Rabu, 15 Maret 2023
“Berkatalah Yesaya kepada mereka: ‘Beginilah kamu katakan kepada tuanmu: Beginilah firman TUHAN: Janganlah engkau takut terhadap perkataan yang kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk menghujat Aku.’” (Yesaya 37:6)
Bacaan hari ini: Yesaya 36:1-22 | Bacaan setahun: Yesaya 36
Yesaya 36 : 1-22
Yerusalem dikepung oleh Sanherib
1 Maka dalam tahun keempat belas zaman raja Hizkia majulah Sanherib, raja Asyur, menyerang segala kota berkubu negeri Yehuda, lalu merebutnya.
2 Raja Asyur mengutus juru minuman agung dari Lakhis ke Yerusalem kepada raja Hizkia disertai suatu tentara yang besar. Ia mengambil tempat dekat saluran kolam atas di jalan raya pada Padang Tukang Penatu.
3 Keluarlah mendapatkan dia Elyakim bin Hilkia, kepala istana, dan Sebna, panitera negara, serta Yoab bin Asaf, bendahara negara.
4 Lalu berkatalah juru minuman agung kepada mereka: “Baiklah katakan kepada Hizkia: Beginilah kata raja agung, raja Asyur: Kepercayaan macam apakah yang kaupegang ini?
5 Kaukira bahwa hanya ucapan bibir saja dapat merupakan rencana dan kekuatan untuk perang! Sekarang, kepada siapa engkau berharap, maka engkau memberontak terhadap aku?
6 Sesungguhnya, engkau berharap kepada tongkat bambu yang patah terkulai itu, yaitu Mesir, yang akan menusuk dan menembus tangan orang yang bertopang kepadanya. Begitulah keadaan Firaun, raja Mesir, bagi semua orang yang berharap kepadanya.
7 Dan apabila engkau berkata kepadaku: Kami berharap kepada TUHAN, Allah kami, –bukankah Dia itu yang bukit-bukit pengorbanan-Nya dan mezbah-mezbah-Nya telah dijauhkan oleh Hizkia sambil berkata kepada Yehuda dan Yerusalem: Di depan mezbah inilah kamu harus sujud menyembah!
8 Maka sekarang, baiklah bertaruh dengan tuanku, raja Asyur: Aku akan memberikan dua ribu ekor kuda kepadamu, jika engkau sanggup memberikan dari pihakmu orang-orang yang mengendarainya.
9 Bagaimanakah mungkin engkau memukul mundur satu orang perwira tuanku yang paling kecil? Padahal engkau berharap kepada Mesir dalam hal kereta dan orang-orang berkuda!
10 Sekarangpun, adakah di luar kehendak TUHAN aku maju melawan negeri ini untuk memusnahkannya? TUHAN telah berfirman kepadaku: Majulah menyerang negeri itu dan musnahkanlah itu!”
11 Lalu berkatalah Elyakim, Sebna dan Yoah kepada juru minuman agung: “Silakan berbicara dalam bahasa Aram kepada hamba-hambamu ini, sebab kami mengerti; tetapi janganlah berbicara dengan kami dalam bahasa Yehuda sambil didengar oleh rakyat yang ada di atas tembok.”
12 Tetapi juru minuman agung berkata: “Adakah tuanku mengutus aku untuk mengucapkan perkataan-perkataan ini hanya kepada tuanmu dan kepadamu saja? Bukankah juga kepada orang-orang yang duduk di atas tembok, yang memakan tahinya dan meminum air kencingnya bersama-sama dengan kamu?”
13 Kemudian berdirilah juru minuman agung dan berserulah ia dengan suara nyaring dalam bahasa Yehuda. Ia berkata: “Dengarlah perkataan raja agung, raja Asyur!
14 Beginilah kata raja: Janganlah Hizkia memperdayakan kamu, sebab ia tidak sanggup melepaskan kamu!
15 Janganlah Hizkia mengajak kamu berharap kepada TUHAN dengan mengatakan: Tentulah TUHAN akan melepaskan kita; kota ini tidak akan diserahkan ke dalam tangan raja Asyur.
16 Janganlah dengarkan Hizkia, sebab beginilah kata raja Asyur: Adakanlah perjanjian penyerahan dengan aku dan datanglah ke luar kepadaku, maka setiap orang dari padamu akan makan dari pohon anggurnya dan dari pohon aranya serta minum dari sumurnya,
17 sampai aku datang dan membawa kamu ke suatu negeri seperti negerimu, suatu negeri yang bergandum dan berair anggur, suatu negeri yang beroti dan berkebun anggur.
18 Jangan sampai Hizkia membujuk kamu dengan mengatakan: TUHAN akan melepaskan kita! Apakah pernah para allah bangsa-bangsa melepaskan negerinya masing-masing dari tangan raja Asyur?
19 Di manakah para allah negeri Hamat dan Arpad? Di manakah para allah negeri Sefarwaim? Apakah mereka telah melepaskan Samaria dari tanganku?
20 Siapakah di antara semua allah negeri-negeri ini yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?”
21 Tetapi orang berdiam diri dan tidak menjawab dia sepatah katapun, sebab ada perintah raja, bunyinya: “Jangan kamu menjawab dia!”
22 Kemudian pergilah Elyakim bin Hilkia, kepala istana, dan Sebna, panitera negara, dan Yoah bin Asaf, bendahara negara, menghadap Hizkia, dengan pakaian yang dikoyakkan, lalu memberitahukan kepada raja perkataan juru minuman agung.
Kata gaslighting terpilih sebagai Word of The Year versi kamus Merriam-Webster pada tahun 2022. Pemilihan ini didasarkan pada peningkatan atas pencarian kata tersebut sebesar 1740% di aplikasi berbasis digital tersebut. Tingginya angka pencarian ini mengindikasikan fenomena yang berkembang di masyarakat saat itu. Gaslighting merupakan istilah psikologi yang berarti melakukan tindakan manipulatif terhadap orang lain, agar sang korban mempertanyakan kembali apa yang menjadi pikiran dan keyakinan mereka. Akibatnya, sang korban kehilangan rasa percaya diri dan diperbudak oleh sang pelaku baik secara fisik maupun psikis.
Pada zaman kepemimpinan Hizkia, masyarakat Yehuda pun pernah mengalami perasaan serupa layaknya korban gaslighting. Iman mereka kepada Yahweh bukan hanya dipertanyakan, tetapi juga diolok-olok oleh seorang juru minuman agung yang datang dengan sejumlah besar bala tentara perang. Hal ini merupakan perintah dari Raja Asyur yang berusaha menghancurkan mental dan keyakinan rakyat Yehuda setelah merebut segala kota berkubu mereka (ayat 1). Dalam kondisi tersebut, Hizkia tetap berpegang pada firman Allah sesuai apa yang dinubuatkan nabi Yesaya dan menyuruh rakyat untuk tetap diam dan tidak membalas cemoohan dari pihak lawan mereka. Sikap diam itu bukanlah tanpa hasil. Pada akhirnya, keangkuhan Raja Asyur dan juga penghinaan mereka terhadap Allah Israel dibalaskan sendiri oleh Allah tanpa Israel harus maju berperang.
Diam dan tidak melakukan apapun ketika orang lain memperolok kita bahkan kepercayaan kita memang bukan perkara yang mudah. Perasaan ingin membela diri dan melawan, tentu ada. Firman Tuhan memperlihatkan bahwa Allah adalah Pribadi yang selalu siap sedia membela umat-Nya. Bagian kita sebagai umat-Nya hanyalah melakukan bagian kita dengan menaati perintah-Nya. Diam dan tidak melawan bukan berarti kita setuju akan pernyataan-pernyataan lawan kita, namun sikap kita tersebut adalah langkah iman kita memberikan ruang bagi Allah untuk membela kita di saat orang lain ataupun diri kita sendiri tidak mampu melakukannya.
STUDI PRIBADI: Mengapa Hizkia yakin memberikan perintah kepada rakyatnya untuk diam menghadapi penghinaan Raja Asyur? Apa yang menghalangi kita percaya kepada Allah?
Pokok Doa: Berdoa bagi umat Allah agar diberikan hikmat menjadi saluran berkat Tuhan, meskipun dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Berdoa supaya setiap generasi muda semakin memiliki penguasaan diri yang baik.
Yesaya 36 : 1
1. Segera sesudah raja Hizkia mendengar itu, dikoyakkannyalah pakaiannya dan diselubunginyalah badannya dengan kain kabung, lalu masuklah ia ke rumah TUHAN.