Keberanian Yusuf

Minggu, 12 April 2020

Bacaan hari ini: Lukas 23:44-56a | Bacaan setahun: Hakim-Hakim 17-18, Kisah Para Rasul 13



“Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat.” (23:52-53)

Masih ada banyak orang setia berada di Bukit Golgota menyaksikan bagaimana Yesus akhirnya menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Bapa dan kemudian mati. Hati mereka sangat sedih namun mungkin mereka juga bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, mereka pulang sambil memukul-mukul diri karena sedihnya (ay. 48). Tubuh Yesus tetap tergantung di atas kayu salib.

Ada seorang berasal dari Arimatea bernama Yusuf. Ia adalah anggota Majelis Besar (Sanhedrin) yang terkemuka, seorang yang kaya, menanti-nantikan Kerajaan Allah, hidupnya baik dan benar karena ia sudah menjadi murid Yesus meskipun selama ini boleh dibilang ia adalah “murid yang sembunyi-sembunyi” (Yoh. 19:38). Yusuf punya sikap dan pandangan yang berbeda dengan suara mayoritas Majelis Besar. Yusuf tidak setuju dengan putusan Majelis Besar yang menghukum mati Yesus (ay. 51).

Namun Yusuf berani melakukan sesuatu yang besar sebagai ekspresi kasihnya kepada Yesus. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Tidak seorangpun berani meminta mayat Yesus dan menguburkan-Nya, bahkan para murid Yesus sekalipun. Untuk dapat menurunkan mayat Yesus, prosedurnya harus meminta izin kepada Pontius Pilatus. Tentu ini bukan perkara yang mudah karena Yesus disalib dengan tuduhan sebagai pemberontak, dan orang yang mau menurunkan mayat Yesus bisa dituduh sebagai komplotan pemberontak sehingga beresiko kehilangan nyawanya. Namun Allah telah mengatur segalanya sehingga Yusuf tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan izin dari Pilatus. Karena iman dan kasihnya kepada Yesus, Yusuf dipakai oleh Allah untuk menguburkan Yesus dengan layak di kuburan miliknya yang belum pernah dipakai.

Seandainya kita hidup di zaman itu dan menyaksikan kematian Yesus, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita punya keberanian seperti Yusuf? Ketika kita menghadapi situasi yang sulit dan beresiko bagi diri kita, apakah kita masih berani melakukan kebenaran, menunjukkan iman dan kasih kita kepada Tuhan?

STUDI PRIBADI :
(1) Apa yang membuat Yusuf meminta mayat Yesus dan menguburkan-Nya di kuburan miliknya?
(2) Mengapa bukan 11 murid Yesus yang melakukan hal tersebut?

Pokok Doa : Berdoalah agar setiap anak Tuhan dimampukan untuk berani menyatakan iman, kebenaran hidup, meskipun di tengah-tengah kesulitan dan beresiko bagi dirinya. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *