Kamis, 9 Februari 2023
Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pengkhotbah 1:14)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 1:12-18 | Bacaan setahun: Amsal 31, Pengkhotbah 1
Pengkhotbah 1 : 12-18
Pengejaran hikmat adalah sia-sia
12 Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem.
13 Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri.
14 Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
15 Yang bongkok tak dapat diluruskan, dan yang tidak ada tak dapat dihitung.
16 Aku berkata dalam hati: “Lihatlah, aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum aku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan.”
17 Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin,
18 karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.
Amsal 31
Amsal-amsal untuk Lemuel dari ibunya
1 Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya.
2 Apa yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku?
3 Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.
4 Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman keras,
5 jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang telah ditetapkan, dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas.
6 Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati.
7 Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya.
8 Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana.
9 Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.
Puji-pujian untuk isteri yang cakap
10 Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.
11 Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.
12 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.
13 Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya.
14 Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya.
15 Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.
16 Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya.
17 Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.
18 Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.
19 Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal.
20 Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.
21 Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.
22 Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya.
23 Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.
24 Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang.
25 Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.
26 Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.
27 Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.
28 Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia:
29 Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.
30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.
31 Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!
Pengkhotbah 1
Segala sesuatu sia-sia
1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.
2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
4 Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.
5 Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.
6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.
7 Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.
8 Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.
9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.
11 Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.
Pengejaran hikmat adalah sia-sia
12 Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem.
13 Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri.
14 Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
15 Yang bongkok tak dapat diluruskan, dan yang tidak ada tak dapat dihitung.
16 Aku berkata dalam hati: “Lihatlah, aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum aku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan.”
17 Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin,
18 karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.
Penulis kitab Pengkhotbah memperkenalkan dirinya sebagai Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem. Sebagai seorang raja dan keturunan raja yang sangat dihormati, dia telah mengumpulkan segala yang dianggap berharga oleh manusia, seperti harta, kuasa, karya, wanita, pengetahuan, hikmat, dan sebagainya. Namun pada akhirnya ia menyimpulkan bahwa kehidupan manusia di bawah kolong langit hanya bisa dilukiskan dengan sebuah kata, yaitu sia-sia.
Apa maksud Pengkhotbah ketika ia berkata segala sesuatu sia-sia? Segala sesuatu yang ia maksudkan bukan mengacu pada segala yang ada tanpa batas, melainkan hanya merujuk pada segala sesuatu yang ada dan terjadi di bawah matahari. Mengapa demikian? Alasannya: 1) Singkatnya kehidupan dibandingkan dengan keberadaan bumi (alam semesta), apalagi jika dibandingkan dengan kekekalan (ay. 4); 2) Siklus kehidupan yang terus berulang, tidak ada yang baru, menjemukan dan tidak ada kepuasan (ay. 5- 10); 3) Semuanya, akhirnya juga akan dilupakan dan terlupakan (ay. 11).
Dari segala sesuatu yang hanyalah kesia-siaan, Pengkhotbah secara khusus menyoroti kesia-siaan dari jerih lelah pengejaran hidup manusia di bawah matahari. Ia sendiri mengalami dan merasakannya. Ia telah berjerih lelah memperbesar hikmat dan pengetahuan. Ia juga berusaha memahami kebodohan dan kebebalan. Apa yang ia peroleh? Pada akhirnya semuanya juga tampak sia-sia. Mengapa? Karena di dalam hikmat dan pengetahuan yang ia dapat, ia juga mengalami banyak kesedihan dan kesusahan hati.
Kesimpulan Pengkhotbah tentang kesia-siaan hidup di bawah matahari bukan lahir dari sikap yang pesimis yang memandang kehidupan secara negatif, melainkan lahir dari kesadaran tentang makna kehidupan manusia yang sesungguhnya. Ia menyadari bahwa sukacita, kepuasan dan makna sejati hidup manusia hanya bisa ditemukan dalam kekekalan bersama Allah, bukan di bawah matahari. Jadi, tujuan Pengkhotbah adalah mendorong setiap kita agar memiliki pengejaran hidup yang sejati, yaitu kekekalan, dan bukan keduniawian dan kekinian.
STUDI PRIBADI: Sebagai manusia yang hidup di bawah kolong langit ini, apa yang menjadi pengejaran utama hidup Saudara?
Pokok Doa: Tuhan menolong setiap umat-Nya untuk dapat menyadari serta mengalami sukacita, kepuasan dan makna hidup sejati yang ada di dalam Tuhan sendiri, bukan pada “segala sesuatu” yang ada di bawah matahari.