SABTU, 30 APRIL 2022
“Lalu orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan TUHAN.” (Yosua 9:14)
Bacaan hari ini: Yosua 9 | Bacaan setahun: Yosua 9
Yosua 9
Akal orang Gibeon
1 Ketika terdengar oleh raja-raja di sebelah barat sungai Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit dan sepanjang tepi pantai Laut Besar sampai ke seberang gunung Libanon, yakni raja-raja orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus,
2 bergabunglah mereka dengan seia sekata untuk memerangi Yosua dan orang Israel.
3 Tetapi ketika terdengar kepada penduduk negeri Gibeon apa yang dilakukan Yosua terhadap Yerikho dan Ai,
4 maka merekapun bertindak dengan memakai akal: mereka pergi menyediakan bekal, mengambil karung yang buruk-buruk untuk dimuatkan ke atas keledai mereka dan kirbat anggur yang buruk-buruk, yang robek dan dijahit kembali,
5 dan kasut yang buruk-buruk dan ditambal untuk dikenakan pada kaki mereka dan pakaian yang buruk-buruk untuk dikenakan oleh mereka, sedang segala roti bekal mereka telah kering, tinggal remah-remah belaka.
6 Demikianlah mereka pergi kepada Yosua, ke tempat perkemahan di Gilgal. Berkatalah mereka kepadanya dan kepada orang-orang Israel itu: “Kami ini datang dari negeri jauh; maka sekarang ikatlah perjanjian dengan kami.”
7 Tetapi berkatalah orang-orang Israel kepada orang-orang Hewi itu: “Barangkali kamu ini diam di tengah-tengah kami, bagaimana mungkin kami mengikat perjanjian dengan kamu?”
8 Lalu kata mereka kepada Yosua: “Kami ini hamba-hambamu.” Tanya Yosua: “Siapakah kamu ini dan dari manakah kamu datang?”
9 Jawab mereka kepadanya: “Dari negeri yang sangat jauh hamba-hambamu ini datang karena nama TUHAN, Allahmu, sebab kami telah mendengar kabar tentang Dia, yakni segala yang dilakukan-Nya di Mesir,
10 dan segala yang dilakukan-Nya terhadap kedua raja orang Amori itu di seberang sungai Yordan, Sihon, raja Hesybon, dan Og, raja Basan, yang diam di Asytarot.
11 Sebab itu para tua-tua kami dan seluruh penduduk negeri kami berkata kepada kami, demikian: Bawalah bekal untuk di jalan dan pergilah menemui mereka dan berkatalah kepada mereka: Kami ini hamba-hambamu, maka sekarang ikatlah perjanjian dengan kami.
12 Inilah roti kami: masih panas ketika kami bawa sebagai bekal dari rumah pada hari kami berangkat berjalan mendapatkan kamu, tetapi sekarang, lihatlah, telah kering dan tinggal remah-remah belaka.
13 Inilah kirbat-kirbat anggur, yang masih baru ketika kami mengisinya, tetapi lihatlah, telah robek; dan inilah pakaian dan kasut kami, semuanya telah buruk-buruk karena perjalanan yang sangat jauh itu.”
14 Lalu orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan TUHAN.
15 Maka Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat perjanjian dengan mereka, bahwa ia akan membiarkan mereka hidup; dan para pemimpin umat itu bersumpah kepada mereka.
16 Tetapi setelah lewat tiga hari, sesudah orang Israel mengikat perjanjian dengan orang-orang itu, terdengarlah oleh mereka, bahwa orang-orang itu tinggal dekat mereka, bahkan diam di tengah-tengah mereka.
17 Sebab orang Israel berangkat pergi dan pada hari ketiga sampai ke kota-kota orang-orang itu; adapun kota-kota itu ialah Gibeon, Kefira, Beerot dan Kiryat-Yearim.
18 Orang Israel tidak menewaskan, sebab para pemimpin umat telah bersumpah kepada mereka demi TUHAN, Allah Israel. Lalu bersungut-sungutlah segenap umat kepada para pemimpin.
19 Berkatalah pemimpin-pemimpin itu kepada seluruh umat: “Kami telah bersumpah kepada mereka demi TUHAN, Allah Israel; oleh sebab itu kita tidak dapat mengusik mereka.
20 Beginilah akan kita perlakukan mereka: membiarkan mereka hidup, supaya kita jangan tertimpa murka karena sumpah yang telah kita ikrarkan itu kepada mereka.”
21 Lagi kata para pemimpin kepada mereka: “Biarlah mereka hidup.” Maka merekapun dijadikan tukang belah kayu dan tukang timba air untuk segenap umat, seperti yang ditetapkan oleh para pemimpin mengenai mereka.
22 Lalu Yosua memanggil mereka dan berkata kepada mereka, demikian: “Mengapa kamu menipu kami dengan berkata: Kami ini tinggal sangat jauh dari pada kamu, padahal kamu diam di tengah-tengah kami?
23 Oleh sebab itu, terkutuklah kamu dan tak putus-putusnya kamu menjadi hamba, tukang belah kayu dan tukang timba air untuk rumah Allahku.”
24 Jawab mereka kepada Yosua, katanya: “Sebab telah dikabarkan dengan sungguh-sungguh kepada hamba-hambamu ini, bahwa TUHAN, Allahmu, memerintahkan kepada Musa hamba-Nya, memberikan seluruh negeri itu kepadamu dan memunahkan seluruh penduduk negeri itu dari depan kamu, maka sangatlah kami takut kehilangan nyawa, menghadapi kamu; itulah sebabnya kami melakukan yang demikian.
25 Maka sekarang, kami ini dalam tanganmu; perlakukanlah kami seperti yang kaupandang baik dan benar untuk dilakukan kepada kami.”
26 Demikianlah dilakukannya kepada mereka. Dilepaskannyalah mereka dari tangan orang-orang Israel, sehingga mereka tidak dibunuh.
27 Dan pada waktu itu Yosua menjadikan mereka tukang belah kayu dan tukang timba air untuk umat itu dan untuk mezbah TUHAN, sampai sekarang, di tempat yang akan dipilih-Nya.
Pernah mendengar istilah “lidah memang tak bertulang?” Digunakan untuk menggambarkan kecenderungan seseorang yang berbohong demi melindungi dirinya sendiri. Inilah yang dilakukan orang-orang dari Gibeon, saat mendengar bangsa Israel telah mengalahkan kota Ai dan beberapa hari akan melewati kota Ai untuk merebut dan menghancurkan. Penduduk Gibeon pun mengatur siasat agar mendapat belas kasihan dari para pemimpin bangsa Israel sehingga mereka tidak dihancurkan. Mereka berpura-pura berasal dari negeri jauh, hendak membuat perjanjian dengan Israel. Untuk melengkapi skenario, mereka menggunakan pakaian usang, menggunakan kirbat anggur yang lama, membawa remah-remah roti, dan datang untuk memohon perlindungan serta meminta agar bangsa Israel berjanji untuk melindungi mereka.
Celakanya, pemimpin-pemimpin Israel termasuk Yosua tidak bertanya kepada Tuhan. Dengan pertimbangan sendiri, mereka mengabulkan permohonan orang Gibeon tersebut. Mereka berjanji tidak menyerang dan memusnahkan orang Gibeon. Beberapa hari kemudian, barulah mereka sadar, ternyata orang-orang itu tinggal di daerah Kanaan. Namun, karena sudah terlanjur berjanji untuk tidak menyerang Gibeon, maka bangsa Israel hanya menjadikan orang-orang Gibeon itu sebagai penimba air dan tukang pembelah kayu. Keputusan para pemimpin Israel itu menimbulkan sebuah dilema: antara memegang janji mereka dengan orang Gibeon atau menaati Tuhan, yaitu menaklukkan semua penduduk Kanaan termasuk Gibeon, sebagai bentuk hukuman Tuhan atas mereka. Akhirnya umat Israel sendiri menegur para pemimpin mereka. Mereka bertindak tidak sesuai dengan perintah Tuhan kepada Musa (ayat 18).
Pengalaman para pemimpin Israel dengan penduduk Gibeon ini dapat menjadi sebuah refleksi agar kita selalu berhati-hati untuk tidak mengambil keputusan berdasarkan kebutuhan “saat ini” saja. Kita harus benar-benar mempertimbangkan agar alasan dan tujuan keputusan kita adalah benar berlandaskan kasih serta ketaatan kepada Tuhan.
STUDI PRIBADI: Hal apakah yang Anda perlu pertimbangkan pada saat hendak mengambil keputusan? Bagaimana Anda meyakini bahwa keputusan yang Anda ambil adalah benar?
Pokok Doa: Berdoalah bagi para pemimpin gereja, agar mereka diberikan hikmat oleh Tuhan untuk mengambil keputusan yang tepat, sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga gereja Tuhan boleh menjadi berkat.