Minggu, 5 Februari 2023
“Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.” (Amsal 25:21, 22)
Bacaan hari ini: Amsal 25:1-28 | Bacaan setahun: Amsal 25
Amsal 25 : 1-28
Amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai-pegawai Hizkia
1 Juga ini adalah amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai-pegawai Hizkia, raja Yehuda.
2 Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.
3 Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja tidak terduga.
4 Sisihkanlah sanga dari perak, maka keluarlah benda yang indah bagi pandai emas.
5 Sisihkanlah orang fasik dari hadapan raja, maka kokohlah takhtanya oleh kebenaran.
6 Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar.
7 Karena lebih baik orang berkata kepadamu: “Naiklah ke mari,” dari pada engkau direndahkan di hadapan orang mulia. Apa matamu lihat,
8 jangan terburu-buru kaubuat perkara pengadilan. Karena pada akhirnya apa yang engkau dapat lakukan, kalau sesamamu telah mempermalukan engkau?
9 Belalah perkaramu terhadap sesamamu itu, tetapi jangan buka rahasia orang lain,
10 supaya jangan orang yang mendengar engkau akan mencemoohkan engkau, dan umpat terhadap engkau akan tidak hilang.
11 Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.
12 Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar.
13 Seperti sejuk salju di musim panen, demikianlah pesuruh yang setia bagi orang-orang yang menyuruhnya. Ia menyegarkan hati tuan-tuannya.
14 Awan dan angin tanpa hujan, demikianlah orang yang menyombongkan diri dengan hadiah yang tidak pernah diberikannya.
15 Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang.
16 Kalau engkau mendapat madu, makanlah secukupnya, jangan sampai engkau terlalu kenyang dengan itu, lalu memuntahkannya.
17 Janganlah kerap kali datang ke rumah sesamamu, supaya jangan ia bosan, lalu membencimu.
18 Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam.
19 Kepercayaan kepada pengkhianat di masa kesesakan adalah seperti gigi yang rapuh dan kaki yang goyah.
20 Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka.
21 Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air.
22 Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.
23 Angin utara membawa hujan, bicara secara rahasia muka marah.
24 Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.
25 Seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, demikianlah kabar baik dari negeri yang jauh.
26 Seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor, demikianlah orang benar yang kuatir di hadapan orang fasik.
27 Tidaklah baik makan banyak madu; sebab itu biarlah jarang kata-kata pujianmu.
28 Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.
Pada umumnya, manusia selalu berbuat baik kepada mereka yang berbuat baik terhadap dirinya. Sehingga mereka merasa “bahagia” di dalam membina relasi dengan sesamanya. Namun dalam kehidupan ini, ternyata ada juga orang yang menjadi musuh (seteru/lawan) bagi kita. Dalam kondisi demikian, kita cenderung untuk menjauhi orang- orang yang menjadi musuh kita ini. Maka konflik batin yang muncul adalah, haruskah kita membalas kejahatannya atau berbuat sesuatu yang baik bagi hidupnya?
Salah satu bagian yang ditulis oleh Amsal hari ini adalah mengingatkan kepada pembacanya bahwa memiliki seteru (musuh) bukan harus dijadikan musuh untuk seterusnya. Penulis Amsal justru mengajak pembacanya untuk melihat dan memahami bahwa: (1) Seteru kita adalah manusia yang juga memiliki kebutuhan. Itu menunjukkan bahwa ada saatnya seteru kita sangat membutuhkan apa yang diperlukannya dalam hidup ini. Dan, kita sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. (2) Mendorong kita untuk dapat memperhatikan dan memenuhi kebutuhan seteru kita. Penulis Amsal mengajak supaya kita berbuat sesuatu yang baik, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan seteru kita. Dengan demikian kita memperlakukan musuh kita dengan cara yang berbeda. (3) Penulis Amsal juga menegaskan, bila kita berbuat baik kepada seteru kita, maka sebenarnya kita sedang melakukan perintah Allah dalam kehidupan ini (Mat. 5:44; Rom. 12:17-21). Meskipun perbuatan baik itu sangat sederhana, tapi TUHAN yang akan membalasnya bagi kita.
Ketika menjalin sebuah relasi dengan sesama, tentunya kita juga bisa mengalami perseteruan dengan mereka. Apabila hal itu terjadi karena kesalahan kita, jangan takut untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan kita. Namun, apabila kesalahan itu bukan dari pihak kita, maka Alkitab telah menunjukkan kepada kita, supaya kita membalas kejahatan dengan kebaikan. Tetap berpegang pada perintah Tuhan. Lakukan dengan setia dan Tuhan akan menyertai setiap kita yang taat akan perintah-Nya.
STUDI PRIBADI: Hal apa yang membuat kita tidak bisa mengampuni kesalahan seteru kita? Bagaimana kita mewujudkan kasih Allah yang telah kita alami kepada para seteru kita?
Pokok Doa: Berdoalah bagi kehidupan Umat Tuhan dalam Gereja Tuhan, karena ada banyak konflik yang tidak tertangani dengan baik sehingga menghambat pertumbuhan Kerajaan Allah.