Kebencian Awal Kejatuhan

MInggu, 5 Juni 2022

“Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya: ‘Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya.’” (1Sam. 18:8, 9)

Bacaan hari ini: 1 Samuel 18:6-30 | Bacaan setahun: 1 Samuel 18-19

Perjalanan Saul menjadi raja Israel sampai kepada suatu titik yang sangat menguatirkan; Saul sangat ketakutan kehilangan posisinya sebagai seorang raja. Kondisi ini membuka cela bagi masuknya rasa benci, amarah dan iri hati Saul, sehingga memengaruhi cara pandang Saul terhadap Daud. Sehingga, dari sebuah perkara sederhana, yaitu ketika seluruh rakyat Israel memuji Daud karena kemenangannya mengalahkan bangsa Filistin, Saul menjadi sangat sakit hati. Saul tidak lagi bisa melihat apa yang Tuhan kerjakan bagi Israel melalui Daud, tetapi justru merasa terancam dengan kehadiran Daud di dalam lingkup kehidupannya.

Setiap umat Allah sangat mungkin jatuh dalam kondisi seperti yang Saul alami di dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, bagian Firman Tuhan hari ini mengingatkan kepada kita beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, mari kita selalu menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah berasal dari Allah, milik Allah. Setiap umat Allah adalah saluran berkat Allah, bagi sekitar kita. Tidaklah demikian dengan Saul. Saul merasa bahwa posisinya sebagai raja harus dipertahankan dengan cara apa pun, dia merasa bahwa dirinya akan menjadi raja untuk selama-lamanya. Saul lupa, pada awalnya, dia dipilih oleh Allah, tetapi dia tidak mau menaati Allah dengan sepenuh hati. Kedua, marilah kita juga belajar untuk mengarahkan pandangan kita kepada Allah yang berdaulat atas hidup kita. Dengan kata lain, belajar untuk memercayai Allah yang merendakan sesuatu yang baik dalam hidup kita. Sedangkan, Saul pada akhirnya jatuh ke dalam rasa benci yang sangat luar biasa dan mulai merencanakan sesuatu yang jahat terhadap Daud, yang menunjukkan bahwa Saul sudah tidak lagi mau mengikuti kehendak Tuhan, melainkan hanya memuaskan kepentingan dirinya sendiri.

Di tengah kondisi dunia yang penuh persaingan (kompetisi), marilah kita belajar dari kehidupan Saul. Janganlah membiarkan benih kebencian, amarah dan iri hati menguasai hidup kita. Sebaliknya, penuhi hati dengan rasa syukur dan percaya akan pimpinan Tuhan yang selalu baik untuk kita.

STUDI PRIBADI: Dalam kondisi apa, kita sering jatuh dalam kebencian, amarah & iri hati? Sadarkah bahwa Allah punya rencana yang terbaik dan setia memelihara kehidupan kita?

Pokok Doa: Berdoa bagi generasi muda zaman ini, supaya mereka memiliki hati yang bergantung kepada Tuhan dan menjauhi hati yang dipenuhi oleh kebencian, amarah dan iri hati. Tuhan menolong setiap kita. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *