Rabu, 25 Januari 2023
“Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu.” (Amsal 7:1-2)
Bacaan hari ini: Amsal 7:1-27 | Bacaan setahun: Amsal 7
Amsal 7 : 1-27
1 Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu.
2 Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu.
3 Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu.
4 Katakanlah kepada hikmat: “Engkaulah saudaraku” dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu,
5 supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.
6 Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku,
7 kulihat di antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi,
8 yang menyeberang dekat sudut jalan, lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu,
9 pada waktu senja, pada petang hari, di malam yang gelap.
10 Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik;
11 cerewet dan liat perempuan ini, kakinya tak dapat tenang di rumah,
12 sebentar ia di jalan dan sebentar di lapangan, dekat setiap tikungan ia menghadang.
13 Lalu dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya, dengan muka tanpa malu berkatalah ia kepadanya:
14 “Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu.
15 Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau.
16 Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir.
17 Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis.
18 Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara.
19 Karena suamiku tidak di rumah, ia sedang dalam perjalanan jauh,
20 sekantong uang dibawanya, ia baru pulang menjelang bulan purnama.”
21 Ia merayu orang muda itu dengan berbagai-bagai bujukan, dengan kelicinan bibir ia menggodanya.
22 Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia seperti lembu yang dibawa ke pejagalan, dan seperti orang bodoh yang terbelenggu untuk dihukum,
23 sampai anak panah menembus hatinya; seperti burung dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa hidupnya terancam.
24 Oleh sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, perhatikanlah perkataan mulutku.
25 Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan perempuan itu, dan janganlah menyesatkan dirimu di jalan-jalannya.
26 Karena banyaklah orang yang gugur ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya.
27 Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati, yang menurun ke ruangan-ruangan maut.
“Ah… seandainya aku bisa menguasai nafsu, maka perselingkuhan ini tidak akan terjadi,” begitulah pengakuan seorang suami di ruang konseling saya, ketika ketahuan selingkuh. Ia telah menjalin hubungan gelap dengan teman wanita sekantornya selama hampir satu tahun. Memang perzinahan ialah perangkap yang bisa menjerat siapapun di sepanjang masa. Awalnya terasa mendebarkan, tetapi ujungnya adalah penyesalan dan kehancuran. Dimulai dari sebuah godaan dan berakhir pada sebuah kenistaan.
Salomo, sang penulis Amsal dalam bagian ini mengingatkan betapa berbahayanya perangkap dosa seksual ini, khususnya bagi mereka yang bodoh dan mengabaikan nasihat Tuhan. Salomo menggambarkan seorang anak muda yang terbuai rayuan seorang wanita penggoda, yang dengan berbagai cara merayunya (ayat 14-21). Sayang, sang anak muda tersebut bukannya menjauh malahan menghampiri dan tunduk pada godaan hawa nafsu. Salomo melukiskan anak muda tersebut seperti lembu yang dibawa ke pejagalan, seperti seorang yang terbelenggu menantikan hukumannya dan burung yang masuk perangkap tanpa disadari (ayat 22-23). Memang dosa perzinahan awalnya terasa nikmat, tapi akhirnya membawa hukuman yang pahit (ayat 26-27).
Pada masa kini, godaan seksual bisa saja hadir dalam beragam cara. Pornografi bisa dengan gampang diakses semua orang melalui gadgetnya masing-masing. Perselingkuhan bisa terjadi bukan saja dalam dunia nyata, bahkan di dalam dunia maya. Godaan selingkuh juga bisa terjadi di tempat kita bekerja, bahkan dalam pelayanan gereja sekalipun. Jika tidak berhati-hati, maka kita bisa terjerumus sangat dalam dengan dosa ini. Oleh sebab itu, nasihat Salomo di sini menjadi sangat relevan untuk dilakukan. Nasihat Salomo sejalan dengan Ibrani 13:4 agar, “Hendaklah kamu semua hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezina akan dihakimi Allah.” Jadi, hindarilah godaan hawa nafsu yang dapat menjerumuskan serta berpeganglah pada kebenaran firman Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa banyak orang tunduk dan terperangkap kepada dosa perzinahan? Bagaimana kita bisa menjaga kekudusan hidup?
Pokok Doa: Berdoalah bagi kehidupan kaum muda dalam gereja kita yang berhadapan dengan jerat dosa dan godaan kenikmatan hidup, yang bisa menjerumuskan hidup mereka ke dalam kehancuran.