Sabtu, 28 Januari 2023
“Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya, tetapi hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan.” (Amsal 12:23)
Bacaan hari ini: Amsal 12:1-28 | Bacaan setahun: Amsal 12
Amsal 12 : 1-28
1 Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.
2 Orang baik dikenan TUHAN, tetapi si penipu dihukum-Nya.
3 Orang tidak akan tetap tegak karena kefasikan, tetapi akar orang benar tidak akan goncang.
4 Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.
5 Rancangan orang benar adalah adil, tujuan orang fasik memperdaya.
6 Perkataan orang fasik menghadang darah, tetapi mulut orang jujur menyelamatkan orang.
7 Orang fasik dijatuhkan sehingga mereka tidak ada lagi, tetapi rumah orang benar berdiri tetap.
8 Setiap orang dipuji seimbang dengan akal budinya, tetapi orang yang serong hatinya, akan dihina.
9 Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, dari pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan.
10 Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam.
11 Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi.
12 Orang fasik mengingini jala orang jahat, tetapi akar orang benar mendatangkan hasil.
13 Orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya, tetapi orang benar dapat keluar dari kesukaran.
14 Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan, dan orang mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya.
15 Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
16 Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak, yang mengabaikan cemooh.
17 Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, tetapi saksi dusta menyatakan tipu daya.
18 Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.
19 Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, tetapi lidah dusta hanya untuk sekejap mata.
20 Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan, tetapi orang yang menasihatkan kesejahteraan mendapat sukacita.
21 Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun, tetapi orang fasik akan senantiasa celaka.
22 Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.
23 Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya, tetapi hati orang bebal menyeru-nyerukan kebodohan.
24 Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.
25 Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.
26 Orang benar mendapati tempat penggembalaannya, tetapi jalan orang fasik menyesatkan mereka sendiri.
27 Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.
28 Di jalan kebenaran terdapat hidup, tetapi jalan kemurtadan menuju maut.
Pernahkah menjumpai orang yang suka mengkritik orang lain yang salah, lalu mengutip ayat Alkitab? Orang seperti itu disebut orang yang pamer kepintaran. Penulis Amsal mengingatkan kita bahwa orang yang bijaksana mampu menyembunyikan atau tidak memamerkan pengetahuannya atau berhikmat mengetahui kapan waktunya ia ngomong dan kapan waktunya ia diam (12:23). Yakobus mengingatkan kita, “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (1:19). Sedangkan orang bebal atau bodoh suka memamerkan pengetahuannya; tetapi penulis Amsal menyebutnya sebagai kebodohan. Kok bisa? Karena orang bebal atau bodoh cepat-cepat memamerkan pengetahuannya, padahal mungkin sekali perkataannnya itu tidak tepat diucapkan waktu itu atau perkataan itu salah secara teologis.
Sebagai orang percaya, kita harus berhati-hati dalam berkata-kata. Kita percaya bahwa kita adalah milik Allah; sehingga sebagai milik Allah, kita seharusnya menyerahkan seluruh aspek kehidupan kita (termasuk perkataan) kepada-Nya untuk memuliakan-Nya (1Kor. 10:31). Kita dapat memuliakan Allah melalui berkata-kata ketika kita berkata-kata untuk menyaksikan kebesaran dan anugerah Allah kepada orang lain, dan bukan untuk menyaksikan kepintaran kita. Bagaimana kita bisa membedakan hal ini? Simaklah respons orang lain terhadap perkataan kita, apakah mereka memuji Allah atas anugerah-Nya dan percaya kepada-Nya atau memuji kepintaran kita menghafal ayat-ayat Alkitab atau/dan memahami teologi yang benar.
Bagaimana cara kita memuliakan Allah melalui kata-kata? Pertama, ingatlah identitas kita sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus Kristus yang seharusnya memuliakan Allah. Kedua, sebelum kita berkata-kata, pikirkan dampak kata-kata kita: memberkati orang lain atau memberkati diri kita sendiri (memamerkan kepintaran kita)? Ketiga, mintalah rekan atau mentor Anda dalam GDG atau gereja untuk menguji perkataan kita dan segeralah bertobat jika kata-kata kita memamerkan kepintaran kita.
STUDI PRIBADI: Sudahkah kita benar-benar hidup bagi Allah? Sudahkah kita berkata-kata untuk memberkati orang lain dan bukan untuk “memberkati” kita?
Pokok Doa: Berdoalah agar Allah memberi kita hikmat dalam berkata-kata menyaksikan kebesaran dan anugerah Allah. Para hamba Tuhan diberikan kepekaan dan hikmat dalam menguraikan Firman Tuhan kepada jemaat.