RINGKASAN KHOTBAH
12 FEBRUARI 2023
Bahan Pertemuan Kelompok Kecil
Filipi 1 : 1-2
Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
Filipi 1 : 1-2
Seperti surat pada masa itu, Paulus memulai surat Filipi dengan keterangan mengenai pengirim dan penerima. Format ini jelas berbeda dengan surat modern yang umumnya dimulai dengan nama penerima dan diakhiri dengan nama pengirim. Dalam pembukaan surat ini, Paulus menuliskan namanya dan Timotius sebagai pengirim. Meski demikian, surat ini nampaknya merupakan karya Paulus seorang diri. Hal ini bisa terlihat dari kata ganti orang pertama tunggal yang digunakan Paulus (‘aku’), maupun caranya menyebut Timotius dengan kata ganti orang ketiga. Selain karena kemungkinan ia adalah sekretarisnya, Paulus menyebut Timotius sebab ia juga dikenal baik oleh jemaat Filipi. Dalam bagian pembukaan ini, kita bisa melihat ada tema kesetaraan yang kuat yang disampaikan Paulus. Setidaknya ada dua cara Paulus menyampaikan hal tersebut.
Pertama, Kristus menjadikan Paulus dan Timotius sebagai sesama hamba. Dalam banyak suratnya, biasanya Paulus memperkenalkan dirinya sebagai seorang rasul. Akan tetapi, sebutan itu tidak muncul dalam surat ini. Hal ini kemungkinan karena ia memang tidak perlu membela validitas kerasulannya pada Jemaat Filipi. Dalam surat ini, Paulus justru memperkenalkan dirinya dan Timotius sebagai hamba-hamba Kristus.
Menarik dicatat, Paulus biasanya memperkenalkan dirinya secara unik. Ia biasanya menegaskan bahwa ia punya jabatan unik, yang tidak dimiliki rekan penulisnya. Akan tetapi, dalam bagian ini, ia menyatakan bahwa ia dan Timotius memiliki jabatan yang sama, yakni sama-sama hamba Kristus. Hal ini tidak ditemukan dalam surat Paulus lainnya. Di antara berbagai penjelasan, seorang penafsir bernama Gerald Hawthorne (WBC) memberi penjelasan yang menarik. Ia menyatakan bahwa di sini Paulus hendak mengajarkan kesetaraan di antara para hamba Allah. Mengutip J. F. Collange, ia menjelaskan,“… relationships in the bosom of the church between collaborators were not those of authority, superiority or inferiority but of humble equality.”
Kedua, Kristus menjadikan Jemaat sebagai sesama orang Kudus. Sesudah menjelaskan jati dirinya sebagai pengirim, Paulus menjelaskan siapa penerima surat ini. Ia menulis bahwa penerimanya ialah ‘semua orang Kudus’ di Filipi. Orang-orang Kudus ini mencakup pula para penilik Jemaat dan para diaken, yakni para pemimpin gereja masa itu. Para sarjana tepat sekali melihat bahwa Paulus nampaknya hendak memberi penekanan melalui kata ‘semua.’ Tepatnya, ia hendak menekankan kembali ide tentang kesetaraan. Meski Jemaat terdiri dari latar belakang etnis dan status sosial yang berbeda, relasi mereka dengan Kristus ternyata membawa babak baru dalam relasi mereka satu sama lain. Kristus menjadikan mereka semua sama-sama sebagai orang-orang Kudus-Nya, termasuk juga para pemimpin Jemaat.
Lantas, apa tujuan Paulus menekankan hal ini? Seperti yang akan kita lihat, salah satu masalah utama dalam Jemaat Filipi ialah adanya perpecahan di dalam Jemaat. Perpecahan ini menyangkut bukan hanya Jemaat tetapi juga para pemimpin (Euodia dan Sintikhe di 4:2). Salah satu sebab perpecahan ini ialah perasaan superioritas yang mendorong seseorang mengutamakan dirinya sendiri (bnd. pasal 2). Paulus mengingatkan Jemaat bahwa kesetaraan yang Kristus bawa harusnya mengubah cara mereka berelasi satu sama lain. Ini seharusnya juga menjadi pengingat bagi gereja masa kini yang kerap terjebak dalam masalah yang sama. Nyatanya, beberapa masalah yang terjadi hari ini disebabkan karena kita atau orang lain merasa tidak diperlakukan sesuai dengan “status sosial.” Bagi Paulus menyadari bahwa Kristus telah menyatukan dan membawa kesetaraan bagi kita (bnd. Gal. 3:28), seharunya menolong kita melihat diri dengan tepat dan juga mendorong kita memperlakukan orang lain dengan cara yang lebih baik.
- Bagikan pada anggota yang lain apa hal yang paling membekas bagi Anda dari kotbah hari Minggu kemarin (Ilustrasi? Poin kotbah? Suasana hati Anda? dsb)? Mengapa?
- Apakah Anda pernah menemui atau mengalami masalah yang terjadi karena perasaan superioritas seseorang? Bagaimana masalah itu akhirnya diselesaikan?
- Apa hambatan terbesar bagi anak-anak Tuhan dalam menghidupi prinsip kesetaraan di dalam Kristus?
- Bagaimana perenungan bagian ini menolong mengubah pola pikir Anda?
- Menurut Anda, apakah prinsip kesetaraan ini memiliki batasan? Bagaimana respon anggota yang lain terhadap pemikiran Anda?