Senin, 6 Februari 2023
“Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu. Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kau kenal dan bukan bibirmu sendiri.” (Amsal 27:1, 2)
Bacaan hari ini: Amsal 27:1-27 | Bacaan setahun: Amsal 26-27
Amsal 26
1 Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang bebal.
2 Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena.
3 Cemeti adalah untuk kuda, kekang untuk keledai, dan pentung untuk punggung orang bebal.
4 Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.
5 Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.
6 Siapa mengirim pesan dengan perantaraan orang bebal mematahkan kakinya sendiri dan meminum kecelakaan.
7 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti kaki yang terkulai dari pada orang yang lumpuh.
8 Seperti orang menaruh batu di umban, demikianlah orang yang memberi hormat kepada orang bebal.
9 Amsal di mulut orang bebal adalah seperti duri yang menusuk tangan pemabuk.
10 Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat adalah seperti pemanah yang melukai tiap orang.
11 Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.
12 Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.
13 Berkatalah si pemalas: “Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!”
14 Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.
15 Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya.
16 Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.
17 Orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain adalah seperti orang yang menangkap telinga anjing yang berlalu.
18 Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut,
19 demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: “Aku hanya bersenda gurau.”
20 Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.
21 Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan.
22 Seperti sedap-sedapan perkataan pemfitnah masuk ke lubuk hati.
23 Seperti pecahan periuk bersalutkan perak, demikianlah bibir manis dengan hati jahat.
24 Si pembenci berpura-pura dengan bibirnya, tetapi dalam hati dikandungnya tipu daya.
25 Kalau ia ramah, janganlah percaya padanya, karena tujuh kekejian ada dalam hatinya.
26 Walaupun kebenciannya diselubungi tipu daya, kejahatannya akan nyata dalam jemaah.
27 Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia.
28 Lidah dusta membenci korbannya, dan mulut licin mendatangkan kehancuran.
Amsal 27 : 1-27
1 Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.
2 Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri.
3 Batu adalah berat dan pasirpun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh.
4 Panas hati kejam dan murka melanda, tetapi siapa dapat tahan terhadap cemburu?
5 Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
6 Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.
7 Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.
8 Seperti burung yang lari dari sarangnya demikianlah orang yang lari dari kediamannya.
9 Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, tetapi penderitaan merobek jiwa.
10 Jangan kautinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Jangan datang di rumah saudaramu pada waktu engkau malang. Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh.
11 Anakku, hendaklah engkau bijak, sukakanlah hatiku, supaya aku dapat menjawab orang yang mencela aku.
12 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.
13 Ambillah pakaian orang yang menanggung orang lain, dan tahanlah dia sebagai sandera ganti orang asing.
14 Siapa pagi-pagi sekali memberi selamat dengan suara nyaring, hal itu akan dianggap sebagai kutuk baginya.
15 Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan.
16 Siapa menahannya menahan angin, dan tangan kanannya menggenggam minyak.
17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
18 Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya, dan siapa menjaga tuannya akan dihormati.
19 Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.
20 Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas.
21 Kui untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, dan orang dinilai menurut pujian yang diberikan kepadanya.
22 Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam lesung, dengan alu bersama-sama gandum, kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya.
23 Kenallah baik-baik keadaan kambing dombamu, perhatikanlah kawanan hewanmu.
24 Karena harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap turun-temurun?
25 Kalau rumput menghilang dan tunas muda nampak, dan rumput gunung dikumpulkan,
26 maka engkau mempunyai domba-domba muda untuk pakaianmu dan kambing-kambing jantan untuk pembeli ladang,
27 pula cukup susu kambing untuk makananmu dan makanan keluargamu, dan untuk penghidupan pelayan-pelayanmu perempuan.
Di tengah percepatan dunia teknologi dan kemajuan zaman, maka persoalan pencapaian garis akhir yang gemilang, sering menjadi sangat penting. Sehingga manusia tidak lagi mempedulikan sikap dan karakter hidupnya. Yang penting, semua orang dapat dikalahkan dan direndahkan. Oleh sebab itu, banyak orang tidak dapat mengakhiri hidup dengan baik, karena kesombongannya. Sebab kesombongan adalah awal dari kehancuran sebuah relasi di antara manusia.
Karena itu, pada bagian Amsal hari ini, kita diingatkan supaya kita mewarnai kehidupan kita dengan membangun relasi yang kuat dengan sesama. Setiap orang pastinya, rindu dapat berelasi dengan baik. Namun dalam realita kehidupan, ada banyak orang yang hidupnya hancur justru karena perlakuan sesamanya. Oleh sebab itu, Penulis Amsal menunjukkan beberapa cara untuk membangun relasi yang kuat, yaitu: (1) Hendaklah membangun relasi dengan memberi nasihat yang tepat kepada sesama, bukan pujian yang palsu untuk mencari kepentingan diri sendiri. Terkadang nasihat harus dinyatakan melalui teguran. Memberi teguran tidaklah sama dengan mencari-cari kesalahan orang lain. Sebuah teguran mengarahkan sesama kepada jalan yang benar. Jadi, belajarlah memberi nasihat yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. (2) Relasi yang kuat harus dibangun dengan saling memberi motivasi atau dorongan yang berguna. Sehingga karakter dan sikap kita dapat terbentuk semakin lebih baik. Ini, dapat terjadi bila kita mau merendahkan hati dan tidak berlaku egois terhadap sesama. (3) Relasi yang kuat akan mewujudkan perbuatan-perbuatan baik secara nyata dalam kehidupan ini. Semakin kuat relasi yang terjalin, biasanya juga membawa pengaruh besar bagi perbuatan-perbuatan baik yang lebih luas.
Di dalam kehidupan kita saat ini, kesombongan dan keegoisan terlihat jelas dalam setiap segi kehidupan manusia, maka tentunya kehadiran kita untuk membangun relasi yang baik dan kuat, sangatlah diperlukan. Karena dari situ, kita dapat membangun komunitas yang kondusif dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
STUDI PRIBADI: Apa yang menghalangi kita membangun relasi yang kuat dengan orang di sekitar kita? Apakah kehadiran kita bermanfaat bagi orang di sekitar kita? Mengapa?
Pokok Doa: Supaya Gereja Tuhan mewujudkan kasih Allah dalam perbuatan dan pekerjaan yang baik bagi masyarakat yang membutuhkan. Generasi zaman ini, dilepaskan dari belenggu dosa kesombongan dan keegoisan.