Abba, Bapa

Kamis, 29 Oktober 2020

Bacaan hari ini: Galatia 4:1-11 | Bacaan setahun: Yesaya 65-66, Amsal 29



“Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’” (Galatia 4:6)

Dalam pertumbuhan iman jemaat Galatia, Paulus mendapati bahwa ada beberapa orang yang kemudian mengajarkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan, orang-orang harus disunat dan harus menaati perintah Hukum Taurat dan mengikuti adat isitadat ataupun tradisi Yahudi. Merekapun diajarkan untuk memelihara hari-hari tertentu sebagai sarana keselamatan. Menanggapi hal tersebut, Paulus menjelaskan kembali bahwa ketika seseorang sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka ia sudah mendapatkan jaminan keselamatan.

Paulus menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan banyak orang yang tidak suka jika adat istiadat Yahudi diabaikan. Setiap budaya di dunia memiliki keyakinan yang secara umum diajarkan untuk mendapatkan keselamatan seseorang, baik keselamatan masa kini maupun masa yang akan datang. Maka bagian ini pun sangat relevan dengan kita. Kita harus memiliki keyakinan yang kokoh bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang berkuasa, sedangkan roh-roh lain adalah roh-roh dunia yang “lemah” dan “miskin.” Kata “lemah” dalam bagian ini menggunakan istilah Yunani “asthenes” menunjukkan kondisi tidak berdaya, sedangkan kata “miskin” dalam bagian ini menggunakan istilah Yunani “ptochos” menunjukkan keadaan melarat, bergantung pada bantuan pihak lain, atau rendah. Maka “roh-roh lain” atau kekuatan lain di luar Kristus adalah “roh” atau kekuatan yang tidak berkuasa dibandingkan Kristus. Hal ini untuk menyatakan bahwa setiap orang percaya tidak perlu terikat kepada kuasa lain di luar Kristus, untuk keselamatannya.

Firman hari ini menegaskan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus, telah mendapatkan hak istimewa untuk memanggil Allah sebagai “Abba, Bapa” (ayat 6). Sapaan yang menunjukkan kedekatan dan relasi yang sangat indah dengan Allah sebagai Sang Pencipta dan Pemelihara. Kristus menjadi jalan pendamaian bagi terjalinnya kembali relasi yang intim antara Allah dengan manusia. Ini adalah sebuah relasi anugerah, bukan perhitungan jasa atau pekerjaan antara pekerja dengan tuannya.

STUDI PRIBADI : Apakah yang menjadi tujuan Paulus di dalam menuliskan bagian yang kita renungkan ini?

Berdoalah : Tuhan Yesus, berikan kepada kami kemauan untuk membangun relasi dengan-Mu di dalam hidup kami, hari demi hari. Ajar kami untuk tetap setia hidup di dalam kebenaran-Mu, Amin.  

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *