Kamis, 22 Desember 2022
“Tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.” (Mazmur 102:28, TB)
Bacaan hari ini: Mazmur 102:1-29 | Bacaan setahun: Mazmur 102
Mazmur 102 : 1-29
Doa minta tolong dan doa untuk Sion
1 Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. (102-2) TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
2 (102-3) Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
3 (102-4) Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian.
4 (102-5) Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku.
5 (102-6) Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang.
6 (102-7) Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan.
7 (102-8) Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh.
8 (102-9) Sepanjang hari aku dicela oleh musuh-musuhku, orang-orang yang mempermainkan aku menyumpah dengan menyebut namaku.
9 (102-10) Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan,
10 (102-11) oleh karena marah-Mu dan geram-Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku.
11 (102-12) Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang, dan aku sendiri layu seperti rumput.
12 (102-13) Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun.
13 (102-14) Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya.
14 (102-15) Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya.
15 (102-16) Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu,
16 (102-17) bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya,
17 (102-18) sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka.
18 (102-19) Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN,
19 (102-20) sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi,
20 (102-21) untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh,
21 (102-22) supaya nama TUHAN diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem,
22 (102-23) apabila berkumpul bersama-sama bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan untuk beribadah kepada TUHAN.
23 (102-24) Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek umurku.
24 (102-25) Aku berkata: “Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku! Tahun-tahun-Mu tetap turun-temurun!”
25 (102-26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.
26 (102-27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah;
27 (102-28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.
28 (102-29) Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu.
Kepribadian dan jati diri seseorang sangat dipengaruhi lingkungan di mana ia bertumbuh. Ini mencakup keluarga, sistem kepercayaan, interaksi sosial, pengetahuan, dan sebagainya. Menurut naturnya, manusia memang akan selalu mengalami perubahan fisik, emosi, maupun rohani. Secara fisik, manusia akan bertambah renta dan mengeriput, serta lebih rentan akan penyakit. Secara emosi, ia mudah diombang-ambingkan oleh situasi hidup, pengalaman, dan kondisi sekitar. Secara rohani, ia dapat mengalami kemerosotan atau juga pertumbuhan iman.
Berbeda dengan manusia, TUHAN adalah ALLAH yang tidak berubah, yang tidak dipengaruhi apapun di luar diri-Nya. TUHAN tetaplah sama, dari kekal hingga kekal seperti pujian yang dinyanyikan pemazmur. Pemazmur percaya kepada Tuhan yang tidak berubah itu. Dalam doanya, ia menyebut diri sebagai orang sengsara dan mengakui pergumulan mengikut Tuhan itu tidak mudah. Namun, dalam situasi demikian, pemazmur tidak menjadi goyah. Ungkapan ‘turun-temurun,’ ‘selamanya,’ ‘tetap sama,’ menunjukkan keyakinannya tentang SIAPA Tuhan yang ia percayai, yaitu TUHAN semesta alam yang kekal dan tidak pernah berubah.
Ketidakberubahan Allah seharusnya menjadi jaminan dan dasar iman yang kokoh bagi orang percaya. Ia tetap berkuasa dari dulu, sekarang, dan sampai selamanya. Bahkan, Ia juga memegang teguh janji-Nya dan takkan mengingkarinya. Penggenapan janji-Nya, melalui kedatangan-Nya sebagai Manusia dalam Yesus, menjadi bukti yang tidak terbantahkan. Itu sebabnya penulis Ibrani dengan yakin menegaskan, “Yesus Kristus tetap sama, baik dahulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8, BIS). Tuhan tidak pernah berubah, dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Amin! Manusia berubah, itu pasti! Kita akan mengalami kemerosotan badani dan kelemahan fisik. Akan tetapi, itu tidak berarti orang percaya juga mengalami kemerosotan rohani. Percaya kepada Allah yang tidak berubah semestinya membawa orang percaya makin bertumbuh di dalam iman kepada-Nya, serta mengalami pembaharuan batiniah dari hari ke hari.
STUDI PRIBADI: Bagaimanakah fakta bahwa Tuhan itu tidak berubah memengaruhi iman Anda?
Pokok Doa: Berdoalah agar setiap kita semakin bertumbuh dalam iman dan diberikan keberanian menceritakan tentang Tuhan yang tidak berubah itu kepada orang lainnya.