Kamis, 20 Oktober 2022
“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayub 42:5)
Bacaan hari ini: Ayub 42:1-6 | Bacaan tahunan: Ayub 41-42
Ayub 42 : 1-6
Ayub mencabut perkataannya dan menyesalkan diri
1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
2 “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”
Ayub 41
Lukisan tentang buaya
1 (40-20) “Dapatkah engkau menarik buaya dengan kail, atau mengimpit lidahnya dengan tali?
2 (40-21) Dapatkah engkau mengenakan tali rotan pada hidungnya, mencocok rahangnya dengan kaitan?
3 (40-22) Mungkinkah ia mengajukan banyak permohonan belas kasihan kepadamu, atau berbicara dengan lemah lembut kepadamu?
4 (40-23) Mungkinkah ia mengikat perjanjian dengan engkau, sehingga engkau mengambil dia menjadi hamba untuk selama-lamanya?
5 (40-24) Dapatkah engkau bermain-main dengan dia seperti dengan burung, dan mengikat dia untuk anak-anakmu perempuan?
6 (40-25) Mungkinkah kawan-kawan nelayan memperdagangkan dia, atau membagi-bagikan dia di antara pedagang-pedagang?
7 (40-26) Dapatkah engkau menusuki kulitnya dengan serampang, dan kepalanya dengan tempuling?
8 (40-27) Letakkan tanganmu ke atasnya! Ingatlah pertarungannya! –Engkau takkan melakukannya lagi!
9 (40-28) Sesungguhnya, harapanmu hampa! Baru saja melihat dia, orang sudah terbanting.
10 (41-1) Orang yang nekatpun takkan berani membangkitkan marahnya. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan Aku?
11 (41-2) Siapakah yang menghadapi Aku, yang Kubiarkan tetap selamat? Apa yang ada di seluruh kolong langit, adalah kepunyaan-Ku.
12 (41-3) Aku tidak akan berdiam diri tentang anggota-anggota badannya, tentang keperkasaannya dan perawakannya yang tampan.
13 (41-4) Siapakah dapat menyingkapkan pakaian luarnya? Baju zirahnya yang berlapis dua, siapakah dapat menembusnya?
14 (41-5) Siapa dapat membuka pintu moncongnya? Di sekeliling giginya ada kengerian.
15 (41-6) Punggungnya adalah perisai-perisai yang bersusun, terlekat rapat seperti meterai.
16 (41-7) Rapat hubungannya yang satu dengan yang lain, sehingga angin tidak dapat masuk;
17 (41-8) yang satu melekat pada yang lain, bertautan tak terceraikan lagi.
18 (41-9) Bersinnya menyinarkan cahaya, matanya laksana merekahnya fajar.
19 (41-10) Dari dalam mulutnya keluar suluh, dan berpancaran bunga api.
20 (41-11) Dari dalam lubang hidungnya mengepul uap bagaikan dari dalam belanga yang mendidih dan menggelegak isinya.
21 (41-12) Nafasnya menyalakan bara, dan nyala api keluar dari dalam mulutnya.
22 (41-13) Di dalam tengkuknya ada kekuatan; ketakutan berlompatan di hadapannya.
23 (41-14) Daging gelambirnya berlekatan, melekat padanya, tidak tergerak.
24 (41-15) Hatinya keras seperti batu, keras seperti batu kilangan bawah.
25 (41-16) Bila ia bangkit, maka semua yang berkuasa menjadi gentar, menjadi bingung karena ketakutan.
26 (41-17) Bila ia diserang dengan pedang, ia tidak mempan, demikian juga dengan tombak, seligi atau lembing.
27 (41-18) Besi dirasanya seperti jerami, tembaga seperti kayu lapuk.
28 (41-19) Anak panah tidak dapat menghalau dia, batu umban seolah-olah berubah padanya menjadi jerami.
29 (41-20) Gada dianggapnya jerami dan ia menertawakan desingan lembing.
30 (41-21) Pada bagian bawahnya ada tembikar yang runcing; ia membujur di atas lumpur seperti pengeretan pengirik.
31 (41-22) Lubuk dibuatnya berbual-bual seperti periuk, laut dijadikannya tempat memasak campuran rempah-rempah.
32 (41-23) Ia meninggalkan jejak yang bercahaya, sehingga samudera raya disangka orang rambut putih.
33 (41-24) Tidak ada taranya di atas bumi; itulah makhluk yang tidak mengenal takut.
34 (41-25) Segala yang tinggi takut kepadanya; ia adalah raja atas segala binatang yang ganas.”
Ayub 42
Ayub mencabut perkataannya dan menyesalkan diri
1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
2 “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”
Keadaan Ayub dipulihkan
7 Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: “Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
8 Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.”
9 Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.
10 Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.
11 Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.
12 TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.
13 Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;
14 dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
15 Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.
16 Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.
17 Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.
Pernahkah terlintas di linimasa media sosial Anda, foto seseorang yang nampak besar sekali, sedang menginjak sekelompok sahabatnya – yang nampak kerdil seperti kurcaci? Inilah forced perspective, teknik fotografi yang menggunakan ilusi optik untuk membuat suatu objek tampak lebih jauh, lebih dekat, lebih besar atau lebih kecil dari yang sebenarnya. Teknik ini dengan sengaja memanipulasi persepsi visual manusia, mengacaukan skala obyek dan titik pandang penonton.
Pada bacaan kita hari ini, Ayub akhirnya tersadar dan mengakui kesalahannya. Ayub dengan rendah hati memperbaiki kesalahan sudut pandangnya mengenai TUHAN Allah selama ini. Sebelumnya, Ayub memandang TUHAN Allah melalui perspektif sempit yang dipahaminya, tetapi sekarang Ayub dapat melihat dirinya melalui perspektif TUHAN Allah yang memahami sepenuhnya. Dalam perspektif inilah, Ayub menyadari keterbatasan cakrawala pengetahuannya dan menyadari Kemahatahuan TUHAN Allah! (ay. 5)
Setelah menyadari semuanya ini, Ayub bertobat dan merendahkan dirinya di hadapan TUHAN Allah (ay. 6). Ayub belum mengetahui bahwa pada akhirnya, TUHAN Allah akan mengembalikan segala kerugiannya berlipat ganda. Tetapi ketika dia sudah melihat TUHAN Allah, dengan hati yang rendah dan berserah Ayub datang kembali kepada-Nya.
Demikian juga dengan kita, bila kita terus berkeras untuk memahami TUHAN Allah melalui hikmat dan pengalaman kita yang terbatas, maka pengetahuan kita akan TUHAN Allah akan menjadi kerdil dan terdistorsi. Di sinilah pentingnya peran Roh Kudus yang beranugerah membuka mata rohani kita. Melalui kebenaran Firman-Nya, kita dapat melihat betapa Mahatahu, Maharahim, dan Mahakuasa TUHAN Allah, yang mengendalikan alam semesta ini dan seluruh ciptaan-Nya! Kepada TUHAN Allah yang seperti inilah kita datang menyembah, berserah, dan mempersembahkan hidup kita.
STUDI PRIBADI: Sudahkah kita menyadari betapa besar kuasa, hikmat, dan kemuliaan TUHAN Allah kita?
Pokok Doa: Berdoalah agar TUHAN Allah membuka mata rohani kita untuk dapat melihat kebesaran dan kemuliaan-Nya, serta menolong kita dengan kerendahan hati untuk berserah dan menyembah-Nya.