Sabtu, 5 November 2022
“Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.” (Mazmur 26:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 26:1-12 | Bacaan setahun: Mazmur 25-26
Mazmur 25
Doa mohon ampun dan perlindungan
1 Dari Daud. Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku;
2 Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku.
3 Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya.
4 Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.
5 Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.
6 Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala.
7 Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN.
8 TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
9 Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.
10 Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.
11 Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu.
12 Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.
13 Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.
14 TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.
15 Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring.
16 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas.
17 Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!
18 Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku.
19 Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam.
20 Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu.
21 Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.
22 Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesakannya!
Mazmur 26 : 1-12
Doa mohon dibenarkan oleh TUHAN
1 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu.
2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.
3 Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.
4 Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul;
5 aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk.
6 Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN,
7 sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.
8 TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam.
9 Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau hidupku bersama-sama orang penumpah darah,
10 yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan.
11 Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku.
12 Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah.
Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa kesetiaan hanya dapat dinilai setelah seseorang meninggal dunia karena semasa manusia hidup, ia masih dapat jatuh dalam dosa ketidaksetiaan. Pernyataan ini sangat masuk akal. Ada beberapa kisah; seseorang telah berselingkuh di masa tuanya, bahkan ada pula seorang ayah yang baru meninggal lalu seseorang datang dan mengaku sebagai selingkuhannya. Namun, jika kita melihat kehidupan relasi umat Tuhan dengan Sang Pencipta, adakah umat Tuhan ditemukan setia dan tanpa cacat sampai akhir? Jawabannya: tentu tidak. Di dalam keberdosaannya, manusia masih terlalu jauh untuk bisa mendapatkan gelar kesetiaan. Tidak jarang kita mendukakan hati Tuhan dan menduakan Dia dengan harta kita, kedudukan, prestasi, dan berhala- berhala lainnya. Puji Syukur kepada Allah bila gelar kesetiaan tersebut bukan karena usaha kita tetapi Tuhan yang memanggil, memampukan, dan menganugerahkan kesetiaan itu. Di tengah-tengah keberdosaan manusia, ia boleh mendapatkan anugerah Allah. Dan inilah konteks kehidupan Pemazmur.
Pemazmur sadar siapa dirinya yang adalah manusia berdosa. Ia bukan sedang menyatakan hidup yang sempurna, melainkan kehidupan yang ia upayakan untuk tetap setia di hadapan Tuhan. Ia mungkin pernah jatuh dan tidak setia, tetapi ia bangkit kembali dan berusaha lagi. Di tengah-tengah usahanya, ia membuka diri seutuhnya dan berseru, “Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku, selidikilah batinku dan hatiku” (Mzm. 26:1). Pemazmur menyerahkan diri untuk dikoreksi oleh Allah. Ia yang berusaha hidup setia tidak akan ada gunanya jika Allah sendiri tidak berkenan bagi hidupnya. Ia bahkan memohon supaya Allah dapat membebaskan dan mengasihinya (ay. 11) karena ia tahu bahwa semua adalah karena anugerah Allah yang memampukannya hidup setia. Di tengah hidup kita, adakah Tuhan menjadi tempat kita bersandar. Kita lemah, namun kita memiliki Allah yang mampu menolong kita dengan anugerah-Nya. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk menyelidiki hati kita dan hidup bersandarkan anugerah-Nya.
STUDI PRIBADI: Hal materi apa yang paling Anda takut jika diambil dari hidup Anda? Bisa jadi itu adalah berhala yang menghalangi kesetiaan kepada Tuhan.
Pokok Doa: Berdoalah bagi orang di sekeliling kita yang pada saat ini sedang bergumul dengan berhala-berhala tertentu. Kiranya Tuhan memampukan mereka untuk berusaha hidup setia.