Akhir Kisah Sang Pejabat

Jumat, 23 September 2022

“Sembah Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja: ‘Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk Mordekhai..., telah berdiri di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya.’ Lalu titah raja: ‘Sulakan dia pada tiang itu.’” (Ester 7:9, TB)

Bacaan hari ini: Ester 7:1-10 | Bacaan setahun: Ester 7-8

Tragis! Kata yang tepat untuk menggambarkan nasib akhir Haman, seorang petinggi kerajaan yang ambisius dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Ia adalah musuh Mordekhai, musuh Ester, musuh Israel, musuh raja, dan musuh Tuhan Semesta alam. Seperti dongeng kanak-kanak atau film Hollywood yang menampilkan kejahatan bersimaharajalela (sewenang-wenang, merajalela) di awal, dan pada akhir kisah, sang penjahat mendapatkan hukuman yang setimpal kejahatannya. Haman mati dengan disulakan pada tiang gantungan, sementara pemeran utama merasakan akhir kisah yang bahagia bersama rakyatnya.

Kisah Haman, seorang penjahat yang berniat untuk memusnahkan satu bangsa, adalah kisah tentang manusia yang dimabuk oleh kekuasaan dan menuruti hawa nafsu; kisah tentang seorang manusia yang tidak dapat menguasai diri, namun justru dikuasai keserakahan; kisah tentang seorang manusia yang menjadi gelap mata, lalu terjerembab masuk ke dalam jurang kenistaan dan tak dapat bangun kembali.

Narasi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa setiap ketaatan akan selalu berjalan sejajar dengan berkat Tuhan. Sebaliknya, kejahatan akan menghasilkan kutuk dan penghukuman. Bila kita membaca kisah ini lebih teliti dan dalam, kita akan dipertemukan dengan kisah kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan: Tuhan yang sanggup menjaga dan memelihara umat-Nya dari kemusnahan. Kita meyakini bahwa kejahatan takkan pernah menang ketika berhadapan dengan keadilan Tuhan, malah akan berakhir tragis dan mengerikan. Mungkin pada suatu masa, kejahatan seperti dapat menunjukkan taringnya, namun di dalam kedaulatan dan keadilan Allah, semua kejahatan akan dilenyapkan pada waktu-Nya. Kebenaran niscaya akan muncul seperti mentari pagi dan menggantikan kegelapan malam. Kisah ini mengingatkan orang percaya untuk percaya akan kedaulatan, penyertaan, dan pemeliharaan Allah yang sempurna. Juga, mengingatkan agar orang percaya dapat mengusai diri dan tidak mabuk kuasa, karena Tuhan akan menegakkan kebenaran pada waktu-Nya.

STUDI PRIBADI: Apakah ciri-ciri orang yang dimabuk kuasa dan serakah? Bagaimanakah Tuhan memelihara hidup Anda lolos dari kejahatan? Bagaimana respons Anda?

Pokok Doa: Agar pemimpin gereja diberi hikmat dan hati takut akan Tuhan dan melayani dalam motivasi yang benar. Doakan agar jemaat tetap setia menanti pertolongan Tuhan meskipun sulit situasinya. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *