Reformasi Yosia

Sabtu, 03 September 2022

“Ia menyuruh semua orang yang berada di Yerusalem dan Benyamin ikut serta dalam perjanjian itu. Dan penduduk Yerusalem berbuat menurut perjanjian Allah, yakni Allah nenek moyang mereka.” (2 Tawarikh 34:32)

Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 34:8-33 | Bacaan setahun: 2 Tawarikh 34

Tidak banyak raja, bahkan dari kalangan Yehuda, yang disebut punya hidup yang benar di mata Tuhan. Di antara segelintir raja itu, Yosia adalah raja Yehuda terakhir yang dicatat memiliki hidup demikian. Meski ia menjadi raja di usia sangat muda (delapan tahun), sejak tahun ke delapan pemerintahan, ia mulai mencari Tuhan, bahkan mulai melakukan reformasi agama yang radikal di wilayahnya. Pada tahun kedelapan belas pemerintahannya, sekitar usia dua puluh enam tahun, ia memerintahkan renovasi terhadap Bait Allah. Tanpa disadari, ketika renovasi itu dilakukan, imam Hilkia ternyata menemukan Taurat Tuhan. Ini menandakan bahwa untuk sekian waktu bangsa Yehuda ternyata hidup tanpa Kitab Suci. Kita tidak tahu pasti kapan hilangnya Taurat ini terjadi.

Meski demikian, banyak penafsir menduga bahwa Taurat ini nampaknya hilang bukan dalam interval waktu yang lama. Kemungkinan, Taurat itu hilang menjelang akhir masa pemerintahan Hizkia atau pada masa pemerintahan Manasye yang cenderung fasik. Yang jelas, penemuan Taurat ini membawa tiga akibat. Pertama, bangsa Yehuda sadar betapa mereka telah memberontak kepada Allah, dan betapa murka Allah menyala-nyala atas mereka. Kedua, penemuan ini memicu terjadinya reformasi agama yang besar di masa pemerintahan Yosia. Bangsa Yehuda memperbaharui perjanjian dengan Allah dan sepanjang hidup Yosia, mereka mengikuti Allah dengan setia. Ketiga, karena reformasi agama yang terjadi, Allah memberkati masa pemerintahan Yosia dan “menunda” penghukuman-Nya atas Yehuda.

Kebangunan rohani tidak akan terjadi karena ada banyak orang memiliki pengetahuan mengenai firman Allah. Sebaliknya, reformasi hanya akan terjadi ketika umat Allah sehati bertobat dan menjadikan firman Allah sebagai tuntunan hidup. Selain kisah reformasi Yosia, sejarah Reformasi di abad enam belas juga menunjukkan ciri yang sama. Karena itu, bila kita benar-benar merindukan kebangunan rohani di komunitas rohani kita, kita tahu dari mana kita harus memulai: sehati bertobat dan menjadikan firman Allah sebagai tuntunan.

STUDI PRIBADI: Bagaimana Anda menilai kesehatan komunitas rohani Anda saat ini? Apa yang bisa Anda lakukan agar ada kebangunan rohani dalam komunitas Anda?

Pokok Doa: Agar gereja-gereja Tuhan benar-benar menjadikan firman Tuhan sebagai landasan hidup pribadi maupun berorganisasi. Doakan agar gereja mengambil sikap sebagai umat Allah, bukan sekadar sebagai organisasi. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *