Bukan Sekadar Tempat

Rabu, 23 Juli 2019

Bacaan hari ini: Yehezkiel 10 | Bacaan setahun: Ayub 20-22, Ibrani 1

“Dalam pada itu kemuliaan TUHAN naik dari atas kerub dan pergi ke atas ambang pintu Bait Suci, dan Bait Suci ini dipenuhi oleh awan itu dan pelatarannya penuh dengan sinar kemuliaan TUHAN.” (Yehezkiel 10:4)

Keluarga yang dipisahkan oleh jarak yang jauh tidak membuat mereka tidak menjadi keluarga lagi. Walaupun berbeda tempat, keluarga saling mengingat satu anggota dengan anggota lainnya melalui memori mereka yang kemudian diabadikan melalui kenangan, foto, dan lain sebagainya. Tak jarang untuk melepas rindu, sesekali melalui media sosial mereka bercengkerama bersama sebagai satu keluarga. Relasi ini dipelihara walau tempat tinggal saling berjauhan.

Rupanya bangsa Israel tidak sepenuhnya memahami hal ini. Mereka melihat bahwa ketika kemuliaan Tuhan hadir di Bait Suci secara literal mereka memahami bahwa Bait Suci itulah tempat satu-satunya kemuliaan Allah, sehingga tidak mungkin dihancurkan ataupun Yerusalem mengalami bencana. Mereka bukan melihat kemuliaan Allah sebagai suatu relasi antara Ia dengan umat-Nya dan kemuliaan-Nya bisa dinyatakan dimana saja, tetapi melihat sebagai hubungan untung rugi bak dewa-dewa sekitar yang membatasi kemuliaan mereka hanya di kuilnya saja.

Allah menghukum mereka karena hal ini. Ia justru menghancurkan sendiri bait-Nya (ay. 2 dan 5) dan kota-Nya untuk menunjukkan bahwa kemuliaan-Nya tidak dibatasi tempat, melainkan ada di dalam setiap kehidupan mereka. Kehidupan mereka yang berelasi dengan-Nya justru menunjukkan kemuliaan itu, sementara hidup mereka yang menjijikkan menghilangkan kemuliaan-Nya. Jadi, kemuliaan Tuhan bukan hadir pada suatu tempat, tetapi kepada bagaimana umat-Nya menghayati-Nya.

Pelajaran ini seharusnya menjadi pelajaran yang penting bagi setiap kita. Kemuliaan Allah tidak hanya dinyatakan ketika kita berada di rumah- Nya (gereja) saja, tetapi justru dinyatakan dalam kehidupan kita setiap hari. Menjadi refleksi bagi kita adalah: sudahkah kita memuliakan Allah dalam kehidupan kita? Atau justru kita menjadikan gereja sebagai tempat semata dimana kemuliaan Allah hadir dan di tempat lainnya tidak sehingga kita bisa hidup sembarangan ?

STUDI PRIBADI : Yehezkiel 10 adalah murka Allah kepada Israel yang penuh kemunafikan. Di luar bait Allah, mereka hidup seenaknya, di dalam, mereka mengaku sebagai umat Allah, merasakan kemuliaan-Nya. Namun Tuhan justru menghancurkan bait Allah. Renungkanlah !

Pokok Doa : Berdoa agar setiap anak Tuhan hidupnya memuliakan-Nya pada setiap pekerjaan yang dikerjakan. Kiranya Tuhan menolong, memampukan kita untuk hidup bagi kemuliaan-Nya, Amin.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *