Mengalami Allah Dalam Iman-(2)

Jumat, 12 Februari 2021

Bacaan hari ini: Ibrani 11:11-12 | Bacaan setahun: Imamat 13-14, Markus 15



“Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” (Ibrani 11:11)

Sosok Sarah yang menjadi salah satu tokoh iman yang dituliskan oleh penulis Ibrani di sini dalam beberapa pandangan menjadi suatu hal yang problematik. Tapi, penulis Ibrani sesungguhnya tidak memberi kesan negatif sama sekali pada catatan terhadap Sarah. Penulis Ibrani justru senang membicarakan iman otentik Sarah daripada kegagalannya, dan penulis nampaknya bisa menuliskan nama Sarah di sini karena Sarah akhirnya diubahkan menjadi perempuan yang sungguh bisa tertawa bahagia karena mengalami pemenuhan janji Allah (Kej. 21:6).

Jika melihat kisah Sarah dan Abraham, kurang lebih fase yang bisa digambarkan adalah: pertama, adalah fase tidak percaya. Bahkan tertawa terhadap janji Allah yang akan memberikan keturunan kepada mereka. Fase yang kedua adalah fase dimana perlahan Abraham dan Sarah sadar akan siapa yang berjanji kepada mereka. Janji ini disampaikan oleh Allah sendiri dan Allah yang mereka kenal adalah Allah yang kudus dan berdaulat, yang tidak mungkin berucap bohong. Fase ketiga adalah tingkat kemampuan percaya pada apa yang tidak mungkin bertambah dalam iman yang dianugerahkan Allah pada mereka. Inilah langkah iman yang dilalui oleh Sarah, langkah iman yang otentik, namun pasti di dalam TUHAN.

Jika kita berada dalam fase yang serupa dengan Sarah pada saat ini, kita tidak perlu merasa bersalah apabila kita belum mampu percaya 100% kepada Allah. Seperti seorang ayah yang memohon Yesus menyembuhkan anaknya dalam Markus 9:24, kita hanya perlu datang kepada Allah dan mengatakan: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”

Allah Sarah adalah Allah yang sama bagi kita, Allah yang mengerti banyaknya tantangan manusia untuk beriman penuh kepada-Nya. Allah kita adalah Allah yang mahabaik, kasih karunia-Nya cukup bagi kita untuk melewati fase iman, sampai janji-Nya dipenuhi dalam hidup kita. Iman adalah kemampuan untuk bersandar penuh kepada anugerah Allah yang cukup bagi segala sesuatu yang bagi manusia tidak mungkin, tetapi bagi Allah mungkin.

STUDI PRIBADI : Apakah pengalaman iman Sarah pantas dijadikan teladan orang percaya? Mengapa? Kapan terakhir Anda ingat pengalaman Allah mengerjakan kemustahilan?

Berdoalah : Bapa, aku percaya, tolonglah aku untuk mempercayai jani-janji-Mu yang ya dan amin. Amin.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *