Kamis, 26 Januari 2023
“Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu.” (Amsal 7:1-2)
Bacaan hari ini: Amsal 9:1-18 | Bacaan setahun: Amsal 8-9
Amsal 8
Wejangan hikmat
1 Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya?
2 Di atas tempat-tempat yang tinggi di tepi jalan, di persimpangan jalan-jalan, di sanalah ia berdiri,
3 di samping pintu-pintu gerbang, di depan kota, pada jalan masuk, ia berseru dengan nyaring:
4 “Hai para pria, kepadamulah aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku.
5 Hai orang yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan, hai orang bebal, mengertilah dalam hatimu.
6 Dengarlah, karena aku akan mengatakan perkara-perkara yang dalam dan akan membuka bibirku tentang perkara-perkara yang tepat.
7 Karena lidahku mengatakan kebenaran, dan kefasikan adalah kekejian bagi bibirku.
8 Segala perkataan mulutku adalah adil, tidak ada yang belat-belit atau serong.
9 Semuanya itu jelas bagi yang cerdas, lurus bagi yang berpengetahuan.
10 Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.
11 Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.
12 Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.
13 Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
14 Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan.
15 Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan.
16 Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.
17 Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku.
18 Kekayaan dan kehormatan ada padaku, juga harta yang tetap dan keadilan.
19 Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan.
20 Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan,
21 supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka.
22 TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
23 Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
24 Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.
25 Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
26 sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
27 Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya,
28 ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,
29 ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi,
30 aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;
31 aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
32 Oleh sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, karena berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku.
33 Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.
34 Berbahagialah orang yang mendengarkan daku, yang setiap hari menunggu pada pintuku, yang menjaga tiang pintu gerbangku.
35 Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia.
36 Tetapi siapa tidak mendapatkan aku, merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut.”
Amsal 9 : 1-18
Undangan hikmat dan undangan kebodohan
1 Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya,
2 memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya.
3 Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota:
4 “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari”; dan kepada yang tidak berakal budi katanya:
5 “Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur;
6 buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.”
7 Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela.
8 Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya,
9 berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.
10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
11 Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah.
12 Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya.
13 Perempuan bebal cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu malu.
14 Ia duduk di depan pintu rumahnya di atas kursi di tempat-tempat yang tinggi di kota,
15 dan orang-orang yang berlalu di jalan, yang lurus jalannya diundangnya dengan kata-kata:
16 “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari”; dan kepada orang yang tidak berakal budi katanya:
17 “Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat rasanya.”
18 Tetapi orang itu tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati.
Gegara gambar satu masakan di buku menu sebuah rumah makan, saya memesannya. Meski teman saya merekomendasikan menu lain, tapi saya bersikukuh. Benar saja, ternyata rasanya tak seindah gambarnya. Memilih tanpa mempertimbangkan masukan seorang kawan yang memiliki pengalaman kuliner, bisa berakhir dengan kekecewaan. Lebih dari sekadar memilih makanan, ternyata dalam kehidupan ada pilihan yang harus diambil dengan penuh hikmat karena berdampak besar bagi kita.
Salomo menggambarkan hikmat dan kebodohan seumpamakan dua wanita yang sangat bertolak belakang. Masing-masing menyiapkan perjamuan makan dan mengundang orang-orang untuk menikmati perjamuan bersama mereka. Wanita hikmat menyiapkan makanan dan minuman terbaik (ayat 5-6) bagi mereka yang menyambut undangannya. Sementara wanita bebal menyediakan makanan dari hasil curian (ayat 17) bagi mereka yang menerima undangannya. Hikmat berlandaskan takut akan Tuhan, menuntun setiap orang memilih pengenalan yang benar akan Tuhan dan hidup yang penuh berkat (ayat 10-11). Kebalikannya, jikalau orang tunduk kepada wanita bebal, maka ia akan mengalami kegelapan maut (ayat 18). Pemaparan tentang pilihan ini, mengingatkan kita akan pengajaran Tuhan Yesus tentang dua jalan yang terbentang (Mat. 7:13-14). Ada pintu yang lebar dan jalan yang luas, tetapi berujung kebinasaan. Lalu, ada pintu yang sesak dan jalan yang sempit, tapi berakhir dengan kehidupan. Sayangnya, tidak banyak orang memilih pintu yang sesak dan jalan yang sempit itu.
Betapa penting memilih hikmat bukan kebodohan; memilih pintu yang sesak dan jalan sempit. Sebab pilihan itu membawa kepada kehidupan dan berkat Tuhan, bukan sebaliknya. Dalam dunia saat ini, ada banyak tawaran dihidangkan di depan mata. Banyak jalan pintas yang tampak mudah dan menyenangkan, tetapi berujung kepada penyesalan dan kepahitan. Maka, peganglah hikmat Tuhan dan berjalanlah dalam takut akan Dia! Janganlah terbuai jalan pintas dan hiduplah berlandaskan hikmat dan pengenalan akan Allah.
STUDI PRIBADI: Supaya tidak salah menentukan pilihan, apakah yang seharusnya menjadi pijakan kita dalam memilih?
Pokok Doa: Berdoalah supaya jemaat Tuhan diberikan hikmat Allah dalam menentukan pilihan dan tidak tergiur oleh jalan pintas yang membawa kepada penyesalan.