Pembawa Damai

Minggu, 4 Februari 2024

“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9)


Pembahasan: Matius 5:9 | Bacaan setahun: Matius 5:1-12

Saat melangkah dalam kehidupan ini, kita sering dihadapkan pada situasi berkonflik dan tegang. Namun, panggilan sebagai murid Tuhan adalah membawa damai, baik situasi mudah atau sulit. Damai bukan sekadar ketiadaan konflik melainkan upaya sungguh-sungguh untuk menyelesaikan konflik dengan bijaksana dan kasih. Kadang, tugas membawa damai meminta kita menghadapi hal-hal yang sulit: meminta maaf, mengampuni, atau bahkan menegur dengan kasih. Dalam hidup sehari-hari, kita temukan diri kita terlibat dalam situasi menegangkan. Namun, sebagai pembawa damai tidak berarti kita harus menghindari konflik. Sebaliknya, kita dipanggil untuk memperbaiki hubungan yang retak dan membangun jembatan di antara kita.

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:43-44). Ajaran Kristus ini memberikan teladan yang indah dalam membawa damai. Selain membawa kedamaian, Yesus juga menghadapi konflik dengan penuh kebijaksanaan dan kelembutan. Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi, bahkan orang yang menyakiti kita, dan untuk memperjuangkan perdamaian dengan kasih.

Tidaklah mudah menjadi pembawa damai. Tapi di dalam upaya kita untuk membawa kedamaian bagi sekeliling, kita dapat menjadi alat perubahan yang mengubah dinamika konflik menjadi harmoni. Kita bisa menjadi bagian dari solusi, menerangi gelapnya konflik dengan kebaikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan, ada berkat khusus yang diperoleh bagi para pembawa damai, yakni disebut “anak-anak Allah.” Sebab mereka berusaha melakukan yang telah dilakukan Sang Bapa, yaitu mengasihi umat manusia dengan kasih-Nya. Allah yang cinta damai, Dialah yang sekarang melalui anak-anak-Nya, sebagaimana dulu melalui anak-Nya yang satu-satunya, bertekad untuk mengadakan damai.

Semoga kita mampu menjadi pembawa damai yang menebar kedamaian di sekeliling kita, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Kiranya Allah Roh Kudus membimbing dan memberikan keberanian agar kita mampu menjadi pembawa damai di sekitar kita.

STUDI PRIBADI: Bagaimana kita bisa membawa damai di tengah-tengah konflik yang ada dalam kehidupan kita?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap anak-anak Tuhan dimampukan untuk dapat menjadi pembawa damai bagi sekelilingnya.

×

Matius 5 : 43-44

43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.

44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

×

Matius 13 : 20, 22, 23

20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.

22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

×

Markus 10 : 15-16

15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

×

Yakobus 4 : 7

7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!

×

Wahyu 7 : 17

17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

×

1 Yohanes 4 : 10

10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

×

1 Yohanes 4 : 11

11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

×

1 Yohanes 4 : 12-17

12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.

14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.

15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.

16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.

×

1 Yohanes 4 : 18

18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

×

1 Yohanes 4 : 20a

20a Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta,

×

1 Yohanes 4 : 20b

20b karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *