Meresponi Taurat Tuhan

Kamis, 15 September 2022

“Mereka meminta Ezra, ahli kitab itu, supaya membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.” (Nehemia 8:1)

Bacaan hari ini: Nehemia 8:1-19 | Bacaan setahun: Nehemia 7-8

Segala sesuatu yang sudah biasa dan terbiasa seringkali dianggap kurang bernilai dan tidak terlalu dihargai. Tidak terkecuali firman Tuhan, yang bisa setiap saat diakses, dibaca, didengarkan serta dipelajari, bisa membuat orang percaya kurang menghargai firman Tuhan. Sampai satu titik, ketika menjadi langka dan sulit diakses barulah kembali dihargai dan diresponi dengan sikap hati yang baik dan ketakjuban.

Kondisi ini terjadi kepada bangsa Israel. Sebelum pembuangan, umat Allah begitu merendahkan firman Tuhan dan Bait Tuhan. Sehingga mereka terus-menerus mengabaikan Taurat Tuhan dan hidup di dalam dosa dan kejahatan. Namun pada Nehemia 8, ketika umat Allah dibawa kembali dari tanah pembuangan dan menetap di kota-kota yang telah ditentukan bagi mereka, kesadaran akan pentingnya dan berharganya Taurat Tuhan seakan-akan kembali muncul dalam hati umat. Saat itu, umat Allah berkata dengan serentak dan meminta Ezra untuk membawakan dan membacakan kitab Taurat Musa. Kitab Taurat dibacakan dari pagi sampai tengah hari; dan dikatakan bahwa umat Allah tetap antusias dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Ketika kitab dibuka, mereka langsung berdiri, tidak ada yang duduk, artinya mereka menunjukkan sikap hormat. Setelah selesai dibacakan, mereka meresponi dengan penuh iman, pujian, pengagungan, dan berlutut sujud menyembah di hadapan Tuhan dengan muka sampai ke tanah. Umat Allah meresponinya dengan sikap hati yang hancur, tertegur, menangis dan berduka atas dosa-dosa mereka; dan setelah dihiburkan oleh Nehemia, mereka meresponinya dengan sukacita luar biasa; mereka makan dan minum serta membagi-bagikan makanan, mengapa? Karena mereka mengerti firman yang diberitahukan kepada mereka.

Mereka mengajar dan belajar Taurat Tuhan sambil berdiri; tidak ada yang keberatan dan mengeluh. Pada hari berikutnya, mereka kembali lagi menelaah kalimat-kalimat Taurat. Setelah mendapati bahwa mereka harus tinggal di pondok-pondok pada hari raya bulan ke tujuh, mereka langsung meresponi dengan ketaatan, mereka melakukan sesuai Taurat Tuhan.

STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap hati kita dalam hal belajar dan mengajar Firman Tuhan? Masihkah kita menunjukkan sikap antusias, hormat dan menghargai Firman Tuhan?

Pokok Doa: Berdoalah dan mohon kepada Tuhan, diberi hati yang sungguh mengasihi Firman-Nya, sehingga kita menjadi pribadi yang setia mendengar dan mempelajari firman Tuhan serta menjadi pelaku firman Tuhan.  

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *