Kamis, 29 Desember 2022
“Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.” (Mazmur 113:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 113:1-9 | Bacaan setahun: Mazmur 113-114
Mazmur 113 : 1-9
TUHAN meninggikan orang rendah
1 Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN!
2 Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.
3 Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN.
4 TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
5 Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi,
6 yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
7 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,
8 untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya.
9 Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!
Mazmur 114
Kejadian yang ajaib pada waktu Israel keluar dari Mesir
1 Pada waktu Israel keluar dari Mesir, kaum keturunan Yakub dari bangsa yang asing bahasanya,
2 maka Yehuda menjadi tempat kudus-Nya, Israel wilayah kekuasaan-Nya.
3 Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai Yordan berbalik ke hulu.
4 Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba.
5 Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri, hai sungai Yordan, sehingga engkau berbalik ke hulu,
6 hai gunung-gunung, sehingga kamu melompat-lompat seperti domba jantan, hai bukit-bukit, sehingga kamu seperti anak domba?
7 Gemetarlah, hai bumi, di hadapan TUHAN, di hadapan Allah Yakub,
8 yang mengubah gunung batu menjadi kolam air, dan batu yang keras menjadi mata air!
Mazmur ini dibuka dengan ajakan bagi kita untuk memuji Allah (ay. 1- 3). Pemazmur berkata: semua hamba Tuhan harus memuji nama Tuhan dan memasyurkan nama-Nya selamanya. Bahkan pujian ini selayaknya dikumandangkan terus-menerus. Pertanyaannya: mengapa kita, sebagai hamba-hamba Allah, harus memiliki hidup yang demikian?
Dalam bagian ini, pemazmur memberi dua alasan. Pertama, karena Allah itu agung melebihi segala ciptaan (ay. 4-5). Memakai bahasa teologis, kita patut memuji Allah karena Allah kita adalah Allah yang transenden. Ia adalah Allah yang mengatasi segala bangsa, yang kemuliaan-Nya mengatasi langit. Ia juga hidup dalam sebuah dimensi yang tinggi, yang jauh berbeda dengan kita sebagai ciptaan. Jadi, karena Ia adalah Allah yang agung dan berdaulat, tentu saja Ia lebih dari layak untuk dipuji.
Alasan kedua kita patut memuji Dia ialah karena Allah yang agung itu ternyata juga di saat yang sama adalah Allah yang peduli dengan kita (ay. 6- 9). Menggunakan bahasan teologis, kita patut memuji Allah karena Ia yang transenden itu di saat yang sama juga Pribadi yang imanen, yang dekat dengan kita. Pemazmur mencatat bahwa meski Allah tinggal dalam realitas yang agung, Ia mau merendahkan diri melihat ke langit dan bumi dan berkenan memperhatikan apa yang terjadi di sekeliling kita. Ia menjadi pembela bagi mereka yang hina dan miskin, Ia juga membawa berkat dan perhatian bagi mereka yang tertindas dan terabaikan.
Coba bayangkan. Anda orang yang hidup di masa pemerintahan Saul. Sayangnya, wilayah Anda hidup termasuk dalam wilayah yang jauh dan miskin, sehingga Saul tidak banyak memperhatikannya. Akibatnya, banyak terjadi ketidakadilan dan tekanan pada orang-orang yang hidup di wilayah Anda. Ketika menjadi raja, Daud ternyata memilih memperhatikan wilayah Anda, dan membebaskan Anda dan kaum Anda dari tekanan dan ketidakadilan yang terjadi. Jadi, bagaimana kira-kira perasaan Anda pada Daud? Ilustrasi ini tidak sempurna, tetapi setidaknya cukup untuk mengingatkan bahwa kita punya alasan yang kuat untuk bersyukur pada Allah!
STUDI PRIBADI: Pernahkah Anda coba menuliskan alasan yang membuat Anda harus bersyukur dan memuji Tuhan?
Pokok Doa: Doakan agar anak-anak Tuhan terus menyadari kebaikan Allah dan terus hidup dalam syukur dan pujian kepada Allah.