Sabtu, 11 Februari 2023
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.” (Pengkhotbah 4:9)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 4:7-16 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 4
Pengkhotbah 4 : 7-16
Kesia-siaan dalam hidup
7 Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari:
8 ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanyapun tidak puas dengan kekayaan; –untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? –Inipun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.
9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?
12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.
13 Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi.
14 Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu.
15 Aku melihat semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan bersama-sama dengan orang muda tadi, yang akan menjadi pengganti raja itu.
16 Tiada habis-habisnya rakyat yang dipimpinnya, namun orang yang datang kemudian tidak menyukai dia. Oleh sebab itu, inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Pengkhotbah 4
1 Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan.
2 Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup.
3 Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari.
4 Dan aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
5 Orang yang bodoh melipat tangannya dan memakan dagingnya sendiri.
6 Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.
Kesia-siaan dalam hidup
7 Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari:
8 ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanyapun tidak puas dengan kekayaan; –untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? –Inipun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.
9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?
12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.
13 Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi.
14 Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu.
15 Aku melihat semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan bersama-sama dengan orang muda tadi, yang akan menjadi pengganti raja itu.
16 Tiada habis-habisnya rakyat yang dipimpinnya, namun orang yang datang kemudian tidak menyukai dia. Oleh sebab itu, inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Renungan hari ini terambil dari Pengkhotbah 4:7-16 yang membahas mengenai kesia-siaan dalam hidup. Akan tetapi, fokus perenungan penulis ada pada ayat ke-9: “Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.” Oleh karena ayat tersebut sering digunakan dalam renungan firman Tuhan pada acara perkawinan, maka kehidupan berumah tangga adalah fokus perenungan pada hari ini. Perkawinan merupakan lembaga yang dibentuk oleh Allah secara langsung untuk mempersatukan pria dan wanita. Mereka yang tadinya dua, menjadi satu kesatuan di dalam Kristus Yesus.
Kejadian 2:18 menuliskan: “TUHAN Allah berfirman: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Karena itu, sebagai mahkluk sosial, sangat penting bagi manusia untuk hidup berpasang-pasangan. Namun, lembaga perkawinan tersebut disepelekan oleh beberapa orang Kristen. Mereka menganggap remeh perkawinan, sehingga menggampangkan perceraian. Padahal hidup berpasangan dapat saling mengingatkan dan memberikan dukungan untuk tetap berada dalam jalan Tuhan ketika hidup di tengah dunia yang berdosa ini.
Tidak menutup kemungkinan, ada orang-orang yang Tuhan berikan karunia untuk hidup sendiri. Tentu saja, orang-orang tersebut sudah Tuhan perlengkapi, sehingga mampu untuk hidup tanpa pasangan. Akan tetapi, janganlah mencobai diri dengan hidup sendiri jikalau memang tidak mampu untuk hidup sendiri. Oleh karena sangatlah besar peluang untuk jatuh ke dalam dosa perzinahan dan tidak memuliakan Allah.
Jadi, apa yang kita pelajari pada hari ini? Pertama, mengucap syukur atas pasangan yang telah Tuhan telah berikan. Kedua, jikalau belum ada pasangan yang Tuhan berikan, doakanlah dan gumulkanlah baik-baik di hadapan Tuhan. Ketiga, jikalau Tuhan berikan kemampuan untuk hidup sendiri, jalanilah dengan penuh sukacita. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.
STUDI PRIBADI: Apakah pada saat ini saya sudah bersyukur kepada Tuhan atas pasangan yang telah Tuhan berikan?
Pokok Doa: Berdoalah, agar Roh Kudus tetap memberikan kemampuan kepada setiap kita untuk mencintai pasangan yang telah Tuhan berikan sampai seumur hidup kita.