Air Yang Pahit

JUMAT, 11 FEBRUARI 2022

“Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (Keluaran 17:7)

Bacaan hari ini: Keluaran 17:1-7 | Bacaan setahun: Keluaran 17-18

Ternyata, mukjizat besar yang Allah lakukan di depan mata bangsa Israel tidak membuat sikap mereka kepada Tuhan menjadi berubah. Ada semacam mentalitas buruk yang sudah kadung tertanam dan mendarah-daging dalam diri mereka. Dalam dua perikop sebelumnya, kita melihat bangsa Israel dua kali bersungut-sungut kepada Allah dan Musa. Yang pertama soal minuman (15:22-27), yang kedua soal makanan (16:1- 36). Bagian ini kembali mencatat tentang bangsa Israel yang bersungut-sungut dan memberontak karena perkara minuman.

Di ayat 1, kita tahu bahwa rute yang mereka jalani sebenarnya sesuai dengan titah Allah. Ketika berkemah di Rafidim, mereka tidak menemukan air untuk mereka minum. Hal ini kembali menyulut kemarahan bangsa itu. Pada ayat 2, dikatakan mereka bertengkar hebat dan saling menyalahkan; dalam hal ini, Musalah yang menjadi sasarannya. Terlebih, mereka merasa Musa telah membuat keadaan jauh lebih buruk. Implisitnya di sini, mereka sejatinya juga sedang menyalahkan Allah yang memimpin mereka.

Menyadari keadaannya yang tersudut, Musa datang kepada Allah. Perihal yang luar biasa adalah Allah meresponi pemberontakan itu dengan kemurahan. Allah memerintahkan Musa memukul gunung batu di Horeb, sehingga gunung batu itu mengeluarkan air. Sayangnya, pemberontakan itu telah tercatat. Bahkan nama tempat itu dibuat sesuai dengan sikap mereka yang mencobai Allah.

Allah sebenarnya mengerti kebutuhan Israel. Tetapi, masalah utama mereka ialah mereka tidak mau menanti pertolongan Allah. Mereka bahkan tidak percaya bahwa Allah akan menolong mereka. Itu sebabnya mereka bertanya, “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (ay. 7). Sama seperti bangsa Israel, kita pun kerapkali berbuat demikian. Perhatian kita terlalu fokus pada kesulitan sehingga kita lupa menengadah ke atas. Lebih buruk lagi, tak jarang kita merasa tidak perlu untuk menengadah ke atas. Akan tetapi, belajar dari kisah ini, mengapa kita tidak mencoba melakukan yang seharusnya? Ataukah kita memang lebih suka memberontak?

STUDI PRIBADI: Mengapa umat Israel seringkali bersungut-sungut setiap kali menghadapi kesulitan dalam perjalanan kehidupan mereka? Bagaimana dengan kita?

Pokok Doa: Doakan agar umat Allah belajar melihat kepada Allah dan bukan terus terfokus kepada kesulitan hidup. Doakan agar mereka mau belajar dan menantikan pertolongan Allah ketimbang menggerutu pada Allah. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *