Minggu, 19 Februari 2023
“Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku!” (Kidung Agung 5:8, TB)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 5:2-8 | Bacaan setahun: Kidung Agung 5
Kidung Agung 5 : 2-8
Kerinduan mempelai perempuan
2 Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. “Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!”
3 “Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?”
4 Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
5 Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
6 Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.
7 Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selendangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok.
8 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku!
Kidung Agung 5
1 –Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku, kukumpulkan mur dan rempah-rempahku, kumakan sambangku dan maduku, kuminum anggurku dan susuku. Makanlah, teman-teman, minumlah, minumlah sampai mabuk cinta!
Kerinduan mempelai perempuan
2 Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. “Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!”
3 “Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?”
4 Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
5 Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
6 Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.
7 Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selendangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok.
8 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku!
Mempelai perempuan memuji mempelai laki-laki di hadapan puteri-puteri Yerusalem
9 –Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, hai jelita di antara wanita? Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, sehingga kausumpahi kami begini?
10 –Putih bersih dan merah cerah kekasihku, menyolok mata di antara selaksa orang.
11 Bagaikan emas, emas murni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak.
12 Matanya bagaikan merpati pada batang air, bermandi dalam susu, duduk pada kolam yang penuh.
13 Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah, petak-petak rempah-rempah akar. Bunga-bunga bakung bibirnya, bertetesan cairan mur.
14 Tangannya bundaran emas, berhiaskan permata Tarsis, tubuhnya ukiran dari gading, bertabur batu nilam.
15 Kakinya adalah tiang-tiang marmar putih, bertumpu pada alas emas murni. Perawakannya seperti gunung Libanon, terpilih seperti pohon-pohon aras.
16 Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai puteri-puteri Yerusalem.
Kekasihku Samsulbahri! Walau kuketahui, bahwa surat yang malang ini, yang telah kutulis dengan airmata yang bercucuran dan hati yang sangat sedih lagi pedih… barangkali juga akan memutuskan pengharapanmu, yang kau amalkan siang dan malam… tetapi kugagahilah juga diriku menulis surat ini, karena takut kalau-kalau engkau bersangka, bahwa sesungguhnyalah hatiku telah berpaling daripadamu. Demikianlah penggalan surat Siti Nurbaya yang ditujukan kepada Syamsul Bahri, sang kekasih yang sedang menempuh pendidikan di pulau Jawa. Penuh nada cinta dan rindu, tetapi juga sesal dan pedih.
Beribu tahun sebelum kisah Siti Nurbaya hadir, perasaan rindu, sedih, sesal juga ditulis dalam Kitab Kidung Agung, menggambarkan romansa cinta melankolis. Bacaan ini menggambarkan kisah kekasih yang dimabuk asmara, menunjukkan angan hati mereka. Tidur dengan gelisah, menanti pujaan hati datang. Jantung berdegup kencang ketika terdengar ketukan pintu, panggilan penuh cinta merdu-merayu, dengan wajah memerah dan tangan tergetar membukakan pintu. Sayangnya, ia terlambat selangkah. sang kekasih pergi entah ke mana. Betapa risau hati perempuan, gelisah tak menentu, berlari ke sana ke mari mencari kekasihnya. Sayang sekali lagi, kekasih hati telah lenyap entah di mana rimbanya.
Banyak penafsir melihat Kitab Kidung Agung ini sebagai tipologi yang menggambarkan relasi yang harus dibangun antara umat Israel dengan YHWH: berelasi dengan benar, mencintai sepenuh hati, dan merindukan-Nya siang malam. Dalam konteks saat kini, Kitab Kidung Agung bisa dibaca sebagai penegasan kasih Tuhan bagi umat-Nya. Tuhan yang mau datang dan mencari “kekasih-Nya” dalam kerendahan, di dalam Kristus. Jemaat (orang percaya) telah menjadi milik-Nya oleh karya penebusan-Nya dan pengorbanan-Nya di atas kayu salib (Ef. 2:22-32; Rm. 7:2-4). Karena itu, sudah seharusnya setiap orang percaya memiliki relasi yang benar dengan Kristus; mengalami perjumpaan pribadi dan hidup dalam kerinduan mendalam untuk memuliakan Tuhan sepanjang hidupnya.
STUDI PRIBADI: Sudahkah Anda mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus? Seperti hasrat kepada seorang kekasih hati, apa Anda mencari kerinduan yang sama pada Tuhan?
Pokok Doa: Berdoalah agar jemaat mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus; agar jemaat Tuhan memiliki kerinduan mendalam untuk berelasi dan mencari Tuhan seumur hidup mereka.