Jumat, 23 September 2022
“Sembah Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja: ‘Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk Mordekhai..., telah berdiri di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya.’ Lalu titah raja: ‘Sulakan dia pada tiang itu.’” (Ester 7:9, TB)
Bacaan hari ini: Ester 7:1-10 | Bacaan setahun: Ester 7-8
Ester 7 : 1-10
Haman diadukan oleh Ester dan dihukum mati
1 Datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu.
2 Pada hari yang kedua itu, sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: “Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.”
3 Maka jawab Ester, sang ratu: “Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba.
4 Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja.”
5 Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: “Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?”
6 Lalu jawab Ester: “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!” Maka Hamanpun sangatlah ketakutan di hadapan raja dan ratu.
7 Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya dari pada minum anggur dan keluar ke taman istana; akan tetapi Haman masih tinggal untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang ratu, karena ia melihat, bahwa telah putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya.
8 Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur, maka Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Maka titah raja: “Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?” Tatkala titah raja itu keluar dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman.
9 Sembah Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja: “Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu, telah berdiri di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya.” Lalu titah raja: “Sulakan dia pada tiang itu.”
10 Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja.
Ester 8
Perintah raja yang menguntungkan orang Yahudi
1 Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia.
2 Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.
3 Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi.
4 Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja,
5 serta sembahnya: “Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja, dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba, maka hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang berisi rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan.
6 Karena bagaimana hamba dapat melihat malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat kebinasaan sanak saudara hamba?”
7 Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: “Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi.
8 Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik kembali.”
9 Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, dalam bulan yang ketiga–yakni bulan Siwan–pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya.
10 Maka ditulislah pesan atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan, dikirimkanlah surat-surat
11 yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya,
12 pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar.
13 Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan di tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang Yahudi harus bersiap-siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada musuhnya.
14 Maka dengan terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan.
15 Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susanpun bertempiksoraklah dan bersukaria:
16 orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan.
17 Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di tiap-tiap kota, di tempat manapun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.
Tragis! Kata yang tepat untuk menggambarkan nasib akhir Haman, seorang petinggi kerajaan yang ambisius dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Ia adalah musuh Mordekhai, musuh Ester, musuh Israel, musuh raja, dan musuh Tuhan Semesta alam. Seperti dongeng kanak-kanak atau film Hollywood yang menampilkan kejahatan bersimaharajalela (sewenang-wenang, merajalela) di awal, dan pada akhir kisah, sang penjahat mendapatkan hukuman yang setimpal kejahatannya. Haman mati dengan disulakan pada tiang gantungan, sementara pemeran utama merasakan akhir kisah yang bahagia bersama rakyatnya.
Kisah Haman, seorang penjahat yang berniat untuk memusnahkan satu bangsa, adalah kisah tentang manusia yang dimabuk oleh kekuasaan dan menuruti hawa nafsu; kisah tentang seorang manusia yang tidak dapat menguasai diri, namun justru dikuasai keserakahan; kisah tentang seorang manusia yang menjadi gelap mata, lalu terjerembab masuk ke dalam jurang kenistaan dan tak dapat bangun kembali.
Narasi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa setiap ketaatan akan selalu berjalan sejajar dengan berkat Tuhan. Sebaliknya, kejahatan akan menghasilkan kutuk dan penghukuman. Bila kita membaca kisah ini lebih teliti dan dalam, kita akan dipertemukan dengan kisah kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan: Tuhan yang sanggup menjaga dan memelihara umat-Nya dari kemusnahan. Kita meyakini bahwa kejahatan takkan pernah menang ketika berhadapan dengan keadilan Tuhan, malah akan berakhir tragis dan mengerikan. Mungkin pada suatu masa, kejahatan seperti dapat menunjukkan taringnya, namun di dalam kedaulatan dan keadilan Allah, semua kejahatan akan dilenyapkan pada waktu-Nya. Kebenaran niscaya akan muncul seperti mentari pagi dan menggantikan kegelapan malam. Kisah ini mengingatkan orang percaya untuk percaya akan kedaulatan, penyertaan, dan pemeliharaan Allah yang sempurna. Juga, mengingatkan agar orang percaya dapat mengusai diri dan tidak mabuk kuasa, karena Tuhan akan menegakkan kebenaran pada waktu-Nya.
STUDI PRIBADI: Apakah ciri-ciri orang yang dimabuk kuasa dan serakah? Bagaimanakah Tuhan memelihara hidup Anda lolos dari kejahatan? Bagaimana respons Anda?
Pokok Doa: Agar pemimpin gereja diberi hikmat dan hati takut akan Tuhan dan melayani dalam motivasi yang benar. Doakan agar jemaat tetap setia menanti pertolongan Tuhan meskipun sulit situasinya.