RINGKASAN KHOTBAH
7 Mei 2023
Bahan Pertemuan Kelompok Kecil
HARTA YANG PALING BERHARGA
Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.
Amsal 17 : 6
Tentu kita pernah mendengar sepenggal lirik lagu soundtrack dari sebuah film berjudul “Keluarga Cemara,” yang kalimatnya demikan: “Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga.” Lagu ini ingin menunjukkan bahwa keluarga sangat berharga. Keluarga adalah tempat bagi setiap anggota keluarga mendapatkan kasih sayang, tempat berteduh dan saling memiliki. Keluarga adalah tempat bagi generasi demi generasi terjalin dalam hubungan kasih dan harmoni. Maka berbahagialah Anda apabila Anda memiliki keluarga yang penuh cinta kasih, harmoni dan memiliki relasi yang kuat antar generasi.
Namun di sisi lain, penggalan lirik lagu ini (“harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga”) juga menggemakan sebuah panggilan bagi setiap keluarga, agar mereka peduli dan memperhatikan keluarga mereka secara serius. Nampaknya banyak keluarga yang sedang menghadapi krisis dan tantangan. Banyak orang kehilangan nilai penting dan hakekat dari sebuah keluarga.
Pernahkah Anda mendegar berita tentang seorang anak meninggal dunia akibat sang ibu meminta anaknya untuk giat belajar? Tujuan dan maksud ibu ini tentunya baik, yaitu agar anaknya berprestasi dan mendapatkan nilai yang terbaik. Namun tanpa disadari, usaha untuk mendapatkan nilai yang baik tersebut telah membuat ibu ini kurang memperhatikan kondisi fisik sang anak. Rencananya, setelah belajar ia akan membawa sang anak keluar rumah untuk menikmati makanan kesukaannya. Namun tiba-tiba anak itu berkata kepada ibunya, “Ibu, aku lelah, aku ingin beristirahat.” Tanpa disadari sang ibu, perkataan ini adalah perkataan terakhir dari anak. Setelah berkata demikian, anak itu pun meninggal dunia. Ketika dokter memeriksa anak ini, dokter berkesimpulan bahwa anak ini mengalami kegagalan fungsi organ akibat kelelahan belajar. Sang Ibu sangat menyesal sekali dengan kematian anaknya. Demi usaha mendapatkan nilai yang baik, ia harus kehilangan anak yang sangat disayanginya.
Kita tidak perlu menghakimi ibu ini, tetapi peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kita, “Benarkah keluarga (isteri, suami dan anak-cucu kita) adalah harta yang paling berharga, atau sebaliknya harga diri, prestasi, properti, jabatan adalah harta yang paling berharga bagi kita?” Mari kita memperhatikan Amsal 17:6, firman Tuhan berkata: “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.”
Pertama, firman Tuhan ini berkata: “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu.” Mahkota itu sangat berharga, dan dikenakan di atas kepala seorang raja atau ratu. Mahkota menunjukkan sebuah kehormatan dan kekuasaan. Jika mahkota itu direbut oleh musuh, maka seorang raja telah ditaklukan, seperti Daud menaklukkan penduduk kota Raba dan merebut mahkota raja mereka sebagai tanda kekalahan mereka (2Sam. 12:29-30). Mahkota tidak hanya menunjukkan kekuasaan tetapi juga nilai yang sangat berharga. Berdasarkan sebuah website the most expensive, mahkota raja termahal di dunia pada masa kini adalah mahkota Saint Wenceslas Bohemia. Mahkota ini dibuat pada abad ke-14 dan dianggap sangat berharga sehingga tak ternilai harganya. Mahkota ini terbuat dari emas 21 sampai 22 karat (88 sampai 92%) dan dihiasi dengan 91 batu mulia dan 20 mutiara, 19 safir , 44 spinel , 30 zamrud dan 1 elbaite merah (varietas rubellite).
Jika “mahkota” orang-orang tua adalah anak cucu, maka anak-cucu adalah harta yang paling berharga. Artinya, jangan karena nilai sekolah anak-anak kita tidak maksimal, kita berlaku kasar terhadap mereka. Kita memaki mereka dengan perkataan yang kasar dan kotor, sehingga menimbulkan akar pahit di hati mereka. Paulus mengingatkan para orang tua: “Hai bapa-bapa, jangan sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hati” (Kol. 3:21). Jangan karena keegoisan kita mengejar prestasi, mengejar harta benda, hobi, dan harga diri, kemudian kita mengorbankan anak cucu kita. Kita berubah menjadi orang yang tidak peduli terhadap pertumbuhan rohani dan kejiwaan anak-anak kita. Kita hanya sibuk dengan prestasi, sibuk dengan hobi, sibuk dengan pekerjaan kita sendiri, tetapi kehilangan relasi dengan keluarga. Atau demi mempertahankan harga diri, kita justru merusak gambar diri (mentalitas) anak-anak kita.
Kedua, firman Tuhan berkata, “kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.”
Artinya, sekalipun kita memiliki segudang prestasi, jabatan yang tinggi, kekayaan yang melimpah,” tetapi jika kita tidak menghormati dan menghargai orang tua atau nenek moyang kita, sesungguhnya kita sedang merusak kehormatan diri sendiri, sebab firman Tuhan berkata: “Kehormatan anak-anak adalah nenek moyang mereka.”
Nenek moyang disebut “Kehormatan anak-anak” karena:
1. Tanpa nenek moyang tidak pernah ada anak-anak.
2. Nenek moyang adalah orang yang telah merawat dan memelihara anak-anak, sehingga kesuksesan anak-anak tidak terlepas dari nenek moyang.
3. Adalah sebuah kehormatan jika kita dapat menghargai, merawat dan memelihara orang-orang yang telah berjasa bagi kehidupan anak-anak. Itulah sebabnya firman Tuhan berkata: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (Efesus 6:1-4).
Karena itu, jangan berlaku kasar dan tidak hormat terhadap nenek moyang kita. Orang yang tidak menghormati dan mengasihi nenek moyangnya, sama halnya dengan ia tidak menghormati dirinya sendiri, sebab “Kehormatan anak-anak adalah nenek moyang mereka.” Karena itu, di tangah Krisis yang melanda keluarga saat ini (hilangnya rasa hormat, pertikaian dan kekerasan rumah tangga), firman Tuhan hari ini mengajar kita untuk menyayangi anggota keluarga kita, sebab keluarga adalah tempat di mana kita berbagi kasih sayang dan bertumbuh bersama untuk menyatakan kebesaran dan keagungan Tuhan kita. Amin.
2 Sam. 12:29-30
29 Sesudah itu Daud mengumpulkan seluruh tentara, ia berangkat ke kota Raba dan berperang melawannya, lalu merebutnya.
30 Ia mengambil mahkota dari kepala raja mereka, beratnya setalenta emas, bertatahkan sebuah batu permata yang mahal dan itu dikenakan pada kepala Daud. Juga diangkutnya banyak sekali jarahan dari kota itu.
Kolese 3 : 21
21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Efesus 6 : 1-4
1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
2 Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
3 supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
- Seberapa penting dan berarti sebuah keluarga bagi diri Anda?
- Pernahkah Anda memiliki pengalaman yang “tidak menyenangkan” dalam keluarga Anda? Bagaimana pula Anda menghadapinya?
- Menurut Anda, apakah pekerjaan, prestasi, hobi, properti atau kekayaan Anda lebih penting daripada anggota keluarga Anda? Apa alasannya?
- Apa arti “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu”?
- Apa arti “Kehormatan anak-anak adalah nenek moyang mereka”?
Setelah merenungkan firman Tuhan ini, sikap apakah yang Anda harus pelihara dalam kehidupan berkeluarga? Sikap apakah yang Anda perlu perbaiki dalam relasi dengan keluarga?
- Berdoa bagi kualitas relasi antar anggota keluarga jemaat, agar mereka solid antara satu dengan lainnya.
- Doakan generasi tua dan muda dapat saling mengasihi dan peduli.