Selasa, 20 Desember 2022
“Aku hendak memperhatikan hidup yang…” (Mazmur 101:2, TB)
Bacaan hari ini: Mazmur 101:1-8 | Bacaan setahun: Mazmur 100-101
Mazmur 100
Pujilah Allah dalam bait-Nya
1 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!
2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
3 Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Mazmur 101 : 1-8
Seorang raja bernazar
1 Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN.
2 Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.
3 Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.
4 Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu.
5 Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
6 Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.
7 Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.
8 Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan.
Ungkapan ‘aku hendak’ atau ‘aku akan’ menjadi frase yang muncul berkali-kali dalam pujian pemazmur. Dari kata ‘hendak’ dan ‘akan’ pemazmur ingin menyatakan komitmennya untuk menjalani hari-hari hidupnya di hadapan Tuhan; baik pada masa kini maupun esok hari. Pertanyaannya, hidup yang bagaimana? Hidup yang selalu bersyukur atas kebaikan dan kasih setia Tuhan; hidup yang baik dan benar; hidup dalam ketulusan hati; hidup yang menjauhi kejahatan dan membenci orang yang fasik; serta hidup yang mengarahkan mata hanya pada orang benar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan komitmen sebagai ‘perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu’ atau ‘kontrak atau janji hendak berbuat sesuatu jika maksud atau keinginannya tercapai.’ Misal, saya berkomitmen akan mencukur rambut jika lulus ujian masuk sekolah kepolisian. Dalam Alkitab, komitmen atau nazar (menggunakan kata Ibrani nadar) diartikan sebagai ‘berjanji atau bersumpah.’ Tindakan ini mencakup tiga pihak, yakni Tuhan, jemaat atau orang lain, maupun si pembuat nazar. Pemberi atau pembuat nazar bisa berbentuk perorangan atau komunal. Biasanya, jemaat atau orang lain berperan sebagai saksi, sementara Tuhan bertindak sebagai penerima nazar. Tujuan bernazar biasanya bukan hanya demi mendapat berkat, atau pengabulan doa dari Tuhan, melainkan juga: (i) demi kebaikan diri sendiri atau komunitas, (ii) agar mendapatkan belas kasihan dari Allah, dan (iii) sebuah bentuk penyerahan diri secara total kepada Tuhan.
Sebuah komitmen atau nazar muncul dari pergumulan pribadi yang dalam di hadapan Tuhan. Tindakan ini diambil secara sadar dan dilakukan dengan segenap hati, bukan hanya karena kita memerlukan pertolongan Tuhan atas pergumulan, melainkan juga sebagai bentuk keyakinan dan kesadaran bahwa tanpa Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika orang percaya mengambil komitmen atau bernazar, maka ia telah terikat perjanjian dengan Tuhan. Karena itu, haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh, tulus, dan dalam keteguhan hati.
STUDI PRIBADI: Menurut Anda, perlukah orang percaya bernazar di hadapan Tuhan? Coba ingat, nazar apakah yang belum Anda bayar di hadapan Tuhan? Bagaimana sikap Anda?
Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan memberikan kita kekuatan membayar nazar yang pernah kita buat di hadapan Tuhan. Berkomitmenlah untuk hidup senantiasa memuliakan Tuhan.