Rabu, 1 Februari 2023
“Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.” (Amsal 19:2)
Bacaan hari ini: Amsal 19:1-29 | Bacaan setahun: Amsal 18-19
Amsal 18
1 Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak terhadap setiap pertimbangan.
2 Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya.
3 Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh.
4 Perkataan mulut orang adalah seperti air yang dalam, tetapi sumber hikmat adalah seperti batang air yang mengalir.
5 Tidak baik berpihak kepada orang fasik dengan menolak orang benar dalam pengadilan.
6 Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan.
7 Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya.
8 Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.
9 Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak.
10 Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.
11 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya dan seperti tembok yang tinggi menurut anggapannya.
12 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.
13 Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.
14 Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?
15 Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak menuntut pengetahuan.
16 Hadiah memberi keluasan kepada orang, membawa dia menghadap orang-orang besar.
17 Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.
18 Undian mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan antara orang-orang berkuasa.
19 Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri.
20 Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya.
21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
22 Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.
23 Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar.
24 Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.
Amsal 19 : 1-29
1 Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal.
2 Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
3 Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN.
4 Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya.
5 Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar.
6 Banyak orang yang mengambil hati orang dermawan, setiap orang bersahabat dengan si pemberi.
7 Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil mereka tetapi mereka tidak ada lagi.
8 Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan.
9 Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.
10 Kemewahan tidak layak bagi orang bebal, apalagi bagi seorang budak memerintah pembesar.
11 Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.
12 Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikannya seperti embun yang turun ke atas rumput.
13 Anak bebal adalah bencana bagi ayahnya, dan pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik.
14 Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia TUHAN.
15 Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar.
16 Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siapa menghina firman, akan mati.
17 Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.
18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.
19 Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.
20 Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.
21 Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
22 Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong.
23 Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka.
24 Si pemalas mencelup tangannya ke dalam pinggan, tetapi tidak juga mengembalikannya ke mulut.
25 Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf.
26 Anak yang menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan memalukan diri.
27 Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.
28 Saksi yang tidak berguna mencemoohkan hukum dan mulut orang fasik menelan dusta.
29 Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang bebal.
Kenikmatan tidak bisa dipungkiri menjadi bagian yang dikejar manusia dalam kehidupan ini. Bahkan demi kenikmatan, seseorang rela melakukan banyak hal yang tidak masuk akal bahkan perbuatan-perbuatan dosa yang mengerikan sekalipun. Namun pada akhirnya ia akan mendapati nikmat yang dikejarnya tanpa hikmat justru mendatangkan laknat baginya.
Penulis Amsal menyadari hal ini. Dengan hikmatnya ia melihat sendiri betapa sia-sia orang yang mengejar kenikmatan. Pada akhirnya, mereka akan mendapatkan laknat dari Allah. Kematian pasti menghampiri mereka, mengakhiri segala nikmat mereka. Berkaca dari hal ini, ia mengajak para pembaca merenungkan bahwa yang seharusnya dikejar bukanlah nikmat, melainkan hikmat. Seseorang yang berhikmat justru akan mendapatkan nikmat dari Allah. Pada ayat yang pertama, ia berkata “lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya (berhikmat) daripada seorang yang serong (NIV menggunakan kata fool yang berarti bodoh) bibirnya lagi bebal.” Pada ayat yang kedua kembali ia menegaskan “desire without knowledge is not good (NIV)” yang kemudian diulang kembali maknanya pada ayat ketiga “a person’s own folly leads to their ruin (NIV)” menunjukkan betapa pentingnya berhikmat mendahului nikmat. Justru ketika seseorang beroleh hikmat, ia akan menikmati nikmat yang sesungguhnya, nikmat yang sejati.
Lalu siapakah orang yang berhikmat? Penulis Amsal menunjukkannya di ayat 16 bahwa orang yang berhikmat adalah orang yang mengindahkan firman Allah; yang merenungkan taurat Tuhan siang dan malam, serta yang melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pertanyaannya untuk kita adalah: apakah kita telah berhikmat di dalam kehidupan kita? Adakah kita menyukai taurat Tuhan serta melakukan segala titah-Nya? Ataukah justru untuk mendapatkan nikmat itu kita menjauhkan diri dari hikmat? Atau bahkan demi nikmat, kita melakukan segala cara meski melanggar firman Tuhan? Mari kita melihat kembali diri kita masing-masing dan kembali mengejar hikmat yang membawa nikmat, bukan sebaliknya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana kita dapat memperoleh hikmat hari demi hari untuk membawa kita kepada nikmat?
Pokok Doa: Berdoa agar anak-anak Tuhan mengejar hikmat yang daripada Tuhan, bukan meraih nikmat dan meniadakan hikmat.