RINGKASAN KHOTBAH
3 SEPTEMBER 2023
Bahan Pertemuan Kelompok Kecil
Filipi 3 : 4b-11
4b Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:
5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,
6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Dalam bagian sebelumnya, Paulus mengecam para pengajar palsu dalam Jemaat Filipi. Mereka ini mengajar bahwa menjadi Kristen memerlukan iman pada Yesus plus ketaatan pada ritual dan tradisi Yahudi. Melawan hal itu, Paulus menegaskan bahwa Kekristenan bukanlah soal ritual eksternal tetapi soal sikap iman. Beberapa orang mungkin saja mengira bahwa Paulus berkata demikian karena ia ada dalam keadaan “underprivileged.” Di sini Paulus menjelaskan bahwa ia justru punya bermacam hak istimewa dan juga pencapaian. Akan tetapi, semuanya itu menjadi tidak bernilai ketika ia menyadari nilai yang Kristus bawa bagi kehidupannya.
Paulus mulai dengan mendaftarkan tujuh hal yang menjadi kelebihan dan prestasinya (ay. 4b-6).
⦿ Pertama, dia disunat pada hari yang ke delapan. Ini terkait dengan kelebihan selanjutnya.
⦿ Kedua, sejak awal dia adalah orang Israel asli. Maksudnya, ia bukan hasil kawin campur dan berasal dari keluarga tradisional.
⦿ Ketiga, dia berasal dari suku Benyamin. Suku ini sendiri merupakan suku yang istimewa karena beberapa alasan: (1) selain Yusuf, Benyamin adalah anak kesayangan Yakub; (2) di masa Hakim-hakim, suku ini terkenal sebagai suku yang jago berperang; (3) raja Israel pertama berasal dari suku ini; dan (4) pada masa Kerajaan terpecah, suku ini tetap setia terhadap dinasti Daud.
⦿ Keempat, dia orang Ibrani asli (lit. Ibrani dari orang Ibrani). Maksudnya, dia dididik dalam tradisi Ibrani, masih berbahasa dan juga berbudaya Ibrani. Bukan hanya kelebihan alami, Paulus juga berprestasi.
⦿ Kelima, dia dulu merupakan seorang Farisi, yakni orang yang ketat dalam menjaga tradisi Yahudi.
⦿ Keenam, bahkan saking ketatnya ia menjaga kemurnian tradisi, ia tidak ragu menjadi penganiaya jemaat. Ini menunjukkan bahwa Paulus adalah orang yang sangat militan terhadap agama dan tradisinya.
⦿ Ketujuh, karena semua hal ini, tidak heran ia sampai berani berkata bahwa ia tanpa cacat dalam hal menaati Taurat.
Kelebihan-kelebihan di atas memang terkait dengan agama dan tradisi. Hanya saja, di masa itu, agama dan tradisi muncul dan merembesi semua bidang kehidupan masyarakat. Kesetiaan terhadap agama dan tradisi berkaitan erat dengan status sosial dan ekonomi seseorang. Jadi, dengan menyatakan kelebihan ini, Paulus hendak menegaskan dia punya segalanya: bukan hanya kesalehan dan prestasi, tetapi juga status dan materi.
Apa yang menarik ialah bagaimana Paulus kemudian melihat kelebihan-kelebihannya itu. Hal itu dianggapnya sebagai kerugian karena Kristus (ay. 8a); termasuk juga berbagai keistimewaan yang dia miliki (ay. 7). Baginya, pengenalan (i.e., relasi mendalam) terhadap Kristus jauh lebih mulia dari semua hal itu (ay. 8b). Lebih keras lagi, baginya semua itu adalah sampah (lit. kotoran hewan) bila dibanding dengan Kristus (ay. 8c).
Paulus tidak memungkiri hal-hal itu memiliki nilai; tetapi nilainya tidak bisa memenuhi kebutuhan terbesar manusia, yakni berelasi dengan Allah. Hanya Kristuslah yang bisa memenuhi kebutuhan terbesar manusia; melalui Dia ada relasi dengan Allah. Semua hal tadi, seberapapun menariknya, akan terlihat tidak bernilai bila dibanding dengan Kristus. Karena itu, tidak heran ia tidak takut kehilangan hal-hal itu; Kristuslah yang terpenting bagi Paulus! Dan karena Kristus yang terpenting, ia ingin makin mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya (ay. 10-11).
Hari ini banyak orang sibuk mencari nilai dan kebahagiaan diri. Sayangnya, mereka mencari di tempat yang salah; mereka mencarinya dalam harta, tahta, dan seks. Mereka berpikir memiliki semua itu akan menjawab kebutuhan terbesar mereka dan membuat bahagia. Tapi, sejarah membuktikan tidak ada yang benar-benar bahagia karena memiliki salah satu atau semua hal itu. Paulus menegaskan hanya dalam Kristus kita bisa mendapati nilai diri dan kebahagiaan sejati. Harta, tahta, kuasa, dan seks memang berguna dalam taraf tertentu, tetapi tidak bisa menjawab semua kebutuhan manusia, apalagi kebutuhan terbesarnya. Mencari kebahagiaan dalam dan melalui hal itu hanya akan membawa pada kekosongan hidup. Jadi, sebelum terlambat, dapatkan Kristus! (ay. 10-11).
Filipi 3 : 4b-6
4b Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:
5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,
6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
Filipi 3 : 8a
8a Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.
Filipi 3 : 7
7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Filipi 3 : 8b
8b Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu
Filipi 3 : 8c
8c dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
Filipi 3 : 10-11
10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
- Bagikan pada anggota yang lain apa hal yang paling membekas bagi Anda dari kotbah hari Minggu kemarin (Ilustrasi? Poin kotbah? Suasana hati Anda? Dsb)? Mengapa?
- Apakah Anda punya semacam privilege seperti yang dimiliki Paulus? Ataukah Anda pernah menemui orang semacam itu?
- Bagaimana sikap Anda atau orang itu terhadap privilege tersebut? Apakah privilege itu memberi Anda atau orang itu nilai diri dan menjadi alasan utama berbahagia?
- Diskusikan pernyataan Agustinus ini: “Allah memang meninggalkan sebuah ruang kosong dalam hati manusia yang tidak bisa diisi apapun, selain oleh diri-Nya sendiri.”
- Apakah mencari nilai dan kebahagiaan adalah hal yang salah? Bila tidak, apa yang membuatnya menjadi salah?
- Setelah merenungkan pembahasan hari ini, bagaiman sikap konkrit yang akan Anda lakukan untuk menjadi Kristus sebagai yang utama?
- Doakan agar Jemaat GKA Gloria tidak terlena dengan gemilang dunia yang mengaburkan mereka dari Kristus.
- Doakan agar Jemaat GKA Gloria terus mengingat bahwa nilai diri dan kebahagiaan yang sejati hanya bisa ditemukan di dalam Yesus.