Minggu, 20 November 2022
“Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; Siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” (Mazmur 50:23)
Bacaan hari ini: Mazmur 50:1-23 | Bacaan setahun: Mazmur 49-50
Mazmur 49
Kebahagiaan yang sia-sia
1 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. (49-2) Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian, pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia,
2 (49-3) baik yang hina maupun yang mulia, baik yang kaya maupun yang miskin bersama-sama!
3 (49-4) Mulutku akan mengucapkan hikmat, dan yang direnungkan hatiku ialah pengertian.
4 (49-5) Aku akan menyendengkan telingaku kepada amsal, akan mengutarakan peribahasaku dengan bermain kecapi.
5 (49-6) Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku,
6 (49-7) mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka?
7 (49-8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya,
8 (49-9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya–
9 (49-10) supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.
10 (49-11) Sungguh, akan dilihatnya: orang-orang yang mempunyai hikmat mati, orang-orang bodoh dan dungupun binasa bersama-sama dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain.
11 (49-12) Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama-lamanya, tempat kediaman mereka turun-temurun; mereka menganggap ladang-ladang milik mereka.
12 (49-13) Tetapi dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan, ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
13 (49-14) Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Sela
14 (49-15) Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka.
15 (49-16) Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku. Sela
16 (49-17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah,
17 (49-18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia.
18 (49-19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri,
19 (49-20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya.
20 (49-21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
Mazmur 50 : 1-23
Ibadah yang sejati
1 Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.
2 Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.
3 Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat.
4 Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya:
5 “Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!”
6 Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. Sela
7 “Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu!
8 Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku?
9 Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu,
10 sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung.
11 Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku.
12 Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.
13 Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum?
14 Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
15 Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” Sela
16 Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu,
17 padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?
18 Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah.
19 Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya.
20 Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu.
21 Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu.
22 Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan.
23 Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”
Asaf adalah keturunan suku Lewi yang juga ahli dalam hal bermusik. Sejak awal, kehidupan Asaf nampaknya sangat terkait erat dengan pelayanan di Bait Allah. Pada bagian awal mazmur ini, Asaf mulai menggambarkan bahwa Allah adalah penguasa seluruh alam semesta. Segala sesuatu bersumber dari Allah; Ia tidak butuh apapun, semua yang umat-Nya miliki berasal dari Allah sendiri. Allah juga digambarkan sebagai Hakim yang adil, yang akan mengadili semua orang, termasuk umat-Nya.
Para nabi Perjanjian Lama berulang kali menegur dan mengingatkan orang Israel karena sikap mereka yang keliru terhadap ibadah. Kini dalam Mazmur 50:17-20, Allah menentang mereka karena membawa berbagai persembahan untuk Allah, tetapi kehidupan mereka sesungguhnya tidak berkenan di hadapan Allah. Mereka lebih mementingkan korban bakaran daripada hati yang murni untuk Allah, seakan-akan Allah membutuhkan semua korban persembahan yang mereka berikan. Sangatlah keliru! Allah tidak pernah bergantung pada persembahan umat-Nya, karena semua adalah milik-Nya. Hal ini seharusnya mengingatkan setiap umat Allah, bahwa sesungguhnya yang Allah kehendaki sebagai ibadah yang sejati adalah hati penuh syukur yang dipersembahkan kepada Allah, dan yang terwujud nyata melalui tindakan hidup sehari-hari. Penting bagi Allah untuk tegas terhadap umat-Nya, agar kehidupan mereka selaras dengan ibadah yang sesungguhnya. Pemazmur menulis, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan dari Allah akan Ku perlihatan kepadanya” (ayat 23).
Melalui Firman Tuhan ini, kita diingatkan arti ibadah yang sejati. Ibadah sejati tidak hanya berakhir dengan korban persembahan dari harta yang dimiliki. Tidak pula hanya terjadi pada hari Minggu saja. Ibadah yang sejati seharusnya terus berlanjut dalam kehidupan setiap hari umat-Nya, melalui hidup yang penuh ucapan syukur karena telah mengalami kebaikan Tuhan. Ibadah yang sejati juga harus dinyatakan melalui perubahan hidup yang mempermuliakan Tuhan.
STUDI PRIBADI: Sebagai orang percaya, bagaimana Anda merefleksikan Firman Tuhan ini? Bersediakah Anda memakai hidup sebagai korban syukur bagi Tuhan, ibadah yang sejati?
Pokok Doa: Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar dimampukan dan ditolong oleh Tuhan untuk menyadari bahwa kehidupan mereka setiap hari adalah ibadah kepada Allah.