Selasa, 15 November 2022
“Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya.” (Mazmur 41:13)
Bacaan hari ini: Mazmur 41:1-14 | setahun: Mazmur 41-42
Mazmur 41 : 1-14
Doa minta penyembuhan
1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (41-2) Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka.
2 (41-3) TUHAN akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya!
3 (41-4) TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya.
4 (41-5) Kalau aku, kataku: “TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!”
5 (41-6) Musuhku mengatakan yang jahat tentang aku: “Bilakah ia mati, dan namanya hilang lenyap?”
6 (41-7) Orang yang datang menjenguk, berkata dusta; hatinya penuh kejahatan, lalu ia keluar menceritakannya di jalan.
7 (41-8) Semua orang yang benci kepadaku berbisik-bisik bersama-sama tentang aku, mereka merancangkan yang jahat terhadap aku:
8 (41-9) “Penyakit jahanam telah menimpa dia, sekali ia berbaring, takkan bangun-bangun lagi.”
9 (41-10) Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.
10 (41-11) Tetapi Engkau, ya TUHAN, kasihanilah aku dan tegakkanlah aku, maka aku hendak mengadakan pembalasan terhadap mereka.
11 (41-12) Dengan demikian aku tahu, bahwa Engkau berkenan kepadaku, apabila musuhku tidak bersorak-sorai karena aku.
12 (41-13) Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan-Mu untuk selama-lamanya.
13 (41-14) Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya! Amin, ya amin.
Mazmur 42
Kerinduan kepada Allah
1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. (42-2) Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
2 (42-3) Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
3 (42-4) Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?”
4 (42-5) Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
5 (42-6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
6 (42-7) Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.
7 (42-8) Samudera raya berpanggil-panggilan dengan deru air terjun-Mu; segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku.
8 (42-9) TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku.
9 (42-10) Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?”
10 (42-11) Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: “Di mana Allahmu?”
11 (42-12) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Setiap kita tentu tidak senang bila divonis penyakit tertentu. Apalagi bila kita terjangkit dalam kurun waktu lama atau divonis penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan. Kondisi tersebut terkadang dapat membuat kita merenungkan kembali akan kehidupan kita dan berusaha menerka akan kesalahan atau dosa yang telah kita perbuat. Akibatnya, kita mulai berpikir bahwa penyakit itu merupakan bentuk hukuman Tuhan. Di sisi lain, kita dapat semakin terdorong untuk mendekatkan diri kepada-Nya sembari memohon belas kasihan-Nya untuk memulihkan kondisi tersebut.
Pergumulan yang serupa tergambarkan melalui Mazmur 41 yang berisi seruan permohonan kesembuhan ilahi dari Allah. Namun sebelum berbicara, ia mendengarkan pernyataan dari imam mengenai karakter seseorang yang layak memohon kesembuhan ilahi dari Allah. Mendengar hal tersebut, orang tersebut segera menaikkan doanya, bukan hanya untuk kesembuhan ilahi tetapi juga pengampunan ilahi. Di sinilah tampak bahwa penyakit yang dideritanya menjadi momentum baginya untuk mengakui keberdosaannya dan sekaligus mendekatkan dirinya kepada Allah. Seruan ratapan ini didasarkan pada keyakinannya akan pribadi Allah yang akan menjadi pembelanya. Dalam imannya, ia meyakini bahwa Allah akan membuatnya berdiri tegak di hadapan Allah untuk selama-lamanya, bukan semata-mata karena kesalehannya melainkan karena perkenanan dan belas kasihan Allah.
Firman Tuhan hari ini memperlihatkan kepada kita sekali lagi akan kemurahan Allah yang luar biasa dalam kehidupan umat-Nya. Kejadian buruk yang menimpa kita tentu seringkali menjadi bahan tertawaan orang lain dan membuat kita mulai mempertanyakan iman kita. Meski demikian, hal tersebut tidak menggagalkan fakta bahwa kasih Allah jauh melampaui itu semua. Ia tetap adalah Allah yang mengasihi umat-Nya, bukan karena kesalehan kita melainkan karena Ia adalah Allah yang adalah Kasih. Biarlah pergumulan yang kita hadapi menjadi momentum bagi kita untuk sekali lagi mendekatkan diri kepada Allah, Sang Jehovah Rapha.
STUDI PRIBADI: Pergumulan apa yang sedang kita alami saat ini? Adakah hal tersebut semakin membuat kita mendekat kepada Allah atau justru menjauh dari Allah?
Pokok Doa: Berdoalah agar dalam masa-masa pemulihan dari pandemi ini, anak Tuhan memiliki iman yang terus berharap kepada Kristus. Berdoa bagi jemaat Tuhan, dalam masa sulit, tetap dan selalu bergantung kepada Tuhan.