Tudung Simbol Kehormatan

Sabtu, 19 September 2020

Bacaan hari ini: 1 Korintus 11:2-16 | Bacaan setahun: Mazmur 116-118, Wahyu 19



“Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa dan bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya...” (1 Korintus 11:5)

Dalam perikop ini, Paulus membahas tentang perempuan yang harus memakai tudung ketika dia berdoa atau bernubuat, yang mengacu pada praktik beribadah. Di masa itu, tudung adalah penanda gender, simbol kesopanan, kehormatan dan ketundukan seorang perempuan, serta pengakuan otoritas laki-laki atas perempuan. Membuang tudung berarti tidak menghormati otoritas suami. Tudung di sini bukanlah vail (kerudung), tetapi headcover yang menghalangi rambut terurai ke belakang. Pada waktu itu, di Korintus, banyak perempuan asusila yang membiarkan rambutnya terurai di punggung, sehingga perempuan yang membiarkan rambutnya terurai identik dengan perempuan yang tidak menjaga kehormatannya.

Paulus mengingatkan agar perempuan menudungi kepalanya, supaya tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain. Jika seorang perempuan tidak bertudung berarti dia senang berada dalam keadaan hina. Sebaliknya, laki-laki tidak boleh menudungi kepalanya ketika berdoa, karena jika demikian dia menghina dirinya sendiri. Sebab laki-laki adalah gambaran kemuliaan Allah dan perempuan adalah gambaran kemuliaan laki-laki.

Lalu apa maksudnya: perempuan adalah gambaran kemuliaan laki-laki? Itu karena perempuan diambil dari laki laki dan dibuat untuknya. Meski ini bukan berarti perempuan bisa diperlakukan semena-mena, atau hanya sekadar ibu bagi anak-anak. Perempuan menolong laki-laki dalam tugas bersama melakukan mandat budaya. Paulus ingin, baik laki-laki dan perempuan, menjaga kehormatan mereka dalam ibadah dan bertanggung jawab sesuai peran mereka, dan merasa puas dalam tatanan relasi yang ditetapkan Allah.

Mungkin budaya dan tradisi beribadah kita berbeda dengan jemaat di Korintus pada masa itu, namun mari kita sama-sama mengingat bahwa tujuan Paulus bukan menekankan kepada simbol budaya atau tradisi, tapi kepada sikap, identitas dan relasi kita di hadapan Tuhan dan sesama. Kita haruslah menunjukkan hormat dan ketundukan kita kepada Tuhan dalam semua praktik ibadah kita, baik pribadi maupun komunal.

STUDI PRIBADI :
(1) Sudahkah kita menjaga kehormatan di hadapan Tuhan dan sesama?
(2) Sudahkah bertingkah laku sesuai peran kita,dalam mencerminkan kemuliaan Tuhan?

Pokok Doa : Berdoalah supaya setiap kita, baik kita laki-laki dan perempuan, bisa menjaga kehormatan kita di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga hidup kita menjadi berkat dan teladan bagi yang lainnya.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *