Sabtu, 25 Februari 2023
“Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:3)
Bacaan hari ini: Yesaya 6:1-13 | Bacaan setahun: Yesaya 6-7
Yesaya 6 : 1-13
Yesaya mendapat panggilan Allah
1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!”
4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.
5 Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.”
6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.”
8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”
9 Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!
10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.”
11 Kemudian aku bertanya: “Sampai berapa lama, ya Tuhan?” Lalu jawab-Nya: “Sampai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di rumah-rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi.
12 TUHAN akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh negeri menjadi kosong.
13 Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!”
Yesaya 7
Yesaya dan raja Ahas
1 Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya.
2 Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: “Aram telah berkemah di wilayah Efraim,” maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.
3 Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: “Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu,
4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.
5 Oleh karena Aram dan Efraim dengan anak Remalya telah merancang yang jahat atasmu, dengan berkata:
6 Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya,
7 maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi,
8 sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi bangsa lagi.
9 Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.”
Pemberitaan mengenai Imanuel
10 TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya:
11 “Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.”
12 Tetapi Ahas menjawab: “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN.”
13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
15 Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik,
16 sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong.
17 TUHAN akan mendatangkan atasmu dan atas rakyatmu dan atas kaum keluargamu hari-hari seperti yang belum pernah datang sejak Efraim menjauhkan diri dari Yehuda–yakni raja Asyur.”
18 Pada hari itu akan terjadi: TUHAN bersuit memanggil lalat yang ada di ujung anak-anak sungai Nil, dan memanggil lebah yang ada di tanah Asyur.
19 Dan semuanya akan datang hinggap di lembah-lembah yang terjal dan di celah-celah bukit-bukit batu, di segala pagar duri dan di segala tanah penggembalaan.
20 Pada hari itu dengan pisau cukur yang dipinjam dari seberang sungai Efrat, yakni raja Asyur, Tuhan akan mencukur kepala dan bulu paha, bahkan pisau itu akan melenyapkan janggut juga.
21 Pada hari itu setiap orang akan memiara seekor lembu betina yang muda dan dua ekor domba,
22 dan karena banyaknya susu yang dihasilkan, mereka akan makan dadih; sungguh, dadih dan madu akan dimakan oleh setiap orang yang masih tinggal di dalam negeri.
23 Pada hari itu setiap tempat, di mana biasanya tumbuh seribu pohon anggur dan yang berharga seribu syikal perak, akan menjadi tempat puteri malu dan rumput.
24 Orang pergi ke sana terpaksa membawa anak-anak panah dan busur, sebab puteri malu dan rumput belaka seluruh negeri itu.
25 Dan engkau tidak berani pergi ke segala lereng gunung yang biasanya dicangkul, karena takut akan puteri malu dan rumput; di situ hanya lembu dan domba akan berkeliaran.
Perikop ini dimulai dengan pertunjukan kebesaran Allah: Takhta-Nya besar, ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Bukan hanya dalam kebesaran-Nya, Allah juga tampil dalam kehebatan dan kekudusan-Nya. Yesaya melihat para serafim berdiri di sebelah atas-Nya. Menariknya, para serafim ini menggunakan empat sayapnya menutupi wajah dan kaki mereka. Ini disebabkan karena mereka pun tidak tahan dengan kemuliaan Allah. Luar biasa, para makhluk supranatural yang mulia ternyata juga tidak tahan dengan kemuliaan Allah! Seruan para serafim dan apa yang terjadi sesudahnya, makin memberi efek yang kuat betapa Allah sungguh penuh kuasa, mulia, dan kudus. Kehebatan-Nya terlampau besar untuk dilukiskan.
Menanggapi hal itu, ada dua sikap yang Yesaya tampilkan. Pertama, ia menyadari keberdosaannya. Menyadari kehidupannya, Yesaya yakin bahwa penampakan Allah itu seharusnya berarti hukuman. Menariknya, melalui apa yang dilakukan para serafim, Allah justru menunjukkan kasih karunia-Nya. Di satu sisi, perjumpaan dengan Allah akan menghancurkan keangkuhan kita. Perjumpaan dengan Allah membuat kita sadar betapa bobroknya kita sebenarnya. Di sisi lain, perjumpaan dengan Allah juga menyadarkan kita mengenai anugerah-Nya. Alih-alih hukuman, Ia malah memberikan kita kehidupan. Kedua, Yesaya bersedia menjadi utusan Allah. Saat Allah mencari siapa yang akan Dia utus, Yesaya menjawab undangan itu. Ia bersedia meski Allah menyatakan bahwa pemberitaan-Nya akan sia-sia. Bukannya bertobat, mereka yang mendengar seruan Yesaya malah makin mengeraskan hati. Tetapi, perjumpaan dengan Allah memang membawa ketaatan. Kita berani mengambil pilihan-pilihan yang sulit karena kita tahu Tuhan ingin kita berjalan ke sana.
Perjumpaan dengan Allah pasti mengubahkan hidup seseorang. Ada sikap-sikap berbeda yang akan ditampilkan seseorang dalam hidupnya. Apakah Anda sudah berjumpa dengan Allah? Apakah kita makin menyadari kerusakan kita? Apakah kita semakin menyadari betapa besar anugerah- Nya? Apakah Anda berani mengambil pilihan-pilihan sulit demi Dia?
STUDI PRIBADI: Mengapa orang yang berjumpa dengan Allah seharusnya semakin rendah hati? Apakah kerendahan hati merupakan satu-satu tanda perjumpaan dengan Allah?
Pokok Doa: Doakan agar anak-anak Allah terus hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan kepada tuntunan Allah.