Segala Sesuatu Sia-sia

Kamis, 9 Februari 2023

Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pengkhotbah 1:14)

Bacaan hari ini: Pengkhotbah 1:12-18 | Bacaan setahun: Amsal 31, Pengkhotbah 1

Penulis kitab Pengkhotbah memperkenalkan dirinya sebagai Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem. Sebagai seorang raja dan keturunan raja yang sangat dihormati, dia telah mengumpulkan segala yang dianggap berharga oleh manusia, seperti harta, kuasa, karya, wanita, pengetahuan, hikmat, dan sebagainya. Namun pada akhirnya ia menyimpulkan bahwa kehidupan manusia di bawah kolong langit hanya bisa dilukiskan dengan sebuah kata, yaitu sia-sia.

Apa maksud Pengkhotbah ketika ia berkata segala sesuatu sia-sia? Segala sesuatu yang ia maksudkan bukan mengacu pada segala yang ada tanpa batas, melainkan hanya merujuk pada segala sesuatu yang ada dan terjadi di bawah matahari. Mengapa demikian? Alasannya: 1) Singkatnya kehidupan dibandingkan dengan keberadaan bumi (alam semesta), apalagi jika dibandingkan dengan kekekalan (ay. 4); 2) Siklus kehidupan yang terus berulang, tidak ada yang baru, menjemukan dan tidak ada kepuasan (ay. 5- 10); 3) Semuanya, akhirnya juga akan dilupakan dan terlupakan (ay. 11).

Dari segala sesuatu yang hanyalah kesia-siaan, Pengkhotbah secara khusus menyoroti kesia-siaan dari jerih lelah pengejaran hidup manusia di bawah matahari. Ia sendiri mengalami dan merasakannya. Ia telah berjerih lelah memperbesar hikmat dan pengetahuan. Ia juga berusaha memahami kebodohan dan kebebalan. Apa yang ia peroleh? Pada akhirnya semuanya juga tampak sia-sia. Mengapa? Karena di dalam hikmat dan pengetahuan yang ia dapat, ia juga mengalami banyak kesedihan dan kesusahan hati.

Kesimpulan Pengkhotbah tentang kesia-siaan hidup di bawah matahari bukan lahir dari sikap yang pesimis yang memandang kehidupan secara negatif, melainkan lahir dari kesadaran tentang makna kehidupan manusia yang sesungguhnya. Ia menyadari bahwa sukacita, kepuasan dan makna sejati hidup manusia hanya bisa ditemukan dalam kekekalan bersama Allah, bukan di bawah matahari. Jadi, tujuan Pengkhotbah adalah mendorong setiap kita agar memiliki pengejaran hidup yang sejati, yaitu kekekalan, dan bukan keduniawian dan kekinian.

STUDI PRIBADI: Sebagai manusia yang hidup di bawah kolong langit ini, apa yang menjadi pengejaran utama hidup Saudara?

Pokok Doa: Tuhan menolong setiap umat-Nya untuk dapat menyadari serta mengalami sukacita, kepuasan dan makna hidup sejati yang ada di dalam Tuhan sendiri, bukan pada “segala sesuatu” yang ada di bawah matahari. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *