Minggu, 25 September 2022
“Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah.” (Ayub 1:20)
Bacaan hari ini: Ayub 1:1-22 | Bacaan setahun: Ayub 1
Ayub 1 : 1-22
Tindakan orang Yahudi terhadap musuhnya
1 Dalam bulan yang kedua belas–yakni bulan Adar–,pada hari yang ketiga belas, ketika titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka.
2 Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di seluruh daerah raja Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka, dan tiada seorangpun tahan menghadapi mereka, karena ketakutan kepada orang Yahudi telah menimpa segala bangsa itu.
3 Dan semua pembesar daerah dan wakil pemerintahan dan bupati serta pejabat kerajaan menyokong orang Yahudi, karena ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka.
4 Sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam istana raja dan tersiarlah berita tentang dia ke segenap daerah, karena Mordekhai itu bertambah-tambah besar kekuasaannya.
5 Maka orang Yahudi mengalahkan semua musuhnya: mereka memukulnya dengan pedang, membunuh dan membinasakannya; mereka berbuat sekehendak hatinya terhadap pembenci-pembenci mereka.
6 Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi membunuh dan membinasakan lima ratus orang.
7 Juga Parsandata, Dalfon, Aspata,
8 Porata, Adalya, Aridata,
9 Parmasta, Arisai, Aridai dan Waizata,
10 kesepuluh anak laki-laki Haman bin Hamedata, seteru orang Yahudi, dibunuh oleh mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.
11 Pada hari itu juga jumlah orang-orang yang terbunuh di dalam benteng Susan disampaikan ke hadapan raja.
12 Lalu titah raja kepada Ester, sang ratu: “Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi telah membunuh dan membinasakan lima ratus orang beserta kesepuluh anak Haman. Di daerah-daerah kerajaan yang lain, entahlah apa yang diperbuat mereka. Dan apakah permintaanmu sekarang? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu lagi? Niscaya dipenuhi.”
13 Lalu jawab Ester: “Jikalau baik pada pemandangan raja, diizinkanlah kiranya kepada orang Yahudi yang di Susan untuk berbuat besokpun sesuai dengan undang-undang untuk hari ini, dan kesepuluh anak Haman itu hendaklah disulakan pada tiang.”
14 Rajapun menitahkan berbuat demikian; maka undang-undang itu dikeluarkan di Susan dan kesepuluh anak Haman disulakan orang.
15 Jadi berkumpullah orang Yahudi yang di Susan pada hari yang keempat belas bulan Adar juga dan dibunuhnyalah di Susan tiga ratus orang, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.
16 Orang Yahudi yang lain, yang ada di dalam daerah kerajaan, berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta mendapat keamanan terhadap musuhnya; mereka membunuh tujuh puluh lima ribu orang di antara pembenci-pembenci mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.
17 Hal itu terjadi pada hari yang ketiga belas dalam bulan Adar. Pada hari yang keempat belas berhentilah mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.
18 Akan tetapi orang Yahudi yang di Susan berkumpul, baik pada hari yang ketiga belas, baik pada hari yang keempat belas dalam bulan itu. Lalu berhentilah mereka pada hari yang kelima belas dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.
19 Oleh sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yakni yang diam di perkampungan merayakan hari yang keempat belas bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.
Penetapan hari raya Purim
20 Maka Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh,
21 untuk mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari yang keempat belas dan yang kelima belas bulan Adar,
22 karena pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira, dan supaya menjadikan hari-hari itu hari perjamuan dan sukacita dan hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk bersedekah kepada orang-orang miskin.
23 Maka orang Yahudi menerima sebagai ketetapan apa yang sudah dimulai mereka melakukannya dan apa yang ditulis Mordekhai kepada mereka.
24 Sesungguhnya Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru semua orang Yahudi itu, telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi dan diapun telah membuang pur–yakni undi–untuk menghancurkan dan membinasakan mereka,
25 akan tetapi ketika hal itu disampaikan ke hadapan raja, maka dititahkannyalah dengan surat, supaya rancangan jahat yang dibuat Haman terhadap orang Yahudi itu dibalikkan ke atas kepalanya. Maka Haman beserta anak-anaknya disulakan pada tiang.
26 Oleh sebab itulah hari-hari itu disebut Purim, menurut kata pur. Oleh sebab itu jugalah, yakni karena seluruh isi surat itu dan karena apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang dialami mereka,
27 orang Yahudi menerima sebagai kewajiban dan sebagai ketetapan bagi dirinya sendiri dan keturunannya dan bagi sekalian orang yang akan bergabung dengan mereka, bahwa mereka tidak akan melampaui merayakan kedua hari itu tiap-tiap tahun, menurut yang dituliskan tentang itu dan pada waktu yang ditentukan,
28 dan bahwa hari-hari itu akan diperingati dan dirayakan di dalam tiap-tiap angkatan, di dalam tiap-tiap kaum, di tiap-tiap daerah, di tiap-tiap kota, sehingga hari-hari Purim itu tidak akan lenyap dari tengah-tengah orang Yahudi dan peringatannya tidak akan berakhir dari antara keturunan mereka.
29 Lalu Ester, sang ratu, anak Abihail, menulis surat, bersama-sama dengan Mordekhai, orang Yahudi itu; surat yang kedua tentang hari raya Purim ini dituliskannya dengan segala ketegasan untuk menguatkannya.
30 Lalu dikirimkanlah surat-surat kepada semua orang Yahudi di dalam keseratus dua puluh tujuh daerah kerajaan Ahasyweros, dengan kata-kata salam dan setia,
31 supaya hari-hari Purim itu dirayakan pada waktu yang ditentukan, seperti yang diwajibkan kepada mereka oleh Mordekhai, orang Yahudi itu, dan oleh Ester, sang ratu, dan seperti yang diwajibkan mereka kepada dirinya sendiri serta keturunan mereka, mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap.
32 Demikianlah perintah Ester menetapkan perihal Purim itu, kemudian dituliskan di dalam kitab.
Bayangkan yang Ayub alami! Tentu kita pernah mendengar istilah ini: “penderitaan demi penderitaan datang silih berganti” Penderitaan Ayub datang bertubi-tubi; belum selesai yang satu, ada datang yang lain, bak pepatah “Sudah jatuh ketimpa tangga pula.” Dalam sehari, Ayub kehilangan lembu sapi dan keledainya, kambing dombanya, unta-untanya, bahkan semua anak-anaknya. Menghadapi semua yang datang bertubi-tubi, Ayub kemudian berdiri dan mengoyak jubahnya, mencukur kepalanya sebagai tanda duka yang sangat mendalam.
Di tengah penderitaan yang begitu hebat dan duka yang mendalam, Ayub sujud dan menyembah kepada Tuhan. Ia berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Firman Tuhan menyimpulkan dalam satu kalimat: Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Mengapa Ayub bisa berkata demikian? Bayangkan bila kita di posisi Ayub! Bagaimana Ayub bisa tetap tegar?
Dalam ayat 1, kita menjumpai alasan Ayub bisa berkata demikian. Ayub tidak sama dengan kebanyakan orang. Ayub seorang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Tentu saja kekuatan yang Ayub miliki tidak datang secara tiba-tiba. Kekuatan itu muncul dari relasinya yang begitu intim dan dekat dengan Tuhan, sampai Tuhan pun memujinya di hadapan Iblis.
Penderitaan hidup memang seringkali tidak bisa kita hindari, apa pun penyebabnya. Yang terpenting bukanlah jenis penderitaannya, tetapi seberapa kuat kita membangun iman kita di hadapan Tuhan. Seperti sebuah pohon, tidak peduli sekeras apapun angin itu bertiup, yang penting adalah seberapa dalam akarnya mencengkeram tanah di bawahnya. Mari kita membangun relasi yang dekat dengan Tuhan dan menjaga hidup di hadapan-Nya. Meskipun badai masalah menimpa, kita terus dimampukan untuk tetap percaya dan berpegang kepada Tuhan.
STUDI PRIBADI: Apa saja kehilangan yang Ayub alami, bagaimana ia menyikapi? Mengapa Ayub bisa menghadapi semua itu tanpa kehilangan kepercayaan kepada Tuhan?
Pokok Doa: Marilah kita berdoa agar jemaat Tuhan yang sedang bergumul dalam kesulitan dan penderitaan, diberikan Tuhan anugerah dan kekuatan untuk tetap bersandar kepada Tuhan dan tidak kehilangan imannya.