Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Minggu, 25 September 2022

“Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah.” (Ayub 1:20)

Bacaan hari ini: Ayub 1:1-22 | Bacaan setahun: Ayub 1

Bayangkan yang Ayub alami! Tentu kita pernah mendengar istilah ini: “penderitaan demi penderitaan datang silih berganti” Penderitaan Ayub datang bertubi-tubi; belum selesai yang satu, ada datang yang lain, bak pepatah “Sudah jatuh ketimpa tangga pula.” Dalam sehari, Ayub kehilangan lembu sapi dan keledainya, kambing dombanya, unta-untanya, bahkan semua anak-anaknya. Menghadapi semua yang datang bertubi-tubi, Ayub kemudian berdiri dan mengoyak jubahnya, mencukur kepalanya sebagai tanda duka yang sangat mendalam.

Di tengah penderitaan yang begitu hebat dan duka yang mendalam, Ayub sujud dan menyembah kepada Tuhan. Ia berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Firman Tuhan menyimpulkan dalam satu kalimat: Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Mengapa Ayub bisa berkata demikian? Bayangkan bila kita di posisi Ayub! Bagaimana Ayub bisa tetap tegar?

Dalam ayat 1, kita menjumpai alasan Ayub bisa berkata demikian. Ayub tidak sama dengan kebanyakan orang. Ayub seorang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Tentu saja kekuatan yang Ayub miliki tidak datang secara tiba-tiba. Kekuatan itu muncul dari relasinya yang begitu intim dan dekat dengan Tuhan, sampai Tuhan pun memujinya di hadapan Iblis.

Penderitaan hidup memang seringkali tidak bisa kita hindari, apa pun penyebabnya. Yang terpenting bukanlah jenis penderitaannya, tetapi seberapa kuat kita membangun iman kita di hadapan Tuhan. Seperti sebuah pohon, tidak peduli sekeras apapun angin itu bertiup, yang penting adalah seberapa dalam akarnya mencengkeram tanah di bawahnya. Mari kita membangun relasi yang dekat dengan Tuhan dan menjaga hidup di hadapan-Nya. Meskipun badai masalah menimpa, kita terus dimampukan untuk tetap percaya dan berpegang kepada Tuhan.

STUDI PRIBADI: Apa saja kehilangan yang Ayub alami, bagaimana ia menyikapi? Mengapa Ayub bisa menghadapi semua itu tanpa kehilangan kepercayaan kepada Tuhan?

Pokok Doa: Marilah kita berdoa agar jemaat Tuhan yang sedang bergumul dalam kesulitan dan penderitaan, diberikan Tuhan anugerah dan kekuatan untuk tetap bersandar kepada Tuhan dan tidak kehilangan imannya. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *