Menghitung Hari

Kamis, 15 Desember 2022

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12)

Bacaan hari ini: Mazmur 90:1-17 | Bacaan setahun: Mazmur 90-91

Manusia memiliki persamaan dalam hidup, baik yang berusia pendek atau panjang. Manusia dilahirkan, dibesarkan orang tua, menerima pendidikan, bekerja, menikah, memiliki anak, berkarier, tapi diakhiri dengan menjadi tua, pensiun, lemah fisik, dan akhirnya mati. Demikian juga tentang waktu yang diberikan Allah (ada yang 70-80 tahun, ada yang lebih singkat), setiap kita melewati satu hari terdiri dari 24 jam, dan satu tahunnya 365/366 hari. Sekilas kita sadar bahwa setiap hari berjalan hampir sama, matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, musim berganti sesuai dengan musimnya. Maka dari itu, bahaya yang perlu kita waspadai dalam rutinitas aktivitas adalah manusia seringkali lupa untuk mengisi hidup yang dijalani dengan bermakna, manusia hampir sama seperti robot. Manusia hanya mencari uang, bekerja, nanti pensiun, bahkan kadang sudah pensiun pun masih tetap ingin bekerja cari uang; sampai kematian menjemputnya, barulah orang itu berhenti dari usahanya.

Musa ingin kita menghitung hari-hari hidup kita, sehingga kita beroleh hati yang bijaksana; mengapa demikian? Karena pada hakikatnya hidup manusia adalah terbatas, dan akan berakhir dalam kematian, karena upah dosa adalah maut. Oleh sebab itu, Musa mengingatkan kita, dalam hidup yang penuh penderitaan dan kesusahan ini, manusia adalah ciptaan Tuhan yang mulia. Sehingga manusia berbeda dengan ciptaan Allah lainnya dan perlu mengisi hidupnya dengan bermakna. Jadi, ketika Musa berkata, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Itu berarti dalam keterbatasan hidupnya, manusia perlu mengisi hidupnya dengan kerinduan untuk makin mengenal Allah, mengasihi Allah dan melayani Allah; hidup memuliakan Allah. Sehingga manusia dapat memiliki hati yang bijaksana dalam menjalani hidupnya di dunia yang fana ini.

Mari setiap kita belajar untuk hidup dengan tidak sembarangan tetapi benar-benar mengisi kehidupan ini dengan Kristus dalam Firman-Nya yang hidup. Kehidupan yang seperti itulah yang diperkenan Allah.

STUDI PRIBADI: Apa yang membuat kita tidak memiliki damai sejahtera? Sudahkah kita berjumpa Kristus dan hidup dalam Firman-Nya, sehingga kita memiliki hidup bermakna?

Pokok Doa: Berdoa bagi generasi muda yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi lebih daripada Allah, Sang Pencipta. Bagi gereja Tuhan agar memperhatikan kehidupan generasi muda untuk menjadi bermakna.  

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *