Kamis, 13 Oktober 2022
“Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan aku.” (Ayub 30:20)
Bacaan hari ini: Ayub 30:1-31 | Bacaan tahunan: Ayub 30
Ayub 30 : 1-31
Manusia tidak dapat menemukan hikmat
1 “Memang ada tempat orang menambang perak dan tempat orang melimbang emas;
2 besi digali dari dalam tanah, dan dari batu dilelehkan tembaga.
3 Orang menyudahi kegelapan, dan batu diselidikinya sampai sedalam-dalamnya, di dalam kekelaman dan kelam pekat.
4 Orang menggali tambang jauh dari tempat kediaman manusia, mereka dilupakan oleh orang-orang yang berjalan di atas, mereka melayang-layang jauh dari manusia.
5 Tanah yang menghasilkan pangan, dibawahnya dibongkar-bangkir seperti oleh api.
6 Batunya adalah tempat menemukan lazurit yang mengandung emas urai.
7 Jalan ke sana tidak dikenal seekor burung buaspun, dan mata elang tidak melihatnya;
8 binatang yang ganas tidak menginjakkan kakinya di sana dan singa tidak melangkah melaluinya.
9 Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras, ia membongkar-bangkir gunung-gunung sampai pada akar-akarnya;
10 di dalam gunung batu ia menggali terowongan, dan matanya melihat segala sesuatu yang berharga;
11 air sungai yang merembes dibendungnya, dan apa yang tersembunyi dibawanya ke tempat terang.
12 Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?
13 Jalan ke sana tidak diketahui manusia, dan tidak didapati di negeri orang hidup.
14 Kata samudera raya: Ia tidak terdapat di dalamku, dan kata laut: Ia tidak ada padaku.
15 Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni, dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak.
16 Ia tidak dapat dinilai dengan emas Ofir, ataupun dengan permata krisopras yang mahal atau dengan permata lazurit;
17 tidak dapat diimbangi oleh emas, atau kaca, ataupun ditukar dengan permata dari emas tua.
18 Baik gewang, baik hablur, tidak terhitung lagi; memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara.
19 Permata krisolit Etiopia tidak dapat mengimbanginya, ia tidak dapat dinilai dengan emas murni.
20 Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya?
21 Ia terlindung dari mata segala yang hidup, bahkan tersembunyi bagi burung di udara.
22 Kebinasaan dan maut berkata: Hanya desas-desusnya yang sampai ke telinga kami.
23 Allah mengetahui jalan ke sana, Ia juga mengenal tempat kediamannya.
24 Karena Ia memandang sampai ke ujung-ujung bumi, dan melihat segala sesuatu yang ada di kolong langit.
25 Ketika Ia menetapkan kekuatan angin, dan mengatur banyaknya air,
26 ketika Ia membuat ketetapan bagi hujan, dan jalan bagi kilat guruh,
27 ketika itulah Ia melihat hikmat, lalu memberitakannya, menetapkannya, bahkan menyelidikinya;
28 tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.”
Dalam bagian ini, Ayub harus menerima kenyataan bahwa hidupnya tidak seindah dulu. Kini hidupnya penuh penderitaan. Ayub merasa penderitaannya itu semakin bertambah berat dan tidak tertahankan, terlebih lagi saat Ayub merasa bahwa sikap Tuhan sudah berubah dengan merendahkannya (11a) dan tidak lagi peduli akan doa-doanya yang mohon pertolongan-Nya (20-23). Apalagi, orang-orang terbuang itu, yakni orang- orang bebal itu ikut-ikutan berupaya menghancurkannya (9-15). Jiwanya hancur dan hari-hari kesengsaraan mencekamnya (16-19). Bahkan orang-orang yang pernah ditolongnya dan pernah merasakan kasihnya, kini tidak peduli akan penderitaan yang dialaminya (24-27). Jemaah, yakni sebagai saudara-saudara seimannya juga bungkam terhadap keluhannya (28).
Demikianlah penderitaan Ayub, yakni penderitaan yang tidak terperi, terlebih ditambah dengan perasaan mengalami penolakan dari Tuhan dan penghinaan dari banyak orang terhadap dirinya, yang dia sendiri tidak paham apa salah dan dosa yang telah ia perbuat. Meskipun demikian, Ayub tetap menerima semuanya, walaupun ia merasakan jiwanya hancur dan ia telah menyerupai debu dan abu (16-18).
Penderitaan yang Ayub alami dan rasakan juga dialami oleh Kristus. Saat Ia harus menjalankan misi dari Allah Bapa-Nya untuk menjadi tebusan bagi dosa manusia. Ia yang benar dan tidak berdosa telah dipersalahkan dan dijadikan dosa (2 Korintus 5:21), sehingga Ia ditinggalkan oleh Allah Bapa-Nya (Matius 27:46). Meski demikian, Kristus tetap taat sampai mati. Demikianlah Kristus menderita demi menyelamatkan kita orang berdosa. Bagaimanakah perasaan kita jika oleh karena kesaksian hidup iman kita, Tuhan mengizinkan kita untuk mengalami berbagai-bagai penderitaan? Ya, betapa berat jika harus mengalaminya. Sungguh, kita tidak akan sanggup menanggungnya. Karena itu, marilah kita serahkan semuanya itu kepada Tuhan. Karena hanya Dialah yang sanggup menolong dan memampukan kita untuk menanggung dan melewati semuanya itu, sehingga kita dapat bertahan dan tetap teguh beriman kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana perasaan kita ketika mengalami penolakan dan penderitaan karena kesaksian iman kita? Apa yang harus kita lalukan saat menghadapi penderitaan?
Pokok Doa: Berdoa agar setiap orang percaya, meskipun harus mengalami berbagai penderitaan oleh karena kesaksian imannya, mereka boleh beroleh kekuatan dalam melewatinya dan tetap teguh beriman kepada Tuhan.