Selasa, 21 Februari 2023
“Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan.” (Kidung Agung 8:6)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 8:5-7 | Bacaan setahun: Kidung Agung 8
Kidung Agung 8 : 5-7
Cinta kuat seperti maut
5 Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? –Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau.
6 –Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!
7 Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.
Kidung Agung 8
1 O, seandainya engkau saudaraku laki-laki, yang menyusu pada buah dada ibuku, akan kucium engkau bila kujumpai di luar, karena tak ada orang yang akan menghina aku!
2 Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah ibuku, supaya engkau mengajar aku. Akan kuberi kepadamu anggur yang harum untuk diminum, air buah delimaku.
3 Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku.
4 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya?
Cinta kuat seperti maut
5 Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? –Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau.
6 –Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!
7 Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.
Mempelai perempuan dan adiknya
8 –Kami mempunyai seorang adik perempuan, yang belum mempunyai buah dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari ia dipinang?
9 Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya; bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras.
10 –Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.
Lebih bahagia dari pada Salomo
11 Salomo mempunyai kebun anggur di Baal-Hamon. Diserahkannya kebun anggur itu kepada para penjaga, masing-masing memberikan seribu keping perak untuk hasilnya.
12 Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, ada di hadapanku; bagimulah seribu keping itu, raja Salomo, dan dua ratus bagi orang-orang yang menjaga hasilnya.
Kedua mempelai bersahut-sahutan
13 –Hai, penghuni kebun, teman-teman memperhatikan suaramu, perdengarkanlah itu kepadaku!
14 –Cepat, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah.
Siapa yang bisa menahan kekuatan cinta? Itulah yang penulis Kidung Agung ingin sampaikan di bagian ini. Cinta digambarkan kuat seperti maut. Demi cinta, orang sanggup melakukan apapun, bahkan hal di luar nalar. Sebab itulah, penulis mengatakan air yang banyak tidak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya (ayat 7).
Cinta yang digambarkan dalam bagian ini adalah cinta sejati dua sejoli yang seharusnya mewarnai sebuah pernikahan. Ayat 5 ditulis, “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun yang bersandar pada kekasihnya? Di bawah pohon apel kubangunkan engkau…” Cinta sejati berbicara tentang ingatan indah tentang orang yang dicintai. Ketika kita mencintai seseorang, maka kita senantiasa mengingat momen-momen indah bersama orang itu. Ia selalu ada di dalam pikiran kita. Bukankah apa yang selalu ada di pikiran kita, itulah yang paling berharga bagi kita dan yang paling kita cintai? Tidak berhenti di sana, cinta sejati tidak hanya ada dalam pikiran; pada akhirnya akan diwujudkan dengan komitmen. Ayat 6a ditulis, “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu.” Meterai biasanya digantung pada leher (dekat dengan hati) atau ditaruh di jari tangan dalam bentuk cincin. Ketika seseorang membubuhkan meterai pada sesuatu/seseorang, maka itu menjadi pertanda bahwa sesuatu itu/orang itu adalah miliknya. Dengan kata lain, mempelai wanita meminta agar dirinya dimiliki mempelai pria sebagai miliknya yang paling berharga.
Demikian hendaknya cinta sejati mewarnai pernikahan kita, sehingga kita boleh membangun rumah tangga yang harmonis dan berpegang pada komitmen yang kita buat di hadapan Tuhan. Cinta yang kuat ini juga sudah Tuhan tunjukkan bagi kita. Ia mengikat perjanjian dengan kita, menjadikan kita milik-Nya dengan memberikan Putra Tunggal yang dikasihi-Nya, untuk mati disalibkan bagi kita. Karena itu, setiap kali kita mengingat cinta Tuhan yang sedemikian kuat, yang telah mencari kita dan bahkan mengorbankan diri-Nya, mari kita mengasihi Tuhan dengan seluruh keberadaan kita dan tidak mendua hati, apalagi mengganti cinta-Nya dengan harta benda dunia.
STUDI PRIBADI: Alkitab sering menggambarkan hubungan suami-istri seperti Kristus dan jemaat-Nya, menurutmu bagaimana seharusnya suami memperlakukan istri & sebaliknya?
Pokok Doa: Berdoa supaya jemaat menjaga komitmen pernikahan sehingga Tuhan boleh dipermuliakan melalui kerukunan keluarga-keluarga Kristen. Jemaat mengingat cinta Tuhan yang besar dan setia mengasihi Tuhan.