Kamis, 3 November 2022
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” (Mazmur 22:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 22:1-32 | Bacaan setahun: Mazmur 22
Mazmur 22 : 1-32
Allahku, mengapa Kautinggalkan aku?
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. (22-2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
2 (22-3) Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
3 (22-4) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
4 (22-5) Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
5 (22-6) Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
6 (22-7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
7 (22-8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:
8 (22-9) “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?”
9 (22-10) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
10 (22-11) Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
11 (22-12) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
12 (22-13) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku;
13 (22-14) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum.
14 (22-15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku;
15 (22-16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.
16 (22-17) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
17 (22-18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
18 (22-19) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
19 (22-20) Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
20 (22-21) Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing.
21 (22-22) Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!
22 (22-23) Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:
23 (22-24) kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
24 (22-25) Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
25 (22-26) Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia.
26 (22-27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
27 (22-28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
28 (22-29) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.
29 (22-30) Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
30 (22-31) Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang.
31 (22-32) Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Mengapa Allah meninggalkan saya? Tentu ini bukan sekadar sebuah keluh-kesah atau perasaan pemazmur semata. Melainkan sebuah pergumulan iman di tengah realita hidupnya yang tidak mudah dan berbahaya. Pemazmur sedang dikepung oleh para musuhnya dan sedang dipermalukan sejadi-jadinya. Di tengah situasi seperti itu, pemazmur tidak putus-putusnya berserah kepada Tuhan dengan siang malam berseru dalam doa, namun Allah terasa jauh dan tidak segera menjawabnya serta menolongnya. Tidak heran karena hal ini, beberapa orang menghakiminya sebagai orang berdosa yang tidak lagi dipedulikan oleh Tuhan. Di tengah pergumulan seperti itu, bahkan merasa Allah begitu jauh dan meninggalkan dia, pemazmur tidak kehilangan pengharapan kepada Tuhan. Pemazmur mengingat akan karya Allah di masa lalu kepada nenek moyang Israel yang mendatangkan kelepasan kepada mereka. Pemazmur juga memahami bahwa hidupnya bukanlah tanpa makna walau saat itu ia berada di dalam penderitaan, karena Tuhanlah yang menjaga dia sejak dalam kandungan ibunya, ketika dilahirkan, dan bertumbuh.
Pada akhirnya, Tuhan telah menjawabnya, kata pemazmur (ay. 22). Sehingga dia menyatakan bahwa Allah “tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya” (ay. 25). Hal ini menjadi pengharapan bagi kita yang menjalani penderitaan, bahwa Allah tidak sedang bersembunyi atau jauh dari kita, Ia mendengar seru doa umat-Nya. Kita juga ingat bahwa Tuhan Yesus di kayu salib menggenapkan Mazmur 22 ini. Dia berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Di atas kayu salib itu, Tuhan Yesus menanggung kutuk dosa dan ditinggalkan Allah. Akan tetapi Dia menang atasnya dan memberi pengharapan kepada kita yang hidup di tengah dunia berdosa ini dengan segala dampaknya. Sebuah pengharapan bahwa kita takkan ditinggalkan Allah dalam segala kondisi, bahkan kita memiliki jaminan kemenangan karena Tuhan Yesus yang telah mati dan bangkit. Amin.
STUDI PRIBADI: Apa yang kita lakukan ketika merasakan Allah seakan jauh dari kita?
Pokok Doa: Berdoa untuk jemaat Tuhan yang sedang dalam kesulitan hidup, bahkan merasa Allah begitu jauh dan tidak menjawab seru doa mereka.