Mukjizat Di Padang Gurun : Nadab & Abihu

Kamis, 15 Juli 2021

Bacaan hari ini: Imamat 10:1-4 Bacaan setahun: Ester 6-7, 1 Timotius 6



“Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu... mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN... sehingga mati di hadapan TUHAN.” (Bilangan 10:1-2)

Euforia karena mendapat posisi atau kedudukan tertentu, kadangkala bisa membuat seseorang lupa diri. Lupa akan batasan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Hal ini kurang lebih nampak dialami juga oleh Nadab dan Abihu, anak-anak dari Imam Harun. Pada momen pengangkatan Harun dan anak-anaknya sebagai Imam di Bait Allah, Allah mendemonstrasikan keagungan dan kekudusan-Nya. Ia memberikan api di mezbah Bait Allah untuk upacara pembakaran korban bagi Tuhan. Namun rupanya Nadab dan Abihu melewati batas yang ditetapkan. Mereka melanggar kekudusan Allah dengan cara menggunakan api lain untuk digunakan dalam ibadah. Dan Alkitab menyebut api yang mereka gunakan sebagai “api asing.” Sebutan “api asing” ini berarti Nadab dan Abihu tidak menggunakan api dari mezbah tembaga untuk mengisi perbaraan mereka. Seharusnya mereka memakai api khusus untuk pelayanan di mezbah. Bukannya berbuat demikian, mereka malah melakukan kecerobohan dengan mengambil api biasa yang belum disucikan, sehingga dianggap bersalah melakukan pencemaran. Tindakan mereka menunjukkan ketidak-taatan, karena sebenarnya mereka baru saja menyaksikan demonstrasi keagungan dan kekudusan Allah. Allah tidak membiarkan tindakan mereka, karena Allah tidak ingin kekudusan-Nya dilanggar oleh umat-Nya.

Bagaimana dengan kita, yang melayani Tuhan? Ketika ditebus oleh darah Kristus, kita diangkat menjadi anak-anak Tuhan. Namun kadang kala, kita lupa bahwa kita adalah anak Tuhan. Kita bukanlah “tuhan.” Kita tidak bisa mengambil posisi Tuhan dan berbuat seolah-olah kita adalah “tuhan” dan bertindak seenaknya karena merasa sudah mendapat jaminan keselamatan. Hal ini bisa terjadi ketika kita melayani Tuhan, namun tanpa membangun persekutuan dengan Tuhan. Ataupun mengambil keputusan vital, tanpa menanyakan kehendak Tuhan. Mari kita belajar menghormati Tuhan, karena jika Tuhan tidak menghukum kita bahkan masih memberikan kesempatan untuk bersekutu dan melayani-Nya, itu adalah karena anugerah-Nya.

STUDI PRIBADI : Apa Anda sedang melayani Tuhan tanpa punya persekutuan pribadi dengan-Nya? Pada kondisi apa Anda melanggar kekudusan Tuhan?

Berdoalah : Ampuni kami Tuhan, yang sering kali salah dan bertindak tidak menghormati Tuhan dengan melakukan segala hal sesuai dengan kehendak kami, Amin. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *