Mukjizat Di Padang Gurun : Di Mara & Di Elim

Senin, 12 Juli 2021

Bacaan hari ini: Keluaran 15:22-27 | Bacaan setahun: Nehemia 11-13, 1 Timotius 3



“Firman-Nya: Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya... maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun... sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.” (Kel. 15:26)

Perjalanan di padang gurun tiga hari lamanya membuat bangsa Israel yang tadinya bersukacita karena keselamatan dari Tuhan, sesaat berubah menjadi sungut-sungut dan gerutu oleh teriknya matahari dan tandusnya tanah yang mereka tapaki. Di padang gurun itu, orang Israel yang kehausan tidak mendapatkan air. Betapa sukacita luar biasa ketika mereka melihat ada sumber air, tetapi begitu minum, baru tahu airnya pahit, tidak bisa diminum. Karena keinginan yang tidak tercapai, mereka marah karena keadaan tidak sesuai harapan, semua itu membuat hidup mereka menjadi pahit dan mereka bersungut-sungut.

Reaksi seperti itu mungkin kita katakan wajar, sebab baru saja lepas dari kejaran maut dan menyeberangi laut, mereka seperti orang Kristen yang masih bayi. Wajar kita katakan iman mereka masih kanak-kanak dan sederhana. Tapi kita tidak boleh memberi alasan kepada kondisi rohani ini. Masakan tiga hari perjalanan di padang gurun itu begitu mudah menghapus memori pengalaman manis ketika menerima keselamatan dari Tuhan?

Betapa firman hari ini juga menjadi peringatan yang serius bagi kita, apakah kita dengan mudah bersungut-sungut dan menggerutu di hadapan Tuhan terhadap sesuatu? Tidak mengecilkan betapa berat dan dahsyatnya kekeringan dan dahaga di padang gurun yang kering dan panas. Betapa tidak gampangnya situasi memberi minum kepada jutaan orang yang kehausan seperti itu. Tetapi, mari kita melihatnya dalam suatu konteks yang besar. Mereka baru saja dilepaskan melewati Laut, mereka sudah melihat dan mengalami terlalu banyak keindahan keajaiban Tuhan di dalam hidup mereka. Yang mereka perlu adalah hati yang sabar sebab sebetulnya tinggal jalan sedikit di depan mereka akan tiba di Elim, tempat yang limpah dengan air, dua belas oasis dan tujuh puluh pohon korma, minum sampai drowning-pun (tenggelam) tidak akan habis-habis airnya. Tetapi ketidak-sabaran dan childish behaviour memperlihatkan bagaimana umat Allah mudah sekali untuk lebih mencintai keajaiban dari Tuhan, tapi tidak dewasa dalam kesusahan yang sementara.

STUDI PRIBADI : Situasi apa yang mudah bagi Anda untuk bersungut-sungut di hadapan Allah? Apakah bersungut-sungut sepenuhnya adalah salah dan dosa di hadapan Allah?

Berdoalah : Bapa, kami perlu belas kasihan-Mu untuk sadar betapa sering kami menjadi kanak-kanak menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Arahkan hati dan mata kami, fokuskan pada kebaikan kuasa-Mu, Amin.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *