Selasa, 30 Agustus 2022
“Dalam keadaan terdesak itu raja Ahas ini, malah semakin berubah setia terhadap TUHAN.” (2 Tawarikh 28:22)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 28 | Bacaan setahun: 2 Tawarikh 27-28
2 Tawarikh 27
Raja Yotam
1 Yotam berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan enam belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yerusa, anak Zadok.
2 Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Uzia, ayahnya, hanya ia tidak memasuki Bait TUHAN. Tetapi rakyat masih saja melakukan hal yang merusak.
3 Ia mendirikan Pintu Gerbang Tinggi di rumah TUHAN dan mengadakan banyak pembangunan pada tembok Ofel.
4 Ia mendirikan juga kota-kota di pegunungan Yehuda dan benteng-benteng serta menara-menara di hutan-hutan.
5 Ia berperang melawan raja bani Amon dan mengalahkannya, sehingga pada tahun itu juga bani Amon membayar kepadanya seratus talenta perak, sepuluh ribu kor gandum dan sepuluh ribu kor jelai. Juga pada tahun kedua dan ketiga bani Amon membawa upeti itu kepadanya.
6 Yotam menjadi kuat, karena ia mengarahkan hidupnya kepada TUHAN, Allahnya.
7 Selebihnya dari riwayat Yotam, segala peperangan dan tingkah langkahnya, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam kitab raja-raja Israel dan Yehuda.
8 Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan enam belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem.
9 Kemudian Yotam mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud. Maka Ahas, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.
2 Tawarikh 28
Raja Ahas
1 Ahas berumur dua puluh tahun pada waktu ia menjadi raja dan enam belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN seperti Daud, bapa leluhurnya,
2 tetapi ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan ia membuat patung-patung tuangan untuk para Baal.
3 Ia membakar juga korban di Lebak Ben-Hinom dan membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalaukan TUHAN dari depan orang Israel.
4 Ia mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit pengorbanan dan di atas tempat-tempat yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun.
5 Sebab itu TUHAN, Allahnya, menyerahkannya ke dalam tangan raja orang Aram. Mereka mengalahkan dia dan menawan banyak orang dari padanya, yang diangkut ke Damsyik. Kemudian ia diserahkan pula ke dalam tangan raja Israel dan mengalami kekalahan yang besar.
6 Sebab dalam sehari Pekah bin Remalya menewaskan di Yehuda seratus dua puluh ribu orang, semuanya orang-orang yang tangkas, oleh karena mereka telah meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka.
7 Dan Zikhri, pahlawan dari Efraim, membunuh Maaseya, anak raja, Azrikam, kepala istana, dan Elkana orang kedua di bawah raja.
8 Orang Israel menawan dari saudara-saudaranya dua ratus ribu orang, yakni perempuan-perempuan serta anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan. Mereka merampas juga banyak harta milik dari pada orang-orang itu, dan membawa rampasan itu ke Samaria.
9 Tetapi di sana ada seorang nabi TUHAN yang bernama Oded. Ia pergi menemui tentara yang pulang ke Samaria dan berkata kepada mereka: “Lihatlah, karena kehangatan murka-Nya kepada Yehuda, TUHAN, Allah nenek moyangmu, menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, dan kamu telah mengadakan pembunuhan di antara mereka dengan kegeraman yang sampai ke langit.
10 Dan sekarang kamu bermaksud menaklukkan orang Yehuda dan Yerusalem menjadi hambamu laki-laki dan perempuan. Tidak adakah pada kamu sendiri kesalahan yang besar terhadap TUHAN, Allahmu?
11 Maka sekarang, dengarkanlah kataku ini: kembalikanlah orang-orang yang kamu tawan dari saudara-saudaramu itu, karena murka Allah menyala-nyala terhadap kamu.”
12 Lalu bangkitlah beberapa pemimpin bani Efraim, yakni: Azarya bin Yohanan, Berekhya bin Mesilemot, Yehizkia bin Salum dan Amasa bin Hadlai menghadapi orang-orang yang pulang dari perang,
13 dan berkata kepada mereka: “Jangan bawa tawanan-tawanan itu ke mari, sebab maksudmu itu menjadikan kita bersalah terhadap TUHAN dan menambah dosa dan kesalahan kita! Sudah cukup besar kesalahan kita, dan murka yang menyala-nyala telah menimpa Israel.”
14 Lalu orang-orang yang bersenjata itu meninggalkan tawanan dan barang-barang rampasannya di muka para pemimpin dan seluruh jemaah.
15 Dan orang-orang yang ditunjuk dengan disebut namanya bangkit, lalu menjemput para tawanan itu. Semua orang yang telanjang mereka berikan pakaian dari rampasan itu. Orang-orang itu diberi pakaian, kasut, makanan dan minuman. Mereka diurapi dengan minyak dan semua yang terlalu payah untuk berjalan diangkut dengan keledai, dan dibawa ke Yerikho, ke kota pohon korma, dekat saudara-saudara mereka. Sesudah itu orang Israel itu pulang ke Samaria.
16 Pada waktu itu raja Ahas menyuruh utusan kepada raja negeri Asyur untuk memohon bantuan.
17 Karena orang Edom telah datang pula dan mengalahkan Yehuda serta mengangkut tawanan-tawanan.
18 Orang-orang Filistin juga telah menyerbu kota-kota di Daerah Bukit dan di Tanah Negeb Yehuda. Merekapun merebut Bet-Semes, Ayalon, Gederot, Sokho dengan segala anak kotanya, Timna dengan segala anak kotanya dan Gomzo dengan segala anak kotanya, dan menetap di kota-kota itu.
19 Demikianlah TUHAN merendahkan Yehuda oleh karena Ahas, raja Israel itu, membiarkan kebiadaban berlaku di Yehuda dan berubah setia kepada TUHAN.
20 Maka datanglah Tilgat-Pilneser, raja negeri Asyur, kepadanya, hanya bukan membantu dia, melainkan menyesakkannya.
21 Walaupun Ahas merampas barang-barang dari rumah TUHAN, dari rumah raja dan dari rumah-rumah para pemimpin dan menyerahkan semua itu kepada raja negeri Asyur, namun perbuatannya itu tidak menguntungkan dia.
22 Dalam keadaan terdesak itu raja Ahas ini, malah semakin berubah setia terhadap TUHAN.
23 Ia mempersembahkan korban kepada para allah orang Damsyik yang telah mengalahkan dia. Pikirnya: “Yang membantu raja-raja orang Aram adalah para allah mereka; kepada merekalah aku akan mempersembahkan korban, supaya mereka membantu aku juga.” Tetapi allah-allah itulah yang menjadi sebab keruntuhan bagi dia dan bersama-sama dengan dia bagi seluruh Israel.
24 Ahas mengumpulkan perkakas-perkakas rumah Allah dan menghancurkannya. Ia menutup pintu rumah TUHAN, lalu membuat mezbah-mezbah bagi dirinya di segenap penjuru Yerusalem.
25 Di tiap-tiap kota di Yehuda ia membuat bukit-bukit pengorbanan untuk membakar korban bagi allah lain. Dengan demikian ia menyakiti hati TUHAN, Allah nenek moyangnya.
26 Selebihnya dari riwayatnya dan seluruh tingkah langkahnya, dari awal sampai akhir, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam kitab raja-raja Yehuda dan Israel.
27 Kemudian Ahas mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan dikuburkan di dalam kota, di Yerusalem; tetapi ia tidak dibawa ke pekuburan raja-raja Israel. Maka Hizkia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.
Kesulitan dan pergumulan bisa menjadi batu loncatan bagi seseorang untuk bertumbuh dewasa secara rohani, atau sebaliknya membuat seseorang semakin hancur, tidak setia dan menjauh dari Tuhan. Ketika kehidupan semakin sulit, kita seharusnya semakin dekat dengan Tuhan, bukan semakin tidak setia dan menjauhi Tuhan, karena Tuhanlah satu-satunya sumber pertolongan dan kekuatan.
Inilah yang terjadi kepada raja Ahas. Ahas melakukan penyembahan berhala dengan mengorbankan anak-anak sebagai korban api seperti perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau oleh Tuhan dari depan orang Israel. Maka Tuhan menghukumnya dengan membangkitkan raja Aram untuk menyerang dia. Namun hukuman itu tidak menjadikan Ahas sadar dan bertobat. Dia justru memohon pertolongan kepada raja Asyur, yang akhirnya membuat Ahas semakin terpuruk. Bukan pertolongan yang didapatnya, melainkan kesesakan (ayat 16-20). Keadaan yang sulit, tidak membuat mata dan hatinya terbuka untuk melihat maksud Tuhan. Ahas justru semakin tidak setia kepada Tuhan. Dia malah mempersembahkan korban kepada allah asing (ayat 22-25). Sungguh menyedihkan, Ahas tidak mengingat dan mencari Tuhan dalam situasi demikian.
Kisah hidup raja Ahas menjadi satu peringatan penting bagi kita, orang percaya. Seharusnya Allah adalah yang terutama dalam hidup kita. Ketika menghadapi masalah, seharusnya kita ingat bahwa kesulitan merupakan kesempatan untuk bertumbuh dewasa secara rohani dan semakin setia, bahkan lebih dekat dengan Tuhan. Jika ada peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, yang membuat kita terdesak dan tidak lagi setia kepada Tuhan, maka kita perlu waspada. Koreksilah diri kita, apakah mata hati kita sedang tertutup oleh kebenaran sehingga kita tidak bisa melihat dan merasakan karya Tuhan dalam hidup. Keadaan terdesak karena masalah yang sulit, bukanlah alasan untuk tidak setia kepada Tuhan. Apabila hal itu sedang terjadi, datanglah kepada Tuhan, mintalah pertolongan-Nya untuk kita bisa mengerti rencana dan kehendak-Nya dalam hidup kita!
STUDI PRIBADI: Menurut bacaan hari ini, apa yang perlu Anda lakukan supaya senantiasa setia kepada Tuhan?
Pokok Doa: Berdoalah bagi kehidupan jemaat agar dalam kesulitan apapun, mereka tetap setia kepada Tuhan dan semakin dekat dengan Tuhan.