Sabtu, 11 September 2021
Bacaan hari ini: Matius 5:4 | Bacaan setahun: Mazmur 101-102, Wahyu 11
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” (Matius 5:4)
Matius 5:4
4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Mazmur 101
Seorang raja bernazar
1 Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN.
2 Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.
3 Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.
4 Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu.
5 Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
6 Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.
7 Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.
8 Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan.
Mazmur 102
Doa minta tolong dan doa untuk Sion
1 Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. (102-2) TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
2 (102-3) Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
3 (102-4) Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian.
4 (102-5) Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku.
5 (102-6) Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang.
6 (102-7) Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan.
7 (102-8) Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh.
8 (102-9) Sepanjang hari aku dicela oleh musuh-musuhku, orang-orang yang mempermainkan aku menyumpah dengan menyebut namaku.
9 (102-10) Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan,
10 (102-11) oleh karena marah-Mu dan geram-Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku.
11 (102-12) Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang, dan aku sendiri layu seperti rumput.
12 (102-13) Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun.
13 (102-14) Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya.
14 (102-15) Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya.
15 (102-16) Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu,
16 (102-17) bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya,
17 (102-18) sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka.
18 (102-19) Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN,
19 (102-20) sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi,
20 (102-21) untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh,
21 (102-22) supaya nama TUHAN diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem,
22 (102-23) apabila berkumpul bersama-sama bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan untuk beribadah kepada TUHAN.
23 (102-24) Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek umurku.
24 (102-25) Aku berkata: “Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku! Tahun-tahun-Mu tetap turun-temurun!”
25 (102-26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.
26 (102-27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah;
27 (102-28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.
28 (102-29) Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu.
Wahyu 11
Dua saksi Allah
1 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”
3 Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
4 Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
5 Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.
6 Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.
7 Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.
8 Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.
9 Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan.
10 Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.
11 Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.
12 Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: “Naiklah ke mari!” Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.
13 Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga.
14 Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul.
Sangkakala yang ketujuh Nyanyian puji-pujian para tua-tua
15 Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.”
16 Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah,
17 sambil berkata: “Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja
18 dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
19 Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Dukacita sejatinya mendatangkan kesedihan, tetapi dalam bagian kedua ucapan bahagia ini dikatakan bahwa yang berbahagia (diberkati) adalah orang yang berdukacita. Dukacita di sini bukan berarti kehilangan seseorang, kehilangan pekerjaan atau mengalami musibah. Arthur Pink memakai istilah “Godly sorrow”, yang artinya dukacita yang juga menjadi dukacitanya Tuhan. Contohnya adalah dukacita akibat jauh dari Tuhan, dukacita karena kesadaran akan keberdosaan, baik dosa sendiri maupun dosa yang dilakukan orang lain. Dukacita seperti inilah yang akan beroleh penghiburan dari Tuhan.
Ketika Yesus mengatakan ucapan bahagia ini, perhatian-Nya tertuju kepada mereka yang sedang bergumul dalam dosa, yang merasa lemah dan tidak mampu memenuhi standar kebenaran Allah dan menyesali dosanya. Mereka yang meratapi naturnya yang rusak dan berkabung atas dosa mereka. Dukacita karena dosa menunjukkan kepekaan dan kebencian kita terhadap dosa, sama seperti Tuhan yang kita sembah yang sangat membenci dosa. Sebab tidak sedikit orang yang merasa tenang-tenang saja meski hidup dalam kegelapan dosa, sehingga merasa tidak ada yang hilang dan tidak ada yang perlu ditangisi.
Orang yang berdukacita seperti itulah yang akan berbahagia karena tersedia pengampunan dan anugerah hidup kekal bagi mereka. Tuhan akan memberikan penghiburan bagi mereka yang berdukacita karena mengakui dosanya dan mau berbalik kepada Tuhan. Orang yang sudah menerima Roh Kudus dalam hatinya tentu tidak akan merasakan sukacita ketika dia melakukan dosa ataupun melihat perbuatan dosa. Orang yang menyadari ketidak-layakannya di hadapan Tuhan harusnya berdukacita di dalam dirinya sebagai seorang Kristen. Rasa dukacita seperti itu harusnya ada dalam diri kita ketika kita berbuat dosa dan menyadarinya.
STUDI PRIBADI: Apakah yang kita rasakan ketika menyadari bahwa kita sudah melakukan dosa di hadapan Tuhan? Apakah kita menyesalinya dan berduka atas dosa kita atau justru merasa baik-baik saja?
Pokok Doa: Berdoalah supaya Tuhan memberikan kepada kita kepekaan terhadap dosa dan mohonlah pengampunan-Nya jika ada dosa yang sedang Anda lakukan, bahkan nikmati.