. 14).
STUDI PRIBADI: Bagaimana Saudara memahami dan menghayati setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup Saudara?
Pokok Doa: Berdoalah agar setiap kita diberi hikmat untuk memahami setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita dan melalui semuanya itu, kita dapat belajar untuk hidup berserah, tetap sukacita dan hidup takut akan Allah.